Media massa cenderung menggambarkan perempuan pelaku kejahatan seperti pembunuhanmaupun pelecehan seksual dengan menonjolkan penderitaan mental, psikologis dan cacatfisik. Lain halnya jika laki-laki yang melakukan tindak kejahatan, media lebih berfokus padakorbannya, motif pelaku, atau modus kejahatannya. Fenomena yang terjadi sekarang adalahbanyaknya perempuan yang bekerja di sektor publik namun melakukan tindak kejahatankorupsi. Media sebagai sumber informasi turut mengambil andil dalam membentukkonstruksi masyarakat tentang para koruptor iniPenelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana sikap Majalah Detikdalam mengemaspemberitaan laki-laki dan perempuan pelaku korupsi. Teori yang digunakan diantaranya teorikonstruksi realitas sosial, teori konstruksi sosial media massa, konsep media and crime danmaskulinitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatananalisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing model inidibagi menjadi empat struktur, yaitu: struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Berdasarkan struktur sintaksis diperoleh frame yang menunjukkan perempuanmanipulator kalah yang sedang menjalani karma dan laki-laki playboy yang bersalah namunmasih berani melawan. Struktur skrip diperoleh frame perempuan manipulator yang jelasbersalah dan sedang menjalani karma dan laki-laki agresor masih berani melawan. Strukturtematik diperoleh frame perempuan manipulator kalah yang sedang menjalani karma danlaki-laki agresor masih berani melawan. Struktur retoris diperoleh frame perempuan cantikyang tidak benar sebagai simbol komersialisme yang sedang menjalani karma dan laki-lakiplayboy yang bersalah namun masih berani melawan. Dari keempat struktur tersebut dapatdiperoleh frame utama yaitu perempuan pelaku korupsi layak mendapatkan hukumansedangkan bagi laki-laki pelaku korupsi frame utamanya adalah laki-laki yang masihmemiliki kekuatan untuk melawanKata kunci: framing, konstruksi, korupsi, Majalah Detik