This Author published in this journals
All Journal Biokultur
Ronald Hasudungan Irianto Sitindjak
Program Studi Desain Interior Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Apropriasi Rumah Tradisional Batak Toba pada Arsitektur Gereja Katolik Pangururan di Samosir Ronald Hasudungan Irianto Sitindjak
Biokultur Vol. 9 No. 2 (2020): Responses to Cultural Changing
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bk.v9i2.23118

Abstract

Artikel ini fokus pada bentuk apropriasi rumah tradisional Batak-Toba pada arsitektur Gereja Katolik. Apropriasi budaya adalah penggunaan simbol budaya, artefak, genre, ritual, atau teknologi oleh anggota budaya lain, dimana unsur-unsur tersebut dipilih melalui proses penyesuaian agar akhirnya dapat diterima menjadi hak milik, tanpa keharusan memproduksi bentuk yang baru. Bentuknya dapat berupa pertukaran budaya, dominasi budaya, eksploitasi budaya ataupun berupa transkulturasi. Bentuk apropriasi ini dapat dijumpai pada bentuk arsitektural dari Gereja Katolik Pangururan yang terletak di pulau Samosir, daerah asalanya budaya Batak Toba. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data diperoleh melalui observasi lapangan, dokumentasi visual, wawancara serta ekplorasi pustaka. Sedangkan proses analisis mengaitkan temuan dari lapangan dengan kajian hasil eksplorasi pustaka terkait rumah tradisional Batak Toba. Hasil yang diperoleh, terdapat konsep-konsep dari rumah tradisional Batak Toba yang diadopsi oleh gereja Katolik, dan diimplementasikan pada bentuk arsitektural Gereja Katolik Pangururan. Apropriasi itu terlihat pada konsep wujud bangunan, ornamen ragam hias, posisi bangunan dan orientasi bangunan dari Gereja Katolik Panguruan. Apropriasi ini telah memperkaya budaya gereja Katolik dan budaya Batak Toba secara bersamaan. Dalam hal ini proses apropriasi memberi keuntungan bagi kedua budaya yang bertemu.