Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KAJIAN PEMIKIRAN SOEKARNO: PANCASILA DI ENDE 1934-1938 Samingan Samingan
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v14i22020p98-107

Abstract

Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep pemikiran perjuangan Soekarno yang melahirkan butir-butir Pancasila sebelum pengasingannya di kota Ende? Bagaimana konsep pemikiran perjuangan Soekarno yang melahirkan butir-butir Pancasila di kota Ende? Dalam konsep tataran kehidupan Soekarno telah dicapai berbagai pengalaman yang serba kompleks, dari mulai jeruji besi hingga pada pembuangan. Dari berbagai pengalaman yang diperoleh Soekarno akhirnya membuat Indonesia Merdeka. Konsep Indonesia merdeka sebagaimana tertuang dalam Pancasila. Kota Ende juga merupakan bagian dari pada investasi Indonesia merdeka. Banyak pengetahuan dan pengalaman Soekarno selama mengalami internir di Ende membawakan hikmah yang besar terhadap konsep Pancasila. Heterogenitas penduduk dari berbagai etnis, suku, agama, bahasa, adat istiadat diperkenalkan semua pada diri Soekarno selama di Ende. Konsep seperti inilah akhir pada menuju perenungan yang mendalam lewat batas spiritualitas. Pohon sukun merupakan bagian dari pada saksi dimana Soekarno duduk merenung akan di Indonesia Merderka dimasa yang akan datang. The main problem examined in this study is how was the concept of Sukarno's struggle that gave birth to the points of Pancasila before his exile in the city of Ende? What was the concept of Sukarno's struggle that gave birth to the points of Pancasila in the city of Ende? In the concept of Sukarno's life level various complex experiences have been achieved, from the iron bars to the disposal. From the various experiences gained by Sukarno finally made Indonesia Independent. The concept of an independent Indonesia as stated in the Pancasila. The City of Ende is also part of Indonesia's independent investment. Much of Sukarno's knowledge and experience during his internment experience at Ende brought great wisdom to the Pancasila concept. The heterogeneity of the population from various ethnicities, ethnicities, religions, languages, and customs was all introduced to Sukarno himself while in Ende. Concepts like this end in the direction of deep reflection through the limits of spirituality. Breadfruit tree is part of the witness where Sukarno sat pondering about Indonesia in the future in the future.
KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS: BERDAGANG DAN MENYEBARKAN AGAMA KATOLIK DI NUSA TENGGARA TIMUR Samingan Samingan; Yosef Tomi Roe
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 6, No 1 (2021): JUNE
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v6i1.4441

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedatangan bangsa Portugis di Nusa Tenggara Timur dalam berdagang dan menyebarkan agama Katolik.  Metode digunakan penelitian yaitu metode sejarah (historical method). Adapun langkah-langkah metode sejarah, yaitu mengumpulkan sumber (heuristik), kritik sumber atau verifikasi, interpretasi, historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini, yaitu kedatangan bangsa Portugis ke Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari pengaruh perdagangan rempah yang menjadi daya minat tinggi pasaran Eropa. Produk kayu Cendana merupakan barang unggulan yang memiliki daya beli tinggi di Eropa. Berbagai setrategi dan daya pikat hingga akhirnya Portugis dapat menguasai perdagangan kayu Cendana bahkan sampai membuat pos pertahanan di Nusa Tenggara Timur. Selain mencari rempah produk kayu Cendana Bangsa Portugis juga memiliki tujuan yaitu menyebarkan agama Katolik. Wilayah-wilayah yang menjadi bagian kekusaan perdagangan Portugis di Nusa Tenggara Timur merupakan tujuan utama misionaris.
SPIRITUALITAS ISLAM DALAM KAJIAN PEMIKIRAN SOEKARNO Samingan Samingan
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 7 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i7.2021.2263-2272

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spiritualitas Islam dalam kajian pemikiran Soekarno. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah. Adapun langkah-langkah yang digunakan metode sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Adapun hasil penelitian, yaitu: pendalaman Soekarno akan Islam diperoleh berdasarkan pengalaman bergaul dengan para tokoh-tokoh Islam dan banyak membaca buku-buku Islam selama masa pembuangan. Salah satu yang menarik dalam pemikiran Soekarno tentang Islam adalah menekankan pada rasionalitas dengan memberikan penghargaan kepada akal. Penghargaan yang tinggi atas akal Islam dapat dipelajari lewat sejarahnya sehingga dapat ditemukan pengetahuan yang baik. Kemunduruan umat Islam adalah kurangnya pengghargaaan atas akal untuk mengkaji Islam. Selain itu pengajaran Islam yang masih tradisional dan tidak memadukan pengetahuan modern. Pemikiran Soekarno demikian, banyak para sejarawan baik dari dalam mau luar negeri menganggap sebagai seorang tokoh nasionalis sekuler. Anggapan tersebut kemudian menjadi bahan polemik bagi kalangan tokoh Islam nasionalis.
Nasionalisme Kulit Putih: Ernest Douwes Dekker Malaikat Pemberani Samingan
Ekspektasi: Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol. 2 No. 2 (2017): September
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problem in this research is how the form of nationalism of Indo Ernest Douwes Dekker to fight for equality between all layers with the Europeans. Through the tortuous struggle undergo various disposal has spawned a sense of nationalism as the basis of pinjakan for Indonesia Merdeka. The purpose of the study was to find out how Ernest Douwes Dekker's nationalism fought to achieve equality between European white people and indigenous peoples and Indo. The method used in this study using the method of History (historical method). The steps used in this study, which is first is to collect the source (heuristic), the second is the source or verification criticism, the third step is the interpretation, the fourth step historiografi reconstruction (writing) history. The results show that: Douwes Dekker is a descendant of the Netherlands. His concern for the colonial nation's oppression of the Natives tapped his conscience to fight for the Indo (The Dutch) Natives of all discrimination. The real step taken by Douwes Dekker to voice his aspirations is to establish a political party or known as Indische Partij. Tjipto is known to oppose a deeply rooted feudal system, while Soewardi who is a member of the Pakualaman kingdom rejects cultural subordination under Western imperialism. The three of them combined into a triad to oppose colonialism through its political party. The twists and turns of his struggle so that all three of them are dumped. The result of this triad effort has led to the roots of nationalism to fight for Indonesian independence.
PEMBUNUHAN KARAKTER DI BALIK SEJARAH: SOEKARNO DAN KOMUNIS Samingan Samingan
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2022): JUNE
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v7i1.8937

Abstract

Abstrak: Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pembunuhan karakter atau perusakan nama baik Soekarno atas tuduhan keterlibatan dalam paham komunis. Adapun metode digunakan pada penelitian menggunakan metode sejarah (historical method). Langkah-langkah digunakan dalam metode sejarah, meliputi: mengumpulkan jejak sumber sejarah (heuristik), kritik sumber, interpretasi (analisa), historiografi atau (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini, yaitu dalam kehidupan Soekarno sangat gemar membaca buku dalam hal ini buku yang bernada marxisme. Maka tidak heran jika banyak pemikiran Soekarno terpengaruh dari marxisme sehingga muncul karyanya tentang Nasionalisme, Islam dan marxisme. Suatu alasan mengapa Soekarno tertarik komunisme tidak lain karena alasan rasional perjuangan menentang kapitalisme dan imperalisme di nusantara. Akan tetapi bukanlah sama antara marxisme dengan marxisme Soekarno karena Soekarno lebih pada perjuangan nasional dari pada perjuangan kelas. Kedekatan Soekarno dengan komunisme inilah kemudian disalahartikan bagi sebagian orang untuk menghilangkan kharisma Soekarno. Soekarno bukanlah marxisme Soekarno adalah seorang muslim taat beribadah. Soekarno merangkul paham komunis bagian dari upaya untuk mendukung tujuan politiknya anti imperalisme seperti masalah dalam hubungan segitiga Soekarno, PKI dan konfrontasi Malaysia. Adanya hembusan isu politik Soekarno seorang komunis tulen sebenarnya adalah upaya bagian pembunuhan karakter seiring berdirinya orde baru dibawah Soeharto.Abstract:  This study aimed to determine the character assassination or destruction of Soekarno's good name for alleged involvement in communist understanding. The method used in research uses the historical method. Steps are used in the historical method, including collecting traces of historical sources (heuristics), source criticism, interpretation (analysis), historiography or (writing history). The result of this research, namely in Soekarno's life, was very fond of reading books in this case books with the tone of Marxism. So it is not surprising that many of Soekarno's thoughts were influenced by Marxism so his work on Nationalism, Islam, and Marxism emerged. One reason why Sukarno was interested in communism was none other than the rational reason for the struggle against capitalism and imperialism in the archipelago. However, it was not the same between Marxism and Soekarno's marxism because Soekarno was more of a national struggle than a class struggle. Soekarno's closeness to communism was then misinterpreted for some to dispel Soekarno's charisma. Sukarno is not marxism Soekarno was a devout Muslim worshipper. Sukarno embraced communism as part of an effort to support his political goals of anti-imperialism such as problems in Soekarno's triangular relations, the PKI, and the Malaysian confrontation. The gust of Soekarno's political issue, a pure communist, was an attempted character assassination part of the establishment of the new order under Suharto.