Suganal Suganal
Puslitbang tekMIRA - KESDM

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IDENTIFIKASI KETERDAPATAN UNSUR LOGAM TANAH JARANG DALAM ABU BATUBARA PUSAT LISTRIK TENAGA UAP OMBILIN, SUMATERA BARAT Suganal Suganal; Datin Fatia Umar; Hasudungan Eric Mamby
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 14, No 2 (2018): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2018
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1277.347 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol14.No2.2018.395

Abstract

Logam Tanah Jarang (LTJ) merupakan sumber material penting dari abad ke-21, banyak digunakan sebagai penunjang kehidupan modern seperti mobil listrik, perangkat identifikasi kesehatan (MRI, X-ray, Scanner, contrast agent, dll), LCD, hard drive komputer, pembangkit listrik tenaga angin, teknologi hijau, perangkat night vision, sistem radar dan peralatan militer. Unsur LTJ antara lain terdapat pada abu hasil pembakaran batubara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Potensi produksi abu batubara dari PLTU di Indonesia mencapai 10 juta ton per tahun dan merupakan potensi sumber unsur LTJ yang bernilai tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterdapatan unsur LTJ dalam abu batubara dari PLTU Ombilin dan proses peningkatan kadarnya. Identifikasi dilakukan dengan analisis percontoh abu batubara menggunakan XRD, XRF, ICP dan SEM. Hasil analisis menunjukkan abu batubara PLTU Ombilin mengandung Cerium, Neodimium, Lantanum, Ittrium dan Samarium meskipun kadar unsur tersebut relatif rendah, yaitu kurang dari 100 ppm. Upaya peningkatan kadar melalui benefisiasi abu terbang telah dapat meningkatan kandungan unsur Sm dari 2 ppm menjadi 9,3267 ppm pada middling, dan pada ampas meningkat dari 2 ppm menjadi 3,9429 ppm. Kandungan unsur LTJ pada abu terbang lebih tinggi dibandingkan pada abu dasar, maka upaya ekstraksi akan lebih ekonomis dilakukan terhadap abu terbang dan seyogyanya disetarakan sebagai bahan baku atau sumber senyawa LTJ. Pemanfaatan abu terbang sebaiknya didahului oleh ekstraksi unsur-unsur LTJnya, selanjutnya digunakan sebagai bahan bangunan maupun peruntukkan lain seperti yang telah berlangsung saat ini.
PERBANDINGAN KOAGULAN HASIL PERCOBAAN DENGAN KOAGULAN KOMERSIAL MENGGUNAKAN METODE JAR TEST Husaini Husaini; Stefanus Suryo Cahyono; Suganal Suganal; Kukuh Nur Hidayat
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 14, No 1 (2018): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2018
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.18 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol14.No1.2018.387

Abstract

Polialuminium khlorida (PAC) dan tawas merupakan koagulan yang umum digunakan pada proses pengolahan air limbah. Kedua jenis koagulan tersebut mempunyai sifat yang dapat menarik partikel-partikel lain dalam media air, sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar dan lebih mudah mengendap. PAC adalah garam khusus dari senyawa aluminium klorida yang mampu memberikan daya koagulasi dan flokulasi yang lebih kuat dibandingkan dengan garam-garam aluminium yang biasa seperti aluminium sulfat atau ferri klorida. Puslitbang tekMIRA telah berhasil membuat PAC dan tawas dengan spesifikasi yang memenuhi persyaratan pasar. Kemampuan daya koagulasi dari kedua jenis koagulan tersebut telah dibandingkan dengan koagulan yang biasa digunakan oleh PT Antam di IPAL pengolahan emas Pongkor dengan menggunakan metode jar test. Hasil jar test yang diperoleh menunjukkan bahwa PAC dan tawas hasil penelitian memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan koagulan yang digunakan di IPAL, PT Antam. Tawas 3 (produk skala laboratorium) dan PAC 11 (produk skala pilot) menunjukkan performa yang paling baik dibandingkan dengan koagulan lainnya termasuk koagulan yang digunakan di IPAL Pengolahan Emas Pongkor. Tawas 3 mampu menurunkan turbidity air limbah (masukan thickener) dari semula sekitar 2000 menjadi 151 NTU (efisiensi penurunan 92,45%). Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tawas PT Antam yang hanya dapat menurunkan sampai 548 NTU (efisiensi penurunan 72,6%). Sedangkan untuk PAC hasil percobaan skala pilot yaitu PAC 11 mampu menurunkan turbidity air limbah (dari tailing dump) dari semula 130,74 menjadi 2,92 NTU (efisiensi penurunan 97,77%); total suspended solid turun dari 196,33 ppm menjadi 38,7 ppm, lebih baik dibandingkan dengan PAC yang digunakan oleh PT Antam yang hanya mampu menurunkan turbidity air limbah sampai 4,67 NTU (efisiensi penurunan 96,43%). Adapun total suspended solid turun dari 196,33 menjadi 30,67 ppm.
PEMBUATAN PAC CAIR DARI ALUMINA HIDRAT PADA SKALA LABORATORIUM Husaini Husaini; Suganal Suganal; Sariman Sariman; Yunita Ramanda
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 12, No 2 (2016): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2016
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.99 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol12.No02.2016.98

Abstract

Poly Aluminum Chloride (PAC) dengan rumus umum Aln(OH)mCl(3n-m) adalah persenyawaan anorganik kompleks antara ion hidroksil (OH) dengan ion alumunium yang mengalami klorinasi bertahap. PAC mampu mengkoagulasi zat tersuspensi atau dispersi koloid menghasilkan floc yang mudah mengendap. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan PAC terdiri atas alumina hidrat Al(OH)3, asam khlorida (HCl), asam sulfat (H2SO4)dan kalsium karbonat (CaCO3). Percobaan dilakukan dengan mereaksikan Al(OH)3, HCl dan H2SO4pada suhu 90oC selama 1 jam. Hasil reaksinya dinetralisir dengan CaCO3. Produk PAC cair dihasilkan setelah gipsum sebagai produk samping dipisahkan dengan cara filtrasi. PAC berkualitas baik dihasilkan menggunakan Al(OH)3 kemurnian tinggi ( Al2O3>62%) dan komposisi bahan baku yang tepat. Kondisi percobaan terbaik diperoleh menggunakan perbandingan bahan baku sebagai berikut: Al(OH)3 : H2SO4 : HCl : CaCO3 = 1 : 1,27 : 1,8 : 1. PAC cair terbaik yang diperoleh memiliki komposisi Al2O3 = 10%, Cl-= 10% dan SO42-<5%, yang memiliki kemampuan baik sebagai flocculator atau menggumpalkan kotoran-kotoran yang ada pada proses penjernihan air. Kata kunci: alumina hidrat, poli aluminium khlorida, koagulan, floc. 
BAHAN BAKAR CO-FIRING DARI BATUBARA DAN BIOMASSA TERTOREFAKSI DALAM BENTUK BRIKET (SKALA LABORATORIUM) Suganal Suganal; Gandhi Kurnia Hudaya
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 15, No 1 (2019): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2019
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1103.02 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol15.No1.2019.971

Abstract

Energi berasal dari biomassa berperan cukup strategis dan menduduki urutan ke 3 pasokan energi primer nasional, yaitu sebesar 20,06 % atau 307.346.838 BOE. Urutan pertama dan kedua masih dipasok oleh minyak bumi dan batubara yang berupa energi fosil tidak terbarukan. Sementara itu produksi batubara cukup besar namun belum diimbangi oleh pemanfaatan di dalam negeri yang baru sebesar 20 % dari kapasitas produksinya. Industri secara global sebagai konsumen energi yang besar telah mulai memanfaatkan batubara dan biomassa melalui sistem pembakaran co-firing sebagai upaya pemanfaatan sistem energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemanfaatan biomassa bersama batubara acapkali memerlukan peningkatan kualitas biomassa tersebut di antaranya melalui sistem torefaksi. Dalam rangka optimasi pemanfaatan kombinasi batubara–biomassa untuk industri nasional telah diidentifikasi komposisi dan jenis biomassa dalam bentuk briket batubara–biomassa tertorefaksi yang memenuhi kriteria bahan bakar industri. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa 70 % batubara, 25 % batang singkong tertorefaksi dan 5 % tepung tapioka sebagai bahan pengikat merupakan komposisi adonan briket ideal ditinjau dari nilai kalor dan kadar abu sebagai bahan bakar untuk pembangkitan energi termal dengan harapan akan berdampak pada pengurangan emisi terutama CO2 sekaligus merupakan upaya pemanfaatan sumber energi terbarukan dan mengurangi energi fosil tidak terbarukan.
PROSES HIDROLISIS LARUTAN NATRIUM ALUMINAT DENGAN MENGGUNAKAN BIANG ALUMINIUM HIDROKSIDA Husaini Husaini; Suganal Suganal; Kukuh Nur Hidayat; Stefanus Suryo Cahyono
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 14, No 2 (2018): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2018
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.976 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol14.No2.2018.269

Abstract

Aluminium hidroksida [(Al(OH)3] dapat dihasilkan melalui hidrolisis garam-garam aluminium. Metode pengendapannya dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain dengan penambahan asam dan penambahan seed Al(OH)3. Pada penelitian ini, hidrolisis larutan natrium aluminat menghasilkan aluminium hidroksida dilakukan dengan menggunakan penambahan seed Al(OH)3. Larutan natrium aluminat yang digunakan diperoleh dari hasil digesting bauksit dengan NaOH dan seed Al(OH)3yang sudah dimurnikan dengan hidrosiklon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi yang optimum dari proses hidrolisis larutan natrium aluminat menggunakan seed Al(OH)3dengan variasi waktu dan konsentrasi Al2O3 dalam larutan natrium aluminat. Kondisi hirdolisis optimum dicapai dengan menggunakan seed sebanyak 41,32 kg untuk volume larutan natrium aluminat 370L dalam waktu 66 jam pada suhu 50-60°C yang dapat menurunkan kadar alumina (Al2O3) dari semula 152,91 g/L dalam larutan awal menjadi 62,51 g/l pada akhir proses atau memberikan persen hidrolisis akhir sebesar 59,12%. Produk Al(OH)3 yang dihasilkan memiliki komposisi 91,15 % Al(OH)3 dan bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan PAC (Poly Aluminum Chloride) sebagai koagulan.