Wakiah Nuryani
Balai Penelitian Tanaman Hias

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Penggunaan Gliocompost untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium dan Meningkatkan Produktivitas Bunga Krisan Potong Nuryani, Wakiah; Yusuf, Evy Silvia; Rahardjo, Indiarto Budi; Djatnika, Ika
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 3 (2012): September 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. f. sp. tacheiphillum merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman krisan. Penyakit ini sulit dikendalikan karena patogennya bersifat tular tanah. Penelitian bertujuan mengetahui peranan  penggunaan Gliocompost dalam upaya mengurangi penggunaan pestisida sintetik dan pupuk kimia yang berlebih tetapi murah, efektif, ramah lingkungan, dan dapat meningkatkan kualitas serta hasil bunga potong krisan. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dan Rumah Plastik  Kelompok Tani Sekar Poncokusumo,  Malang – Jawa Timur (850 m dpl.), mulai Bulan Januari sampai dengan Desember 2010. Penelitian menggunakan  rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.  Perlakuan terdiri atas delapan paket  yaitu: (A)  pupuk kandang sapi (organik) setara 50 t/ha (cara Poncokusumo); (B) pupuk kimia sintetik sesuai  SOP  (200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, dan 350 kg/ha ZK); (C) pupuk  kandang sapi (organik) sesuai SOP (30 t/ha) + pupuk kimia sintetik sesuai SOP (200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, dan 350 kg/ha ZK); (D) Gliocompost (4 t/ha); (E) Gliocompost (4 t/ha) + pupuk kimia sintetik sesuai SOP (200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, dan 350 kg/ha ZK ); (F) Gliocompost (4 t/ha) + cara Poncokusumo (100%), yaitu pupuk kimia sintetik ( 200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, dan 350 kg/ha ZK) + fungisida (piraklostrobin 250 g/l dan azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l); (G) Gliocompost (4 t/ha) + cara Poncokusumo (50%), yaitu pupuk kimia sintetik (100 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, dan 175 kg/ha ZK) + fungisida (piraklostrobin 125 g/l dan azoksistrobin 100 g/l + difenokonazol 62,5 g/l); dan (H) kontrol negatif (tanpa menggunakan pupuk dan fungisida). Hasil percobaan menunjukkan bahwa paket penggabungan antara Gliocompost (4 t/ha) + cara Poncokusumo (50%), yaitu pupuk kimia sintetik  (100 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, dan 175 kg/ha ZK) + fungisida (piraklostrobin 125 g/l dan azoksistrobin 100 g/l + difenokonazol 62,5 g/l), merupakan teknik pengendalian yang paling efektif dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia serta pestisida sintetik masing-masing 50%. Aplikasi Gliocompost dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetik dan pupuk anorganik sebesar 50%. Selain itu perlakuan Gliocompost dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, produksi, dan lama kesegaran bunga potong pada suhu ruangan. ABSTRACT. Nuryani, W, Silvia Yusuf, E, Rahardjo, IB, and Djatnika, I 2012. The Use of Gliocompost for Control Fusarium wilt Disease and Increasing Productivity of Chrysanthemum Cut Flower. Fusarium wilt  caused by Fusarium oxysporum. f. sp. tacheiphillum is one of the important disease on chrysanthemum plant. The disease is difficult to control because the pathogen is a soil borne disease. This study was aimed to identify the role of the use of Gliocompost in an effort to reduce using of synthetic pesticides and chemical fertilizers were excessive but cheap, effective, environmentally friendly, and improve quality and yield of chrysanthemum cut flower. The experiment was conducted at the Laboratory of Indonesian Ornamental Plant Research Institute and Sekar Farmers Group Plastichouse Poncokusumo, Malang - East Java (850 m asl.), from January to December 2010. The study was used a randomized block design which three replications. The treatment consisted of eight packages, that is: (A) cow manure (organic) equivalent of 50 t/ha (Poncokusumo ways), (B) synthetic chemical fertilizers according to SOP (200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, and 350 kg/ha ZK), (C) cow manure (organic) in accordance with SOP (30 t/ha) + synthetic chemical fertilizers according to SOP (200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, and 350 kg/ha ZK), (D) Gliocompost (4 t/ha), (E) Gliocompost (4 t/ha) + synthetic chemical fertilizers according to SOP (200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, and 350 kg/ha ZK), (F) Gliocompost (4 t/ha) + Poncokusumo ways (100%), a synthetic chemical fertilizer (200 kg/ha Urea, 300 kg/ha SP-36, and 350 kg/ha ZK) + fungicide (pyraclostrobin 250 g/l and azocsistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l), (G) Gliocompost (4 t/ha) + Poncokusumo ways (50%), a synthetic chemical fertilizer (100 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, and 175 kg/ha ZK) + fungicide (pyraclostrobin 125 g/l and azocsistrobin 100 g/l + difenokonazol 62.5 g/l), and (H) negative control (without fertilizer and fungicides). The results showed that combination package between Gliocompost (4 t/ha) + Poncokusumo ways (50%), synthetic chemical fertilizers (100 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, and 175 kg/ha ZK) + fungicide (pyraclostrobin 125 g/l and azocsistrobin 100 g/l + difenokonazol 62.5 g/l), was the most effective control techniques and could reduce the use of chemical fertilizers and synthetic pesticides 50% respectively. Gliocompost application could reduce the use of synthetic pesticides and inorganic fertilizers by 50%. However, application of Gliocompost also could increase plant growth, production, and long freshness of cut flowers at room temperature.
Formulasi Biopestisida Berbahan Aktif Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Corynebacterium sp. Nonpatogenik untuk Mengendalikan Penyakit Karat pada Krisan Hanudin, Hanudin; Nuryani, Wakiah; Silvia, Evi; Djatnika, Ika; Marwoto, Budi
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 3 (2010): September 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Karat putih yang disebabkan oleh Puccinia horiana merupakan salah satu penyakit pada krisan yangdapat menimbulkan kehilangan hasil sampai 100% . Selama ini untuk mengendalikan patogen tersebut, petani seringmenggunakan pestisida kimiawi. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat penggunaan fungisida sintetiksecara berlebihan dapat mencemari lingkungan yang membahayakan bagi kehidupan makhluk hidup. Oleh karenaitu, cara pengendalian alternatif yang efektif dan aman bagi lingkungan diperlukan untuk mengendalikan penyakitkarat putih pada krisan. Salah satu alternatif cara pengendalian penyakit karat yaitu dengan mengaplikasikanbiopestisida yang ramah lingkungan. Penelitian dilakukan di laboratorium, rumah kaca, dan rumah plastik KebunPercobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl), pada bulan April 2009 sampai Februari 2010. Tiga spesiesbakteri antagonis sebagai bahan aktif biopestisida (Bacillus subtilis Cs 1a, Corynebacterium sp.1, dan Pseudomonasflurescens 3 Sm) dan bahan pembawa (campuran antara ekstrak kascing, molase, gula pasir, dan atau kentang),masing-masing diformulasi dalam 12 jenis formula biopestisida cair. Formulasi biopestisida difermentasikan selama3 minggu dalam keadaan aerobik menggunakan biofermentor. Viabilitas bahan aktif dalam bahan pembawa diujisetiap bulan, yaitu pada periode sebelum dan sesudah fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi bahanaktif setelah difermentasi selama 3 minggu selalu meningkat, populasi bahan aktif sebelum fermentasi sejumlah 105cfu/ml meningkat menjadi 106-7 cfu/ml. Dua bulan setelah fermentasi, populasi bahan aktif biopestisida masih tetaptinggi yaitu berkisar antara 106-11 cfu/ml. Perlakuan ekstrak kascing + gula pasir + B. subtilis + P. fluorescens +Corynebacterium pada tingkat konsentrasi 0,3% merupakan perlakuan terbaik. Disamping dapat menekan intensitasserangan P. horiana (38,49%), formulasi biopestisida tersebut juga dapat menaikkan hasil panen bunga krisan layakjual sebanyak 14,58%.ABSTRACT. Hanudin, W. Nuryani, E. Silvia, I. Djatnika, and B. Marwoto. 2010. Formulation of BiopesticideContaining Bacilllus subtilis, Pseudomonas fluorescens, and Corynebacterium sp. for Controlling WhiteRust Disease on Chrysanthemum. White rust caused by Puccinia horiana is one of the contagious diseases ofchrysanthemum that is able to cause yield losses up to 100%. Chemical synthetic fungicides have been used tocontrol the disease. Because of harmful effects of the synthetic fungicides, the other alternative measure to controlthe disease have to be developed in order to support the sustainable farming system. One of the recommended controlmeasures is the application of biopesticide which is environmentaly friendly. The experiments were conducted inthe laboratory, glasshouse, and plastichouse of Indonesia Ornamental Crops Research Institute (1,100 m asl), fromApril 2009–February 2010. Three candidates of biocontrol agents, i.e. B. subtilis Cs 1a, Corynebacterium sp.1, andP. fluorescens 3 Sm, were formulated with organic basal medium made from fermented worm manure, molasses,sugar, and or potatoes extracts. Twelve formulations were tested for their effectiveness to control the disease in thefield. The viability of the biocontrol agents in the formulations was monthly tested before and after fermentationprocess during storage. Population of the biocontrol agents, after fermentation for 3 weeks was increased from 105to 106-7 cfu/ml. Two months after fermentation the population of the biocontrol agents was still high (106-11 cfu/ml).The results showed that the formulation of vermicompost + sugar + B. subtilis + P. fluorescens + Corynebacteriumat the concentration level of 0.3%, was proven to be the best treatment. The treatment was effective to supress whiterust up to 38.49%, and could also increase the yield of marketable chrysanthemum flowers up to 14.58%.
Pengendalian Penyakit Layu Fusarium pada Subang Gladiol dengan Pengasapan dan Biopestisida Nuryani, Wakiah; Yusuf, Silfia; Djatnika, Ika; Hanudin, -; Marwoto, Budi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gladiol (Gladiolus hybridus L.) merupakan komoditas tanaman hias yang mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Salah satu penyakit utama yang menyerang tanaman tersebut ialah layu yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. sp. gladioli. Di Indonesia, kehilangan  hasil akibat serangan patogen tersebut hampir mencapai 100%. Tujuan penelitian ialah mengendalikan F. oxysporum f. sp. gladioli serta mendorong pertumbuhan tunas subang gladiol melalui  pengasapan dan aplikasi biopestisida. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung (1.100 m dpl.) dari bulan Januari sampai Desember 2009. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan  sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  pengasapan dari hasil pembakaran tempurung kelapa yang ditambah dengan Prima BAPF dapat merangsang pertumbuhan tunas pada subang gladiol, tetapi tidak mampu menekan jumlah subang terinfeksi dan intensitas penyakit busuk Fusarium di gudang penyimpanan. Untuk percobaan yang dilakukan di lapangan, perlakuan gabungan antara pengasapan dari hasil pembakaran tempurung kelapa yang ditambah dengan belerang dan Prima BAPF merupakan perlakuan terbaik untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium. Aplikasi perlakuan tersebut  menurunkan jumlah tanaman layu, menurunkan nilai AUDPC  perlakuan, dan dapat meningkatkan produksi  bunga gladiol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diadopsi oleh petani guna mengendalikan F. oxysporum f. sp. gladioli secara luas.Gladiolus (Gladiolus hybridus L) is one of the most economically important cut flowers in Indonesia.  The crops is commonly cultivated in the highland. Cultivations of the crops in the production centers have faced various problems especially wilt disease caused by Fusarium oxysporum  f. sp. gladioli  as the most important one. Based on the field observations, it was known that the disease can reduce plant production and its yield quality up to 100%. The experiment was aimed to determine the effect of fumigation by using smoke produced by burned up coconut shell and biopesticide  on gladioulus bud growth and fusarial wilt  incidence. The expereiment was carried out at the Laboratory, Glasshouse and the field of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (1,100 m asl.)  since January to December 2009.  A randomized block design with nine treatments and three replications was used.  The results  indicated that fumigation by using smoke of  burned up coconut shell combined with biopesticide Prima BAPF stimulated gladiolus bud growth, but did not suppress infection of the bulb and fusarial disease intensity at the storage.  Base on the field trial, fumigation by smoke of burned up coconut shell combined with sulphur and Prima BAPF was proven to be the best treatment. Application of the treatment significantly reduced disease intensity, AUDPC value, and increased flower production. This research result is expected to be adopted by farmers in order to widely control the F. oxysporum f. sp. gladioli.
Pengendalian Layu Fusarium Menggunakan Mikrobe Antagonis dan Tanaman Resisten pada Lili Nuryani, Wakiah; Yusuf, Evi Silfia; Hanudin, -; Djatnika, Ika; Marwoto, Budi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 4 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lili merupakan tanaman hias penting dan bernilai ekonomi tinggi. Budidaya lili di Indonesia menghadapi kendala utama yaitu penyakit layu Fusarium. Aplikasi bahan kimia sintetik untuk mengendalikan penyakit ini berdampak negatif terhadap kerusakan lingkungan. Aplikasi organisme antagonis dan kultivar resisten merupakan alternatif pengendalian penyakit ramah lingkungan, berdampak positif terhadap kelestariannya, dan meningkatkan produktivitas lili. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mikrobe antagonis, mikrobe nonpatogenik, dan klon lili yang dapat menekan penyakit  layu Fusarium. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokontrol dan Rumah Sere, Balai Penelitian Tanaman Hias pada bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Tata letak percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok pola faktorial denga tiga ulangan. Faktor pertama ialah klon lili yang terdiri dari klon No.1, No 2, No.3 (tahan), dan No.4 (rentan). Faktor kedua ialah perlakuan mikrobe antagonis (1) Gliocladium sp. 107 spora/ml, (2). Trichoderma sp. 107 sel/ml, (3) Fusarium a virulen 107 spora/ml dan, (4) kontrol (tanpa mikrobe antagonis). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan mikrobe antagonis Gliocladium sp. dan klon resisten paling efektif mengendalikan penyakit busuk umbi Fusarium pada lili. Hal ini dibuktikan dari persentase tanaman layu pada perlakuan aplikasi mikrobe dan penggunaan tanaman resistant dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Penanaman tanaman resisten diikuti dengan aplikasi Gliocladium paling efektif menekan layu Fusarium dibanding perlakuan lainnya.Lilium is one of  the most important and the heigest economic value of cut flower in Indonesia. Cultivation of Lilium faces major constrain, that is wilt disease caused by Fusarium. Application of synthetic chemicals to control the diseases is not recommended, because its impact is dangerous for environment and human life. Therefore other control measures that are move environmentally friendly and more effective/efficient have to applied. The use of antagonistic microbes and resistance varieties are the most promising control measures to be recommended in the field. The study was aimed to find out of antagonist and nonpathogenic microbes and plant resistant that were effective to control Fusarium bulb rot on lili.  The experiment was conducted at Laboratory and Glasshouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (1,100 m asl.) on January to December 2007. Factorial experiment was arranged in a randomized block design with three replications. The first factor was Lilium clones i.e. No.1, No. 2, No. 3 (resistant), and No. 4 (susceptible clone as control). The second factor was antagonism microbes i.e. (1) Gliocladium sp. 107 spora/ml, (2). 107 Trichoderma sp. cel/ml, (3) Fusarium nonpathogenic 107 spora/ml, and (4) control (tap water without antagonist microbe). The results indicated that the use of Gliocladium sp. and resistant clone of Lilium i.e. clone No.3 was effective to control Fusarium bulb rot of Lilium. This proven from lower percentage of disease occurance on the treatment of antagonistics microbes and resistance varieties compared both to those of without treatment (control). The use of resistance plant followed by application of Gliocladium was known to be most effective to control fusarial wilt disease compared to the other treatment combinations.   
Seleksi Ketahanan Klon-Klon Harapan Gladiol terhadap Fusarium oxysporum f. sp. gladi oli Nuryani, Wakiah; Badriah, Dedeh Siti; Sutater, Toto; Silvia, Evy; Muhidin, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan klon harapan gladiol yang tahan terhadap layu fusarium.Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial. Faktor (1) klon-klon harapan gladiol, terdiri dari96212/168; 96210.2/20; 96215/49; 96203.2/14; 9607.2/129; 96215/202; 96215/122; 96204/69; 96213/109;96210.1/170; hol land merah; dan 621-1. Faktor (2) kerapatan inokulum F. oxysporum, terdiri dari 0 sel konidia/gtanah; 104 sel konidia/g tanah; 108 sel konidia/g tanah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa gladiol dengan nomorklon 96215/49; 623-1 dan 96213/109 merupakan klon harapan gladiol yang pal ing tahan terhadap layu F. oxysporumf. sp. dan klon 9612/168 merupakan klon yang pal ing rentan.Re sponse of glad i o lus prom -is ing clones to Fusarium oxysporum f. sp. glad i oli. The aim of the ex per i ment was to ex am ine the re sis tance of glad i -o lus clones to fusarium wilt. Fac to rial randomized block de sign was used in the ex per i ment. The first fac tor wasglad i o lus prom is ing clones, con sist of 96212/168; 96210.2/20; 96215/49; 96203.2/14; 9607.2/129; 96215/202;96215/122; 96204/69; 96213/109; 96210.1/170; hol land merah; 621-1. The sec ond fac tor was den sity of inoculum F.oxysporum, con sist of nill conidia/g soil; 104 cells conidia/g soil; and 108 cells conidia/g soil. The re sults showed thatthe glad i o lus clone num ber 96215/49; 623-1 and 96213/109 were the most re sis tant to Fusarium oxysporum f. sp.glad i oli and clone num ber 9612/168 was the most susceptible.
Dayaguna Kompos Limbah Pertanian Berbahan Aktif Cendawan Gliocladium terhadap Dua Varietas Krisan Wasito, Antoro; Nuryani, Wakiah
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 2 (2005): Juni 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui dayaguna kompos limbah pertanian berbahan aktif cendawan gliocladium dalam budidaya krisan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Instalasi Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan Juni sampai dengan November 2000. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri dari varietas saraswati dan retno dumilah serta enam dosis gliokompos sebagai faktor kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan tumbuh dan hasil bunga terbaik ditunjukkan oleh varietas saraswati. Penggunaan gliokompos sampai dengan 0,5 kg/m2 ternyata meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit tular tanah serta meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil bunga. Application of agricultural waste compost consisting fungus gliocladium (gliocompost) on two chrysanthemum varieties. The experiment was conducted from June to November 2000 at Segunung Ornamental Research Station. The objectives of experiment were to determine the proper composition of a mixture compost and gliocladium to control soil borne pathogens and to increase crop production of chrysanthemum. A factorial randomized block design with three replications was used in this experiment. The first factor consisted of two varieties namely, saraswati and retno dumilah, the second factor comprised of six levels of gliocompost dosages. Results indicated that in term of plant growth and flower yield, saraswati was most responsive to the application up to 0.5 kg/m2 of gliocompost, significantly improved plant growth, flower productivity, and increase the resistance of plant to soil born diseases.
Seleksi Ketahanan Klon-Klon Harapan Gladiol terhadap Fusarium oxysporum f. sp. gladi oli Nuryani, Wakiah; Badriah, Dedeh Siti; Sutater, Toto; Silvia, Evy; Muhidin, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan klon harapan gladiol yang tahan terhadap layu fusarium.Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial. Faktor (1) klon-klon harapan gladiol, terdiri dari96212/168; 96210.2/20; 96215/49; 96203.2/14; 9607.2/129; 96215/202; 96215/122; 96204/69; 96213/109;96210.1/170; hol land merah; dan 621-1. Faktor (2) kerapatan inokulum F. oxysporum, terdiri dari 0 sel konidia/gtanah; 104 sel konidia/g tanah; 108 sel konidia/g tanah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa gladiol dengan nomorklon 96215/49; 623-1 dan 96213/109 merupakan klon harapan gladiol yang pal ing tahan terhadap layu F. oxysporumf. sp. dan klon 9612/168 merupakan klon yang pal ing rentan. Re sponse of glad i o lus prom -is ing clones to Fusarium oxysporum f. sp. glad i oli. The aim of the ex per i ment was to ex am ine the re sis tance of glad i -o lus clones to fusarium wilt. Fac to rial randomized block de sign was used in the ex per i ment. The first fac tor wasglad i o lus prom is ing clones, con sist of 96212/168; 96210.2/20; 96215/49; 96203.2/14; 9607.2/129; 96215/202;96215/122; 96204/69; 96213/109; 96210.1/170; hol land merah; 621-1. The sec ond fac tor was den sity of inoculum F.oxysporum, con sist of nill conidia/g soil; 104 cells conidia/g soil; and 108 cells conidia/g soil. The re sults showed thatthe glad i o lus clone num ber 96215/49; 623-1 and 96213/109 were the most re sis tant to Fusarium oxysporum f. sp.glad i oli and clone num ber 9612/168 was the most susceptible.
Aplikasi Biofungisida Berbahan Aktif Corynebacterium sp. Ramah Lingkungan dalam Pengendalian Penyakit Karat Putih pada Krisan Nuryani, Wakiah; Silvia, Evi; Hanudin, Hanudin; Budiarto, Kurniawan
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2018)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.7 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v19i1.1905

Abstract

Kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan dampak negatif dari intensifikasi kegiatan budidaya dan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksi tanaman merupakan isu strategis yang berkembang saat ini.  Penggunaan agroinput kimiawi seperti pestisida dan pupuk sintetik memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekitar, termasuk kualitas ekosistem dan kesehatan manusia, juga terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Penggunaan beberapa agensia hayati sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman diharapkan mampu mengurangi bahkan mensubstitusi total penggunaan bahan kimia sintetis.  Penggunaan biofungisida berbahan aktif Corynebacterium yang diformulasi dengan penambahan bakteri perakaran pemicu pertumbuhan tanaman (PGPR) ditujukan tidak hanya untuk mengendalikan penyakit karat sekaligus meningkatkan pertumbuhan dan hasil bunga pada krisan sebagai elemen budidaya yang ramah lingkungan.  Penelitian bertujuan untuk mendapatkan komposisi dan teknik aplikasi biofungisida berbahan aktif Corynebacterium sp. yang diformulasi dengan PGPR terbaik dalam mengendalikan penyakit karat putih serta dapat meningkatkan hasil panen bunga krisan layak jual.  Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari hingga Desember 2014 di dalam laboratorium dan rumah plastik Balithi dengan menggunakan RAK dengan 4 ulangan.  Hasil terbaik yang diperoleh kemudian diaplikasikan di lahan petani untuk verifikasi lebih lanjut.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan biofungisida berbahan aktif Corynebacterium sp. yang diformulasikan dengan PGPR 0.3% yang diaplikasikan melalui perendaman akar dan diikuti dengan penyemprotan dengan interval 7 hari memberikan penekanan terhadap penyakit sebesar 3.55%, perbaikan kualitas pertumbuhan dan persentase peningkatan bunga layak jual sebesar 4.92% dibandingkan dengan aplikasi pestisida sintetik yang umum digunakan petani.