Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

BIOOKSIDASI: TEKNOLOGI ALTERNATIF PENGOLAHAN BIJIH EMAS REFRAKTORI Sri Handayani; Suratman Suratman
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 13, No 3 (2017): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2017
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.609 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol13.No3.2017.191

Abstract

Sekitar sepertiga produksi emas dunia berupa  bijih emas refraktori. Sifat refraktori umumnya karena   bijih emas berukuran halus  dan terinklusi dalam mineral-mineral sulfida seperti arsenopirit dan pirit sehingga menyebabkan perolehan emas rendah (20-50%) bila diolah dengan proses sianidasi langsung. Teknologi biooksidasi merupakan teknologi alternatif yang menarik sebagai prapengolahan bijih emas refraktori karena desain dan operasinya lebih sederhana,  biaya kapital dan operasi rendah dan tidak menghasilkan bahan pencemar udara sehingga teknologi ini lebih ramah lingkungan. Indonesia mempunyai cadangan bijih emas refraktori yang cukup besar dan sangat berpotensi untuk diolah dengan teknologi biooksidasi karena teknologi ini telah terbukti layak secara teknis dan ekonomis, dan telah diaplikasikan selama 30 tahun terakhir di lebih dari 10 negara di seluruh dunia.Tulisan ini menyajikan informasi dan diskusi mengenai aplikasi teknologi biooksidasi dalam pengolahan bijih emas refraktori, landasan teori dan mekanisme reaksi, aplikasi komersial yang telah ada di dunia, hasil-hasil beberapa penelitian di Indonesia, aspek keekonomian, tantangan dan kendala serta potensi dan prospek aplikasinya di Indonesia. Hasil penelitian biooksidasi bijih emas refraktori Indonesia asal Kalimantan Timur,  menunjukkan pada sianidasi langsung tanpa praolahan, perolehan emasnya hanya mencapai 38,7% dan setelah bijih mengalami pelindian bakteri selama 42 hari, ekstraksi emasnya meningkat menjadi 87,1 %. Pada penelitian biooksidasi selanjutnya menggunakan kultur bakteri campuran Acidithiobacillus  ferrooxsidans dan Acidithiobacillus thiooxidans, perolehan emasnya mencapai 98% dalam waktu proses yang lebih singkat selama 28 hari. Hasil-hasil tersebut memperkuat prospek penerapan teknologi biooksidasi secara komersial di Indonesia.
BIOOKSIDASI: TEKNOLOGI ALTERNATIF PENGOLAHAN BIJIH EMAS REFRAKTORI Sri Handayani; Suratman Suratman
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 13 No 3 (2017): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2017
Publisher : Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol13.No3.2017.191

Abstract

Sekitar sepertiga produksi emas dunia berupa  bijih emas refraktori. Sifat refraktori umumnya karena   bijih emas berukuran halus  dan terinklusi dalam mineral-mineral sulfida seperti arsenopirit dan pirit sehingga menyebabkan perolehan emas rendah (20-50%) bila diolah dengan proses sianidasi langsung. Teknologi biooksidasi merupakan teknologi alternatif yang menarik sebagai prapengolahan bijih emas refraktori karena desain dan operasinya lebih sederhana,  biaya kapital dan operasi rendah dan tidak menghasilkan bahan pencemar udara sehingga teknologi ini lebih ramah lingkungan. Indonesia mempunyai cadangan bijih emas refraktori yang cukup besar dan sangat berpotensi untuk diolah dengan teknologi biooksidasi karena teknologi ini telah terbukti layak secara teknis dan ekonomis, dan telah diaplikasikan selama 30 tahun terakhir di lebih dari 10 negara di seluruh dunia.Tulisan ini menyajikan informasi dan diskusi mengenai aplikasi teknologi biooksidasi dalam pengolahan bijih emas refraktori, landasan teori dan mekanisme reaksi, aplikasi komersial yang telah ada di dunia, hasil-hasil beberapa penelitian di Indonesia, aspek keekonomian, tantangan dan kendala serta potensi dan prospek aplikasinya di Indonesia. Hasil penelitian biooksidasi bijih emas refraktori Indonesia asal Kalimantan Timur,  menunjukkan pada sianidasi langsung tanpa praolahan, perolehan emasnya hanya mencapai 38,7% dan setelah bijih mengalami pelindian bakteri selama 42 hari, ekstraksi emasnya meningkat menjadi 87,1 %. Pada penelitian biooksidasi selanjutnya menggunakan kultur bakteri campuran Acidithiobacillus  ferrooxsidans dan Acidithiobacillus thiooxidans, perolehan emasnya mencapai 98% dalam waktu proses yang lebih singkat selama 28 hari. Hasil-hasil tersebut memperkuat prospek penerapan teknologi biooksidasi secara komersial di Indonesia.