Afrizal Nur Afrizal Nur
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

MENGUAK DIMENSI SUFISTIK DALAM INTERPRETASI AL-QUR’AN Afrizal Nur, Afrizal Nur
Jurnal Ushuluddin Vol 16, No 2 (2013): Juli - Desember 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada awalnya Islam tidak mengenal ilmu dan gerakan mistik atau batin, Nabi Muhammad membawa al-Qur’an yang mengajarkan bahwa Allah itu pembuat undang-undang dan memerintahkan manusia untuk melaksanakan aturan perundangg-undangan tersebut. Seiring dengan meluasnya Ekpansi Islam dan pemeluknya semakin lama semakin banyak sehingga terjadi pengaruh-pengaruh luar salah satunya adalah mistik. Dinamika aliran mistik (tasawuf) selalu mengalami pasang surut dalam tradisi pengkajian al-Qur’an seiring perkembangan dan kemajuan zaman pada saat sekarang ini, namun keberadaannya tetap menjadi kewaspadaan kita bersama karena aliran ini selalu berusaha mencari tempat berpijaknya yaitu teks ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sebagai landasan utama dari ajarannya. Pengikut aliran ini seringkali menjadikan al-Qur’an sebagai al-Makhtutat atau dasar pijakan yang akan mereka tempuh. Mereka berpikir bahwa disamping dalil berupa teks lahir ayat terkandung substansi makna yang lebih dalam lagi yaitu makna batin yang tersembunyi disebalik teks tersebut. Tulisan yang sederhana ini mengajak kita kembali menumpukan perhatian kita untuk tetap serius mewaspadai keberadaan interpretasi al-Qur’an dengan pola sufistik yang menyimpang
Kontribusi al-Qirâ’ât al-Tafsîrîyah dalam Penafsiran al-Qur’an Nur, Afrizal
MUTAWATIR Vol 1, No 2 (2011): MUTAWATIR
Publisher : MUTAWATIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.228 KB)

Abstract

Qirâ’at urgency in order to understand the Koran was not able to be underestimated, and we must not regard the issue as a matter of considerable qirâ’at only borne by the smallest group. The Companions are characters who have a great contribution in the history of popularizing various versions qirâ’ât including qirâ’ât tafsîrîyah, their participation in the development of the understanding of the verses of the Koran are very large. Qirâ’at is one pillar of the pillars of the source of interpretation by other sacred texts (al-ma’thûr). Based on the explanation, then we know that qirâ’ât tafsîrîyah definitely has a share and a huge contribution in the interpretation and to produce law, so therefore it becomes very urgen to study it comprehensively in order to practice the Quran to practice perfect.
INFILTRATION of SHIA: SEGMENTATION of AL-DAKHIIL in INTREPRETATION of AL-MISHBAH Nur, Afrizal
Jurnal Ushuluddin Vol 23, No 1 (2015): Januari - Juni
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

M.Quraish Shihab is the Indonesian contemporary Muffassir, since he is capable and too bold to convey the message of the Qur’an that’s contextualized with the current situation which makes him popular, but at the same time his popularity started dropping as his pro-Shia views and interpretation, this has caused controversy among public. Shia infiltration is a segmentation of al-Dakhiil in the interpretation of the Koran, which is about the following issues: the cult of the Prophet Muhammad’s daughter (Fatima ra), Ali bin Abi Talib ra is First People who substitute the Prophet, believer in verse 105 of al-Tawbah letter are special people and Ahlul Bait. Among criticisms, there were always directed to the professor in Qur’an Tafseer at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta is a rational interpretation in some cases above, because it is so memorable to his figures of contemporary Shi’ism. Hopefully, this article is as an effort to repair and may contribute to restore al-tafseer book of Mishbah commentary be dignified and highvalue tafseer equivalent to the works of previous commentary of Indonesian Mufassir
Konsistensi Sayyid Qutb terhadap Corak Al Adabiy wal Ijtima’iy dan Dakwah wal Harakah Nur, Afrizal
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 24, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v24i1.2769

Abstract

The activity of interpreting the Qur'an from the time of the Prophet to this day is still ongoing.However, the miracle of the Qur'an remains lasting and is increasingly interesting to study, because the Qur'an is the main source of law, a source of knowledge and a source of human guidance that is not timeless by heat and is not weathered by rain. The dynamics of the methodology of interpretation always occur, including the dynamics of the style and orientation of the interpretation of the Qur'an which arise as a response to the social conditions of the community and the ummah, so that the material for interpretation is more dominant in the form of da'wah messages and movements. Receptions of Orientation and Interpretation Patterns Current contemporary in modern tafseer books are al da'wah wal Harakah, al adabiy ijtimaiy, and Ilmi styles. The al-Dakwah wal Harakah style is an interpretive style whose focus is to convey the verses of the Koran with the packaging of da'wah with all forms of conceptual movement strategies, namely full of wisdom, good teaching, and performing mujadalah as the best step, so that Congratulations, the ummah from practices of deviating aqidah, worship and deviation in mu'amalah, so that people who are istiqamah in faith will emerge from the darkness and practice of modern ignorance into the light of Islam which guarantees physical happiness and inner happiness in the world and the hereafter.                                             
Menguak Dimensi Sufistik dalam Interpretasi Al-Qur'an Afrizal Nur
Jurnal Ushuluddin Vol 20, No 2 (2013): July - December
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jush.v20i2.926

Abstract

Pada awalnya Islam tidak mengenal ilmu dan gerakan mistik atau batin, Nabi Muhammad membawa al-Qur'an yang mengajarkan bahwa Allah itu pembuat undang-undang dan memerintahkan manusia untuk melaksanakan aturan perundangg-undangan tersebut. Seiring dengan meluasnya Ekpansi Islam dan pemeluknya semakin lama semakin banyak sehingga terjadi pengaruh-pengaruh luar salah satunya adalah mistik. Dinamika a/iran mistik (tasawuf) selalu mengalami pasang surut dalam tradisi pengkajian ai­ Qur'an seiring perkembangan dan kemajuan zaman pada saat sekarang ini, namun keberadaannya tetap menjadi kewaspadaan kita bersama karena a/iran ini selalu berusaha mencari tempat berpijaknya yaitu teks ayat-ayat al-Our'an yang dijadikan sebagai landasan utama dari ajarannya. Pengikut a/iran ini seringkali menjadikan al-Our'an sebagai ai-Makhtutat atau dasar pijakan yang akan mereka tempuh. Mereka berpikir bahwa disamping dalil berupa teks lahir ayat terkandung substansi makna yang lebih dalam lagi yaitu makna batin yang tersembunyi disebalik teks tersebut Tulisan yang sederhana ini mengajak kita kembali menumpukan perhatian kita untuk tetap serius mewaspadai kebetadaan interpretasi al­ Qur 'an dengan pola sufistik yang menyimpang
DEKONSTRUKSI ISRA’ILIYYAT DALAM TAFSIR AL-MISHBAH Afrizal Nur
An-Nida' Vol 39, No 1 (2014): Januari - Juni 2014
Publisher : Lembaga penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v39i1.863

Abstract

Gagasan dekonstruksi adalah pandangan hidup dan filsafat Barat, menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, dekonstruksi bersumber dari tiga faham yaitu pandangan hidup sekuler atau humanisme, faham Filsafat, faham yang menerima pengalaman kesengsaraan hidup sebagai satu kepercayaan yang mutlak. Ternyata dalam kenyataannya M.Quraish Shihab mengambil dari kitab Perjanjian Lama (kejadian VI:16) bahtera itu dilukiskan bertingkat-tingkat. Abu Hayyan juga mengatakan hal yang sama dan tidak menyebutkan dari mana sumber pengambilannya, beliau (Abu Hayyan) menyatakan bahawa tingkat paling bawah dari bahtera Nabi Nuh a.s itu adalah untuk binatang buas, yang bahagian tengah untuk tempat penyimpanan makanan dan minuman, dan tingkat paling atas adalah tempat Nabi Nuh a.s beserta pengikut-pengikut beliau. Keberadaan Israiliyat dalam kitab-kitab tafsir Al-Quran, menurunkan kewibawaan satu kitab tafsir, karena telah terjadi di percampur bauran kebenaran dan kebatilan, fakta yang benar dengan yang bohong, cerita yang benar dengan dongeng semata
KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI KOMPARATIF ANTARA TAFSIR AL-TAHRÎR WA AT-TANWÎR DAN AISAR AT-TAFÂSÎR) Afrizal Nur
Jurnal An-Nur Vol 4, No 2 (2015): Jurnal An-Nur
Publisher : UIN SUSKA RIAU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nur.v4i2.2062

Abstract

Era globalisasi adalah era ‘diplomasi’, era di mana umat Islam dituntut untuk bersikap moderat (wasathiyah). Umat Islam sebagai umat yang moderat harus mampu mengintegrasikan dua dimensi yang berbeda; dimensi‘theocentris’ (hablun min Allah) dan ‘anthropocentris’ (hablun min an-nas).Tuntutan tersebut bukanlah tuntutan zaman, tetapi tuntutan Al-Qur’an yang wajib dilaksanakan. Makna wasathiyah tidak sepantasnya diambil dari pemahaman para ekstremis yang cenderung mengedepankan sikap keras tanpa kompromi (ifrâth), atau pemahaman kelompok liberalis yang sering menginterpretasikan ajaran agama dengan sangat longgar, bebas, bahkan nyaris meninggalkan garis kebenaran agama sekalipun (tafrîth).Makna Islam sebagai agama wasathiyah harus diambil dari penjelasan para ulama, agar tidak memicu ‘missunderstanding’ dan sikap intoleran yang merusak citra Islam itu sendiri. Pemahaman makna wasathiyah yang benar mampu membentuk sikap sadar dalam ber-Islam yang moderat dalam arti yang sesungguhnya (ummatan wasathan), mewujudkan kedamaian dunia, tanpa kekerasan atas nama golongan, ras,  ideologi bahkan agama.