ALIMA Alima
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : SASTRANESIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

CAMPUR KODE BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO GARUDA FM DI DESA DADITUNGGAL, KECAMATAN PLOSO, KABUPATEN JOMBANG ALIMA Alima
SASTRANESIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : STKIP PGRI Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32682/sastranesia.v1i1.86

Abstract

dapat disimpulkan bahwa sosiolingustik adalah ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dalam masyarakat.Campur kode merupakan salah satu kajian sosiolingustik, Chaer dan Agustin (2004:114) menyatakan, dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode yang lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanya terjadi serpihan-serpihan (pieces) saja tanpa fungsi atau keotonomian sebagai kode.Warsiman (2014:96)  membagi dua ciri campur kode yaitu  (1)  adanya timbal balik antara peranan dan fungsi ke bahasaan Peranan maksudnya siapa yang menggunakan bahasa itu, dalam arti apa sifat-sifat khusus penutur (latar belakang, sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan, dan sebagainya), sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya. Fungsi menentukan sejauh mana bahasa yang dipakai oleh penutur memberi kesempatan untuk bercampur kode. (2) dan Unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri atau tidak memiliki keotonomian sebagai sebuah kode. Unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip dalam bahasa lain dibedakan menjadi dua golongan, yakni : (a) yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya, dan (b) yang bersumber dari bahasa asing. Campur kode dengan unsur-unsur golongan pertama disebut campur kode ke dalam (inner code-mixing), sedangkan campur kode yang unsur-unsurnya dari golongan kedua disebut campur kode ke luar (outer code-mixing) Warsiman juga  (2014:96-97) menjelaskan tiga alasan yang mendorong terjadinya campur kode yang meliputi identifikasi peranan, identifikasi,ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Warsiman (2014:97-98) membagi campur kode menjadi enam unsur yang berwujud kebahasaan yang meliputi (1) penyisipan unsur-unsur yang yang berwujud kata, (2) penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa, (3) penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster (4) penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata, (5) penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom, (6) penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.Pokok permasalahan campur kode pada siaran  acara Dangdut Protanika Garuda FM terletak pada bahasa yang digunakan secara berselang-seling oleh penyiar dan penelpon. Adanya penguasaan dua bahasa atau lebih yang menyebabkan campur kode dalam tuturan penyiar dan penelpon.