Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Bioremediasi Logam Timbal (Pb) Menggunakan Bakteri Indigenous Pada Tanah Tercemar Air Lindi (Leachate) Bambang Rahadi Widiatmono; Liliya Dewi Susanawati; Rinda Agustianingrum
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.847 KB) | DOI: 10.21776/ub.jsal.2019.006.03.2

Abstract

Meningkatnya jumlah penduduk serta pesatnya arus urbanisasi merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya volume sampah perkotaan. Pengelolaan sampah perkotaan yang kurang terencana akan menimbulkan permasalahan lain yaitu pencemaran tanah oleh logam berat seperti logam berat timbal (Pb). Salah satu pilihan untuk mengatasi masalah kontaminasi Pb adalah bioremediasi menggunakan mikroba. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh dan mengidentifikasi secara morfologis bakteri indigenous dari tanah tercemar air lindi (leachate) yang berpotensi dapat mereduksi logam berat Pb. Sampel tanah berasal dari tanah timbunan sampah di TPA Supit Urang Malang. Penelitian merupakan penelitian experimental. Metode pengambilan tanah menggunakan komposit sampel dan isolasi bakteri menggunakan teknik streak plate. Tahapan penelitian meliputi kultivasi bakteri, uji morfologi, dan uji reduksi logam. Tahap screening uji reduksi logam dilakukan pada konsentrasi 10, 30, dan 50 ppm untuk memperoleh bakteri resisten logam. Uji tingkat kepadatan juga dilakukan dengan menggunakan metode turbidimetri. Hasil penelitian didapat 10 isolat murni bakteri, dan semua bakteri memiliki resistensi terhadap Pb. Tiga isolat yang memiliki kemampuan menurunkan Pb yaitu isolat 4, 5, dan 6. Ketiga isolat tersebut memiliki persentase penurunan Pb sebesar 35.3%, 69.1%, dan 60.8%. Hasil identifikasi morfologi dan uji biokimia pada tiga isolat menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan genus Bacillus.
Pemanfaatan Limbah Cair Greywater untuk Hidroponik Tanaman Sawi (Brassica juncea) Liliya Dewi Susanawati; Ruslan Wirosoedarmo; Ginanjar Aji Santoso
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.052 KB)

Abstract

Aktivitas sehari-hari yang meliputi mencuci pakaian, kegiatan di dapur, dan kamar mandi ternyata mampu menghasilkan limbah cair greywater dengan kuantitas yang cukup besar dan berpotensi mencemari. Total limbah rumah tangga 50-80 % adalah berupa greywater. Penyempitan lahan pertanian juga menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Hidroponik merupakan metode yang bisa menyelesaikan dua masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan greywater sebagai air media hidroponik tanaman sawi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental melalui hidroponik dengan memanfaatkan limbah cair greywater sebagai media tumbuh yakni membandingkan pengaruh media air biasa (dari PDAM), air limbah murni (greywater), dan air campuran keduanya. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yakni membandingkan tiga kelompok tanaman yang ditumbuhkan pada air yang berbeda. Pertumbuhan vegetatif yang diukur meliputi tinggi  tanaman, jumlah daun dan berat basah tanaman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa greywater dapat dimanfaatkan sebagai air media hidroponik dikarenakan kadar pencemar yang terkandung masih memenuhi standar untuk pemanfaatan di bidang pertanian, greywater juga mengandung unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman berupa Nitrogen (0,0110 %), Phosfor (0,0124 %), dan Kalium (0,0002 %). Penggunaan greywater sebagai air media untuk hidroponik memberikan hasil yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sawi dibandingkan dengan air media PDAM dan Campuran. Pertumbuhan vegetatif terbaik diperoleh dari perlakuan air media greywater dengan rata-rata tinggi 30,81 cm, jumlah daun 11,37 helai, dan berat basah 68,415 gram.Kata kunci : Greywater, Hidroponik, Sawi, Vegetatif
Studi Penentuan Kinerja Daerah Aliran Sungai Pelaparado Bima Berdasarkan Aspek Tata Air Liliya Dewi Susanawati; Bambang Suharto; Nurul Wahyuty
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.626 KB)

Abstract

DAS Pelaparado merupakan DAS utama yang berada di Bima Nusa Tenggara Barat. DAS Pelaparado mencakup 8 kecamatan diantaranya Kecamatan Hu’u, Kecamatan Pajo, Kecamatan Parado, Kecamatan Monta, Kecamatan Langgudu, Kecamatan Belo, Kecamatan Woha dan Kecamatan Mada Pangga. Permasalahan yang sering terjadi adalah masalah banjir yang disebabkan oleh tata guna air yang kurang optimal, ketidakserasian antara pemanfaatan dan usaha konservasi tanah belum seimbang antara peran serta masyarakat di wilayah sekitar aliran sungai. Selain digunakan untuk pertanian, tata guna lahan di kawasan DAS Pelaparado juga merupakan wilayah konservasi tanah. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan lahan di wilayah DAS Pelaparado, mengakibatkan pemenuhan kebutuhan akan lahan yang tidak terkendali dan tidak terperhatikannya kaidah konservasi. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat kinerja DAS Pelaparado berdasarkan aspek tata air dan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kerusakan DAS Pelaparado. Perhitungan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai tingkat kinerja DAS Pelapadaro dalam penelitan ini adalah perhitungan koefisien regim aliran (KRA), koefisien aliran tahunan (KAT), muatan sedimen (MS), frekuensi kejadian banjir, dan indeks penggunaan air (IPA). Dari hasil perhitungan diketahui bahwa tingkat kinerja DAS Pelaparado dengan kategori baik diperoleh 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Belo, Kecamatan Hu’u, Kecamatan Langgudu, Kecamatan Mada Pangga dan Kecamatan Pajo. Sedangkan untuk tingkat kinerja DAS dengan kategori sedang, diperoleh 3 kecamatan yaitu Kecamatan Monta, Kecamatan Parado dan Kecamatan Woha.