Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS PERANAN MINERAL DAN BATUBARA BAGI PEREKONOMIAN NASIONAL HARTA HARYADI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 7 No 3 (2011): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Juli 2011
Publisher : Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol7.No3.2011.823

Abstract

Indonesia memiliki sumber daya mineral dan batubara sangat besar. Potensi mineral dan batubara Indonesia berada di posisi nomor 6 terkaya di dunia. Untuk wilayah Asia, posisi mineral dan batubara Indonesia, nomor 1 dalam deposit tembaga; nomor 2 dalam deposit emas; nomor 3 dalam deposit nikel laterit; nomor 3 dalam produksi batubara; nomor 1 dalam produksi timah.Sumber daya mineral dan batubara yang besar ternyata belum memberikan manfaat optimal untuk perekonomian nasional; serta tidak menjadi daya tarik investor pertambangan menanamkan modalnya di Indonesia. Investasi sampai saat ini terus menunjukkan kinerja yang menurun dan stagnan. Daya tarik Indonesia di mata investor menempati peringkat ke 62 dari 68 negara, sementara negara lain meskipun tidak sekaya Indonesia sumber daya mineralnya, beberapa negara justru lebih dikenal maju industri pertambangannya seperti Australia, Brasil, dan Afrika Selatan.Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan Analisis Peranan Mineral dan Batubara Bagi Perekonomian Nasional, untuk mengetahui berbagai kendala dan hambatan yang selama ini memengaruhi sektor pertambangan, dari sisi pemasokan, kebutuhan, potensi dan sumber daya, kebijakan, investasi dan perekomian.Hasil analisis antara lain, peran sektor mineral dan batubara masih rendah terhadap perekonomian nasional dan rendahnya tingkat investasi di sektor tersebut. Hasil analisis ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai acuan untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam rangka optimalisasi manfaat mineral dan batubara secara ekonomi, dan memberikan kondisi yang kondusif dalam rangka meningkatkan investasi. Di samping itu, hal ini dapat dijadikan landasan bagi pemerintah, pengusaha, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan dan menciptakan manajemen pengelolaan mineral dan batubara yang tepat dan terarah, agar sektor ini dapat menjadi sumber kemakmuran bangsa dan negara.
PERKEMBANGAN DAN PROSPEK BAHAN GALIAN NONLOGAM INDONESIA HARTA HARYADI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 6 No 1 (2010): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2010
Publisher : Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol6.No1.2010.879

Abstract

Indonesia memiliki potensi dan cadangan bahan galian nonlogam cukup besar yang menyebar hampir merata di seluruh wilayah, antara lain gamping dengan cadangan terbesar, sekitar 12,75 miliar ton, granit 10,69 miliar ton, marmer 7,15 miliar ton, pasir kuarsa 4,48 miliar ton, dolomit 1,19 miliar ton, dan kaolin 723,56 juta ton. Sedangkan yang lain rata-rata di bawah 500 juta ton. Selama tahun 2007 tercatat produksi gamping 79,99 juta ton, granit 8,15 juta ton, pasir kuarsa 3,02 juta ton, kaolin 407,72 ribu ton, bentonit 160, 48 ribu ton, dolomit 201,13 ribu ton, fosfat 154,09 ribu ton, felspar 34,02 ribu ton, dan marmer 68,77 ribu ton. Pendukung lainnya adalah ketersediaan sumber daya manusia di sektor pertambangan BGI yang banyak, dan industri pemakai di dalam negeri yang sangat besar. Dengan indikator tersebut seharusnya pengusahaan di sektor ini dapat berkembang dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi bangsa dan negara. Antara tahun 2003-2007 tingkat pertumbuhan impor bahan galian nonlogam Indonesia masih tinggi, kinerja sektor bahan galian nonlogam masih konvensional dengan nilai tambah yang rendah; industri pertambangan bahan galian nonlogam masih terbatas pada kegiatan penambangan murni, kurangnya investasi/modal di sektor bahan galian nonlogam, belum berkembangnya teknologi pemrosesan sehingga sulit bersaing dengan produk impor, kurangnya promosi dari para pengusaha bahan galian nonlogam mengenai produknya, pengusaha sektor bahan galian nonlogam masih kategori pengusaha kecil; lemahnya kemampuan sumber daya manusia di sektor bahan galian nonlogam dukungan lembaga perbankan yang minim, sifat potensi bahan galian nonlogam yang menyebar, konsumen dalam negeri yang lebih senang menggunakan bahan galian nonlogam impor, penerapan aturan yang belum baik, dan banyaknya usaha bahan galian nonlogam ilegal. Berbagai persoalan tersebut menunjukkan pengelolaan di sektor pengusahaan bahan galian nonlogam Indonesia belum maksimal, sehingga sampai saat ini sektor tersebut belum memberikan manfaat dan kesejahteraan yang optimal bagi bangsa dan negara. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah, pengusaha, dan para investor di sektor industri bahan galian nonlogam diharapkan mengambil suatu kebijakan secara integralistik dan komprehensif agar sektor bahan galian nonlogam dapat berkembang, tangguh, sehingga dapat memberikan peran optimal bagi perekonomian nasional, seperti keiikutsertaan dalam pameran dagang internasional; peran dukungan perbankan; kerjasama dengan lembaga Penelitian dan Pengembangan sektor pertambangan, meningkatkan inventarisasi dan evaluasi potensi yang sudah ada; kebijakan dan regulasi untuk mempermudah dan menarik investor; mengatur mekanisme pasar bahan galian nonlogam agar sektor ini dapat berkembang; membuka perwakilan dagang di luar negeri; secepatnya mengimplementasikan UU Minerba No. 4/2009; mengembangkan keahlian aparat di daerah; meningkatkan kemampuan teknologi proses dan mensosialisasikan kepada konsumen dalam negeri mengenai pentingnya pemakaian bahan baku dalam negeri.