Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GLOKALISASI PENDIDIKAN: STUDI ATAS REVITALISASI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA Hawwin Muzakki
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v14i1.1906

Abstract

Adanya inferiority complex yang menjangkiti kaum pribumi dan paham koloni dari Belanda pada masa penjajahan, akhirnya ajaran diferensiasi sosial masuk ke masyarakat Indonesia. Belanda dengan sengaja membedakan antara pribumi dan non pribumi, sehingga mencabut akar identitas bangsa. Dalam kondisi tersebut, diperlukan sebuah lembaga pendidikan model baru yang bisa diakses oleh semua orang dengan menggabungkan tradisi luhur dan modernitas. Taman siswa (1922), sebagai jawaban Ki Hajar Dewantara atas lembaga pendidikan yang dimaksud. Penelitian ini merupakan penelitian literatur yang dianalisis dengan menggunakan hermeneutika filosofis. Penelitian ini ingin mengungkap, Pertama, Bagaimana konsep pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara berbasis kearifan lokal? Kedua, Bagaimana konsep pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara berwawasan global? Ketiga, Bagaimana revitalisasi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang glokalisasi pendidikan? Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk Memberikan gambaran pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang konsep pendidikan yang masih melestarikan tradisi, mengembangkan modernitas, rancang bangun konseptual tersebut sebagai dasar untuk me-revitalisasi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan di Indonesia. Hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan; Pertama,konsep pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara berbasis kearifan lokal meliputi 3 hal, yaitu: local assets, traditions, values and beliefs. Kedua,konsep pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara berwawasan global melliputi: Bidang ekonomi, bidang sosio-cultural dan bidang akademik. Ketiga,revitalisasi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang glokalisasi pendidikan, yaitu: revitalisasi aspek global dan revitalisasi aspek lokal dengan perencanaan glokalisasi pendidikan melalui: Komitmen kelembagaan; pembentukan kelompok perencanaan strategis dan komite pengarah, Penilaian kontekstual; Mengembangkan rencana strategis, Validasi; Adopsi dan Perayaan. [During the Dutch colonial period, The Netherlands deliberately distinguishes between natives and non-natives, thereby eliminating national identity. Under these conditions, a new model of educational institution is needed that can be accessed by everyone by combining the noble tradition and modernity. Taman Siswa (1922) is the answer of Ki Hajar Dewantara to the educational institution that intended. This research is a literature research that analyzed by using the philosophical hermeneutics. This research reveal, First, how is the concept of Ki Hajar Dewantara on education thought based on the local wisdom? Second, how is the concept of Ki Hajar Dewantara on the educational of global-minded? Third, how is the revitalization of Ki Hajar Dewantara's thoughts on the education glocalization? The purpose of this study is to provide a description of Ki Hajar Dewantara's thoughts on education glocalization (global, local and revitalizing aspects of his ideas). The results of this study concluded; First, the concept of Ki Hajar Dewantara education thought based on local wisdom includes 3 types, namely: local assets, traditions, values and beliefs. Second, the concept of global education Ki Hajar Dewantara's thinking includes: Economic, socio-cultural and academic. Third, the revitalization of Ki Hajar Dewantara's thoughts on the education glocalization, namely: revitalizing global aspects and revitalizing local aspects with the planning of education glocalization through: Institutional commitment; the formation of a strategic planning group and steering committee, contextual assessment; Develop a strategic plan, Validation; Adoption and Celebration.]
POSDAYA BERBASIS PESANTREN: PELATIHAN MANAJEMEN MADRASAH DAN PENGELOLAAN KELAS DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN “HASAN MUNADI POHSAWIT” PONOROGO Ahmad Natsir; Hawwin Muzakki; Muchlis Daroini
InEJ: Indonesian Engagement Journal Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.96 KB) | DOI: 10.21154/inej.v1i2.2329

Abstract

Pesantren Hasan Munadi yang terletak di desa Karangan, Badegan, Ponorogo sedari awal memang didirikan untuk mencetak kader-kader muslim yang menghafalkan Alquran. Seiring dengan perkembangan pendidikan Pesantren Hasan Munadi mulai mendirikan yayasan dengan nama yang sama kemudian melebarkan sayapnya kepada pendidikan formal. Mulai dari taman kanak-kanak, madrasah ibtidaiyyah, madrasah tsanawiyyah, hingga madrasah aliyah. Namun, amat disayangkan, pengembangan kepada pendidikan formal ini sedikit melupakan ‘fitrah’ awal berdirinya pesantren. Hal ini dikarenakan kesulitan yang dialami para guru dalam implementasi kurikulum hafalan Alquran dan sumber daya manusia yang khusus berkecimpung dalam hafalan Alquran masih sedikit. Berangkat dari aset para alumni pesantren sekaligus para guru yang berbekal kemampuan baca Alquran yang mumpuni pelatihan manajemen madrasah dan pengelolaan kelas di pondok pesantren tahfidzul quran ini layak untuk dilaksanakan. Pasca pelatihan tersebtu dilaksanakan, antusiasme para guru dan para pimpinan luar biasa. Tidak ada kursi kosong, sekaligus mereka dengan semangat mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Hasil evaluasi menunjukkan kemampuan para peserta meningkat. Dan, tentu akan diperlukan evaluasi dan pendampingan yang menyeluruh secara berkelanjutan kemudian hari.
Basis Transformasi Tradisi Pesantren Salaf di Era Modern (Kajian Semiotika Barthes dan Dekonstruksi Derrida) Hawwin Muzakki; Khoirul Mudawinun Nisa'
QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama Vol 12 No 1 (2020): Qalamuna - Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Program Pascasarjana IAI Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.161 KB) | DOI: 10.37680/qalamuna.v12i01.304

Abstract

Pesantren has contributed to a system of values of local wisdom that has become a tradition and is believed to be a core value and belief. However, not a few pesantren traditions are underestimated, valued by the Orientalists as old-fashioned, traditional, sincretic, etc. The existence of a shift in the view of the pesantren tradition, encourages authors to deconstruct salaf pesantren traditions using the study of Barthes's semiotics and Derrida's deconstruction theory analysis by: 1) Finding the meaning of denotation and connotation through signs, signifier and signified, 2) Tracing the elements of aporia (paradoxical meaning, contradictory meaning, and irony meaning), and 3) Reversing or changing the (conventional) meanings. The results of the study concluded that: 1) The traditions that have been developed in the Salaf pesantren are the accumulated interpretations that have been passed on by the ancestors as the treasures of human psychology (al-makhzun al-nafs) which act as guide tools in a boarding school environment; 2) analysis of the deconstruction of the salaf pesantren tradition is done by severing the epistemological relationship to all authorities that shape the knowledge tradition by overhauling the standard and frozen relations system into a fluid system of relations, further accounted for giving reasonable sides in all the traditions that developed within. Keywords: Semiotics, Roland Barthes, Deconstruction, Jacques Derrida, Pesantren Tradition Abstrak Pesantren telah melahirkan sistem nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi tradisi dan diyakini sebagai nilai dasar (core belief and core values). Namun, tidak sedikit tradisi-tradisi pesantren dipandang sebelah mata, kolot, sinkretis, jumud dan kuno oleh kaum orientalis. Adanya pergeseran pandangan tersebut, mendorong penulis untuk mendekonstruksi tradisi pesantren salaf menggunakan kajian semiotika Barthes dan pisau analisis teori dekonstruksi Derrida dengan cara: 1) Mencari makna denotasi dan konotasi lewat tanda, penanda dan petanda, 2) Melacak unsur-unsur aporia (makna paradoks, makna kontradiktif, dan makna ironi), dan 3) Membalikkan atau merubah makna-makna yang sudah dikonvensionalkan. Penelitian kualitatif ini berlokasi di Pesantren Darussalam Mekar Agung Madiun. Melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, disimpulkan bahwa: 1) Tradisi-tradisi yang telah berkembang di pesantren salaf merupakan akumulasi interpretasi yang telah diwariskan para leluhur sebagai khazanah kejiwaan manusia (al-makhzun al-nafs) yang menjadi pedoman dan piranti dalam lingkungan pesantren; 2) analisis dekonstruksi tradisi pesantren salaf dilakukan dengan memutuskan hubungan epistemologis terhadap segala otoritas yang membentuk tradisi pengetahuan dengan merombak sistem relasi yang baku dan beku, menjadi sistem relasi yang cair dan dinamis, dari yang mutlak menjadi relatif, dari ahistoris menjadi historis yang selanjutnya dipertanggungjawabkan untuk memberi sisi-sisi masuk akal (reasonable) dalam segenap tradisi yang berkembang. Kata Kunci: Semiotika, Roland Barthes, Dekontruksi, Jacques Derrida, Tradisi Pesantren.
Produksi Kue Brownies sebagai Upaya Meningkatkan Nilai Ekonomi Singkong di Krajan Blimbing Dolopo Madiun Hawwin Muzakki
Amalee: Indonesian Journal of Community Research and Engagement Vol 1 No 2 (2020): Amalee: Indonesian Journal of Community Research and Engagement
Publisher : LP2M INSURI Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/amalee.v1i2.303

Abstract

Cassava, one of the staple foods of Indonesian people beside rice and sago, is promoted by the government as rice consumption replacements, together with corn, sago or potatoes. Cassava is indeed very easy to plant in all types of land, as in Krajan Hamlet, Blimbing Village, Dolopo District, Madiun Regency where almost every house has cassava plants on its garden. This fact encourages the engagement team to take the initiative to provide training of creative cassava processing. This activity aims to increase the economical value of cassava, which is one of the assets in the Krajan Hamlet, and is expected to be able to increase the family income, most of which are former migrant workers. Through the ABCD (Asset Based Community Development) method with some of its tools, found that the innovative and creative cassava process training in the form of "Si Engkong" cake can provide new insights and knowledge about cassava processing that have high selling points within the community. With a better processing of cassava, "Si Engkong" cake is expected to become a new trade commodity for the residents of Krajan Hamlet and its surroundings, so that it can raise the community's economy level. Keywords: ABCD, cassava processing, economical value, processed cassava, training Abstrak Singkong, salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia selain nasi dan sagu, dipromosikan oleh pemerintah sebagai pengganti konsumsi beras, bersama dengan jagung, sagu atau kentang. Singkong memang sangat mudah ditanam di semua jenis tanah, seperti di Dusun Krajan, Desa Blimbing, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun di mana hampir setiap rumah memiliki tanaman singkong di kebunnya. Fakta ini mendorong tim pengabdi untuk mengambil inisiatif memberikan pelatihan pengolahan singkong. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis singkong, yang merupakan salah satu aset di Dusun Krajan, dan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan keluarga, yang sebagian besar adalah mantan pekerja migran. Melalui metode ABCD (Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset) dengan beberapa alatnya, ditemukan bahwa pelatihan proses singkong yang inovatif dan kreatif dalam bentuk kue "Si Engkong" dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang pemrosesan singkong yang memiliki nilai jual tinggi. Dengan pengolahan singkong yang lebih baik, kue "Si Engkong" diharapkan menjadi komoditas perdagangan baru bagi penduduk Dusun Krajan dan sekitarnya, sehingga dapat meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat. Kata Kunci: ABCD, nilai ekonomi, olahan singkong, pengolahan singkong, pelatihan
Relasi Pendidikan (Agama) dan Kebudayaan Hawwin Muzakki
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 3 No 1 (2019): AnCoMS 2019
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.736 KB) | DOI: 10.36835/ancoms.v3i1.287

Abstract

: Indonesia is a Republican State, not a theocracy state based on a particular religious teaching. Because that's the importance of compiling an educational formulation based on religious values ​​in general (not from a particular religion). That ideal was initiated by Ki Hadjar Dewantara. Through the reading of philosophical hermeneutics, the author wants to revitalize the educational thinking of Ki Hadjar Dewantara. Formulation of the problem in this study to investigate 1. How was the transformation of culture initiated by Ki Hadjar Dewantara? 2. What is the Education perspective of Ki Hadjar Dewantara? 3. What is the relation between education (religion) and the perspective culture of Ki Hajar Dewantara's thinking? The results of the study revealed that 1. Through the three-way journey: continuous, convergent, concentric, Ki Hadjar tried to compile his argument about maintaining local traditions and embracing them in national culture. 2. Human nature is an independent and outward soul. Practically, the concept of education that he applied in Taman Siswa is by rejecting the teachings of coercion, orders and punishments, because they are deemed inhuman and in accordance with human nature. Whereas, the nature of nationalism is to live together, one country and one nation, with the spirit of nationalism. 3. The relation between education (religion) and culture are each placed in public space (education and culture) and private (religion)