Ira Miyarni Sustianingsih
STKIP PGRI Lubuklinggau

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Visualisasi dan Makna Simbol Busana Tari Turak Kabupaten Musi Rawas Risa Marta Yati; Ira Miyarni Sustianingsih
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v18i2.3006

Abstract

Tari Turak adalah sebuah tari tradisional yang ada di Kabupaten Musi Rawas yang memiliki nilai historing yang sangat tinggi dan menjadi salah satu kekayaan budaya Kabupaten Musi Rawas. Tari Turak diperkirakan telah ada sejak zaman kolonial, hal ini dibuktikan dengan penampilan tari ini yang ditujukan untuk melumpuhkan tentara NICA yang ingin menguasai wilayah Tanjung Sakti dengan senjata turak. Metode peneltian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis dengan tahapan: 1) identifikasi dan merumuskan masalah; 2) menyusun kerangka pemikiran; 3) merumuskan hipotesis; 4) menguji hipotesis secara empirik; 5) melakukan pembahasan; 6) menarik kesimpulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan: studi kepustakaan, observasi (pengamatan), wawancara (interview), dokumentasi dan triangulasi (gabungan). Teknik analisis data terdiri dari: data reduction, data display, conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menunjukkan bawah visualisasi busana Tari Turak pada awal dipentaskan tidak sama dengan busana tari turak saat ini. Busana Tari Turak masa kolonial terdiri dari: Kebaya/dodot, sanggul malang dan bunga untuk pemanis di kepala, kain sebagai rok, selendang dan  dan turak sebagai properti pendukung. Sementara itu, busana Tari Turak saat ini mengikuti perkembangan pakaian adat Musi Rawas yang terdiri dari: a) bagian atas: baju kurung, mahkota Musi Rawas/mahkota beringin/pilis, anting, sanggul malang dan kembang cempako; b) bagian tengah: lidah Musi Rawas/teratai Musi Rawas/teratai lidah, kalung Musi Rawas, gelang, kain pelangi atau selendang pelangi; c) bagian bawah: kain songket atau sewet songket. Secara keseluruhan makna yang terkandung dalam busana Tari Turak modern ini adalah keanggunan, kesopanan, kesucian, kekeluargaan, kerapian, ketenangan, kecantikan, kemuliaan, keagungan, kesabaran, ketabahan hati, keramahan, kebahagiaan, kemakmuran dan keberanian.
KEBUDAYAAN SUKU KUBU PADA MASA TRANSISI (STUDI KASUS DESA SUNGAI KIJANG KECAMATAN RAWAS ULU KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN 1974 – 1980) Ira Miyarni Sustianingsih
Jurnal Perspektif Pendidikan Vol 8 No 2 (2014): Jurnal Perspektif Pendidikan
Publisher : LP4MK STKIP PGRI Lubuklinggau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.203 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kehidupan kebudayaan, pola mata pencaharian, serta proses adapatasi ketika pemerintah berusaha mengangkat derajat kehidupan suku Kubu di Desa Sungai Kijang Kecamatan Rawas Ulu Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 1974-1980. Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan metode pendekatan kasus tunggal, yaitu mengangkat berbagai informasi kualitatif di mana peneliti mengumpulkan data dari informan, tempat dan peristiwa, serta arsip dan dokumen. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan strategi interaktif dan noninteraktif yaitu berupa wawancara langsung, observasi langsung dan mencatat arsip dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui Proyek Nasional PKMT pemerintah berhasil memukimkan kehidupan mereka supaya tidak lagi nomaden. Pada kenyataannya sistem mata pencaharian mereka masih mengumpulkan hasil hutan inilah yang pada akhirnya menimbulkan sistem kehidupan dua tempat tinggal. Hal ini merupakan tugas pemerintah untuk terus membangun sistem perekonomian dan ilmu pengetahuan suku Kubu di Desa Sungai Kijang ke taraf kehidupan yang lebih baik.
Kajian tentang Perwujudan Nilai Juang pada Tari Turak (Studi Kasus Kecamatan Suku Tengah Lakitan (STL) Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan) Ira Miyarni Sustianingsih; Risa Marta Yati
Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora Vol 1 No 1 (2018): Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.351 KB) | DOI: 10.31539/kaganga.v1i1.231

Abstract

Turak Dance is a traditional dance belonged to the community in the Central District of Lakitan (STL) Ulu Terawas Musi Rawas Regency of South Sumatra. Now adays, the existence of Turak Dance is less known to the public in the region of Musi Rawas Regency, both in the terms of performances and the values contained in this dance. The research design was qualitative research with ethnography approach. This research procedure includes three stages: (1) preparation field stage; (2) research field stage, including: data collection techniques, determining subject and object of research, and clarification of data; and (3) data analysis and reporting of research. Based on the results of this research it was known that this dance was created in the history time of the people in Tanjung Sakti (now changes into the Central Tribe Lakitan (STL) Ulu Terawas the arrival of Dutch entourage guests and envoys from the Kingdom of Palembang who intended to control the territory of Tanjung Sakti. Turak Dance at this moment began to be introduced to the community in the region of Musi Rawas Regency and surrounding areas. However, many of the fighting values that exist in this dance less informed to the wider community, because only a few prominent leaders who know the history of the emergence of this Turak Dance. Conclusions of the past Turak Dance is a dance to fight the Dutch invaders. But now Turak Dance is used to entertain guests and traditional ceremonial events to find out the value contained in Turak Dance. Keywords: Juang Value, Turak Dance
Respon Siswa terhadap Penggunaan Media Film Dokumenter Berbasis Situs Sejarah Lokal Ira Miyarni Sustianingsih; Risa Marta Yati
Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora Vol 4 No 1 (2021): Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.331 KB) | DOI: 10.31539/kaganga.v4i1.2196

Abstract

The purpose of this study was to determine students' responses to history learning using documentary film media based on local historical sites at SMKN 1 Lubuklinggau. This research method is included in development research using a 4-D research model which has been modified into 3-D including the Definition stage, the Planning stage, and the Development stage. The data collection technique used in this study was to provide a response questionnaire after learning using documentary film media based on local historical sites was completed, with a total of 18 questions. Furthermore, the data collection technique used is in the form of a Likert scale. The results of the study based on the calculation of the results of the response questionnaire that were filled in by the students showed that the average score of student responses was 75.6% in the good category. The conclusion of this study as a whole the students gave positive responses, besides that the documentary film media based on local historical sites was quite liked when it was used in the learning process. Keywords: Development, Documentary Film Media, Local History
WORKSHOP DAN PENDAMPINGAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SEJARAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA Risa Marta Yati; Ira Miyarni Sustianingsih
Abdimas Siliwangi Vol 4, No 2: Juli 2021
Publisher : IKIP SILIWANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22460/as.v4i2p%p.4013

Abstract

Tulisan ilmiah adalah salah satu kompetensi pengembangan profesi guru yang harus dimiliki oleh seorang guru. Di samping itu tulisan ilmiah juga memiliki angka kredit untuk jabatan fungsional dan sertifikasi guru. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk memotivasi dan transfer IPTEK melalui workshop serta pendampingan penulisan artikel ilmiah bagi guru-guru yang tergabung dalam MGMP Sejarah Kabupaten Musi Rawas Utara. Metode pelaksanaan kegiatan PKM ini terdiri dari 1) Analisis situasi 2)  Perancangan program, 3) Pelaksanaan program, 4) Evaluasi. Hasil kegiatan PKM ini adalah tercapainya target program berupa transfer ilmu secara teori dan praktek dalam penulisan artikel ilmiah bagi 20 orang guru-guru MGMP Sejarah Kabupaten Musi Rawas Utara.