Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGUJIAN DAN ANALISIS UMUR PAKAI LAMPU LIGHT EMITTING DIODE (LED) SWABALAST UNTUK PENCAHAYAAN UMUM Palaloi, Sudirman
Jurnal Energi dan Lingkungan (Enerlink) Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Energi dan Lingkungan (Enerlink)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2075.352 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur pakai lampu LED swabalast yang saat ini banyak digunakan untuk penerangan umum. Jumlah sampel yang diuji sebanyak 59 unit dengan daya 2 s.d 13 watt dari berbagai merek. Metode pengujian mengacu pada standar SNI IEC 62612:2013. Kuat cahaya awal diukur sebagai titik data pertama dalam menentukan umur pakai lampu. Umur pakai lampu LED  ditentukan dengan cara menyalahkan lampu selama 6000 jam dengan pengukuran  kuat cahaya setiap 1000 jam. Hasil pengukuran kuat cahaya selama 6000 jam dibuat grafik hubungan antara kuat cahaya terhadap umur lampu. Lampu yang memiliki penurunan kuat cahaya maksimum 10% setelah menyala 6000 jam dimasukkan dalam kategori A.  Penurunan kuat cahaya hingga 20% masuk kategori B, dan seterusnya lampu yang kuat cahayanya menurun hingga 50% dimasukkan dalam katerogori E. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada sekitar 25,4% masuk ke dalam kategori A, sebanyak 40,7% masuk kategori B. Sedangkan kategori C dan D masing-masing  sebanyak 24,7% dan 6,8%. Terdapat  3,4% lampu tidak masuk dalam kategori karena pada saat pengujian 6000 jam, prosentasi kuat cahaya di bawah 50%. Hasil ekstrapolasi secara statistik didapatkan umur pakai lampu tersebut rata-rata pada kisaran  20.500 jam. Kata kunci: lampu LED, kuat cahaya, efikasi, umur pakai
PROFIL PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DI PABRIK TEH SKALA INDUSTRI SEDANG palaloi, sudirman
185P -3466
Publisher : Agency for the Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.548 KB)

Abstract

Energi listrik di pabrik teh  yang ditinjau digunakan pada setiap proses produksi seperti pelayuan,  penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi hingga pengepakan. Dari hasil penelitian menujukkan bahwa total konsumsi energi 1.702.975 kWh/tahun untuk memproduksi teh kering sebanyak 3.444.761 kg. Sumber energi berasal dari PLN dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Komposisi suplai energi dari PLN 29,56% dan PLTMH 70,4%. Biaya pembelian energi listrik dari PLN pada tahun 2007 rata-rata sebesar Rp. 1.232,12/kWh dan biaya energi PLTMH Rp. 264/kWh. Total biaya energi listrik (PLN + PLTMH) sebesar Rp. 458/kWh atau setara dengan Rp. 240/kg-teh.  Konsumsi energi spesifik (KES)  di pabrik teh yang ditinjau’ tahun 2007 adalah sebesar 0,48 kWh/kg. Nilai ini lebih baik dari tahun 2005 (0,54 kWh/kg) dan tahun 2006 (0,52 kWh/kg). Jika dibandingkan dengan pabrik di luar negeri nilai KES pabrik yang ditinjau lebih baik daripada India (0,65 kWh/kg), Srilangka (0,52 kWh/kg) namun masih lebih tinggi dari Vietnam (0,41 kWh/kg). Nilai KES akan menjadi lebih baik yang berada pada kisaran 0,5 kWh/kg apabila pabrik dioperasikan pada kapasitas produksi minimal 225 ton per bulan.
TAHAPAN MENDISAIN SISTEM PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK palaloi, sudirman
185P -3466
Publisher : Agency for the Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.551 KB)

Abstract

Perencanaan sistem pembangkit tenaga listrik di pabrik kelapa sawit harus memperhatikan  kesinambungan dan kualitas suplai daya, keandalan dan keselamatan peralatan serta nilai keekonimiannya. Tahapan yang perlu dilakukan adalah menghitung kebutuhan beban,  menentukan besar volume uap untuk proses produksi,  dan menghitung listrik yang dapat dibangkitkan dari volume uap. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa steam plant yang menggunakan perangkat superheater lebih efisien dan daya  listrik yang dibangkitkan lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan perangkat superheater.
PROFIL PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DI PABRIK TEH SKALA INDUSTRI SEDANG palaloi, sudirman
185P -3466
Publisher : Agency for the Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.24 KB)

Abstract

Energi listrik di pabrik teh yang dievaluasi digunakan pada setiap proses produksi seperti pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi hingga pengepakan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa total konsumsi energi 1.702.975 kWh/tahun untuk memproduksi teh kering sebanyak 3.444.761 kg. Sumber energi berasal dari PLN dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Komposisi suplai energi dari PLN 29,56% dan PLTMH 70,4%. Biaya pembelian energi listrik dari PLN pada tahun 2007 rata-rata sebesar Rp. 1.232,12/kWh dan biaya energi PLTMH Rp. 264/kWh. Total biaya energi listrik (PLN + PLTMH) sebesar Rp. 458/kWh atau setara dengan Rp. 240/kg-teh.  Konsumsi energi spesifik (KES) di pabrik teh yang dievaluasi tahun 2007 adalah sebesar 0,48 kWh/kg. Nilai ini lebih baik dari tahun 2005 (0,54 kWh/kg) dan tahun 2006 (0,52 kWh/kg). Jika dibandingkan dengan pabrik di luar negeri nilai KES pabrik yang ditinjau lebih baik daripada India (0,65 kWh/kg) dan Srilangka (0,52 kWh/kg) namun masih lebih tinggi dari Vietnam (0,41 kWh/kg). Nilai KES akan menjadi lebih baik yang berada pada kisaran 0,5 kWh/kg apabila pabrik dioperasikan pada kapasitas produksi minimal 225 ton per bulan.  
KAJIAN TINGKAT EFIKASI LAMPU LED SWABALAST UNTUK PENCAHAYAAN UMUM, THE STUDY OF THE EFFICACY LEVEL OF SWABALAST LED LIGHT FOR GENERAL LIGHTING Palaloi, Sudirman; Nafis, Subhan; Emo, Sarimin
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol 14, No 1 (2015): KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
Publisher : P3TKEBTKE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini lampu LED menjadi salah satu pilihan sebagai sumber pencahayaan. Penggunaan LED sebagai sumber pencahayaan umum berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Lampu LED semakin populer dan sudah banyak ditemukan dipasaran. Hal ini disebabkan karena lampu LED lebih efisien dan memberikan kualitas yang lebih tinggi daripada lampu penerangan lainnya. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat efikasi lampu LED untuk pencahayaan umum yang beredar di Indonesia. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengujian tingkat efikasi lampu LED pada saat awal dinyalakan, dan setelah nyala 1000 jam. Hasil pengukuran menyatakan bahwa terdapat korelasi yang erat antara daya lampu dengan nilai flux. Ditemukan pula bahwa tingkat efikasi yang dihasilkan oleh lampu LED dapat dipertahankan rata-rata 98,7% dari nilai awalnya setelah mengalami aging selama 1000 jam. Pengukuran menunjukkan bahwa tingkat efikasi lampu awal pengujian berada pada rentang 56,3 – 119,5 [Lm/W] dengan rata-rata 86,9 [Lm/W]. Sedangkan efikasi setelah lampu di aging 1000 jam berada pada rentang 54,9 – 115,4 [Lm/W] dengan rata-rata 86,1 [Lm/W] yang sesuai dengan klaim LED secara umum Currently LED light has become a choice of source of light. The use of LED light as a general source of light is growing rapidly in recent years. LED light has become increasingly popular and could easily be found in the market. It is because LED light is more efficient and provides higher quality than other lighting. The aim of the study is to determine the level of efficacy in LED light for general lighting available in Indonesia. The use of the method is by doing a test on the efficacy rate of the LEDlights when it was first turned on and after 1000 hours flame. The result of the measurement suggests that there is a close correlation between the power of the light and the value of the flux. It was also found that the level of efficacy produced by LED light can be maintained in the average of 98.7% of its Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan initial value after 1000 hours aging. Measurements showed that the level of efficacy of the light in the initial testing was in the range of 56.3 to 119.5 [Lm / W] with the average of 86.9 [Lm / W]. While the efficacy after 1000 hours was in the range of 54.9 to 115.4 [Lm / W] with the average of 86.1 [Lm / W] which suitable with the claim of LED in general.
ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK GEDUNG LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI SERPONG palaloi, sudirman
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 3 (2008)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.1 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v10i3.809

Abstract

This paper is reporting an analysis energy use on Biotechnology Laboratory in Puspiptek Area. Analysis of electrical energy use concern power demand and power factor improvement. Power demand improvement can be done by reducing power purchase close to maximum power that might be happened. It is verybeneficial for reducing fix load cost. Power factor improvement as part of energy saving can reduce losses at distribution line, motor, transformer, reduce installed capacity, and also avoid penalty factor. Optimization of transformer operation can also reduce core and copper winding losses. According to the analysis gave theresult of saving potential is Rp. 218,72 million/year.
PENGUJIAN DAN ANALISIS UMUR PAKAI LAMPU LIGHT EMITTING DIODE (LED) SWABALAST UNTUK PENCAHAYAAN UMUM Palaloi, Sudirman
Jurnal Energi dan Lingkungan (Enerlink) Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2075.352 KB) | DOI: 10.29122/elk.v11i1.1586

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur pakai lampu LED swabalast yang saat ini banyak digunakan untuk penerangan umum. Jumlah sampel yang diuji sebanyak 59 unit dengan daya 2 s.d 13 watt dari berbagai merek. Metode pengujian mengacu pada standar SNI IEC 62612:2013. Kuat cahaya awal diukur sebagai titik data pertama dalam menentukan umur pakai lampu. Umur pakai lampu LED  ditentukan dengan cara menyalahkan lampu selama 6000 jam dengan pengukuran  kuat cahaya setiap 1000 jam. Hasil pengukuran kuat cahaya selama 6000 jam dibuat grafik hubungan antara kuat cahaya terhadap umur lampu. Lampu yang memiliki penurunan kuat cahaya maksimum 10% setelah menyala 6000 jam dimasukkan dalam kategori A.  Penurunan kuat cahaya hingga 20% masuk kategori B, dan seterusnya lampu yang kuat cahayanya menurun hingga 50% dimasukkan dalam katerogori E. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada sekitar 25,4% masuk ke dalam kategori A, sebanyak 40,7% masuk kategori B. Sedangkan kategori C dan D masing-masing  sebanyak 24,7% dan 6,8%. Terdapat  3,4% lampu tidak masuk dalam kategori karena pada saat pengujian 6000 jam, prosentasi kuat cahaya di bawah 50%. Hasil ekstrapolasi secara statistik didapatkan umur pakai lampu tersebut rata-rata pada kisaran  20.500 jam. Kata kunci: lampu LED, kuat cahaya, efikasi, umur pakai
TAHAPAN MENDISAIN SISTEM PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK palaloi, sudirman
185P -3466
Publisher : Agency for the Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.551 KB)

Abstract

Perencanaan sistem pembangkit tenaga listrik di pabrik kelapa sawit harus memperhatikan kesinambungan dan kualitas suplai daya, keandalan dan keselamatan peralatan serta nilai keekonimiannya. Tahapan yang perlu dilakukan adalah menghitung kebutuhan beban, menentukan besar volume uap untuk proses produksi, dan menghitung listrik yang dapat dibangkitkan dari volume uap. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa steam plant yang menggunakan perangkat superheater lebih efisien dan daya listrik yang dibangkitkan lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan perangkat superheater.
PROFIL PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DI PABRIK TEH SKALA INDUSTRI SEDANG palaloi, sudirman
185P -3466
Publisher : Agency for the Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.24 KB)

Abstract

Energi listrik di pabrik teh yang dievaluasi digunakan pada setiap proses produksi seperti pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi hingga pengepakan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa total konsumsi energi 1.702.975 kWh/tahun untuk memproduksi teh kering sebanyak 3.444.761 kg. Sumber energi berasal dari PLN dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Komposisi suplai energi dari PLN 29,56% dan PLTMH 70,4%. Biaya pembelian energi listrik dari PLN pada tahun 2007 rata-rata sebesar Rp. 1.232,12/kWh dan biaya energi PLTMH Rp. 264/kWh. Total biaya energi listrik (PLN + PLTMH) sebesar Rp. 458/kWh atau setara dengan Rp. 240/kg-teh. Konsumsi energi spesifik (KES) di pabrik teh yang dievaluasi tahun 2007 adalah sebesar 0,48 kWh/kg. Nilai ini lebih baik dari tahun 2005 (0,54 kWh/kg) dan tahun 2006 (0,52 kWh/kg). Jika dibandingkan dengan pabrik di luar negeri nilai KES pabrik yang ditinjau lebih baik daripada India (0,65 kWh/kg) dan Srilangka (0,52 kWh/kg) namun masih lebih tinggi dari Vietnam (0,41 kWh/kg). Nilai KES akan menjadi lebih baik yang berada pada kisaran 0,5 kWh/kg apabila pabrik dioperasikan pada kapasitas produksi minimal 225 ton per bulan.
PROFIL PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DI PABRIK TEH SKALA INDUSTRI SEDANG palaloi, sudirman
185P -3466
Publisher : Agency for the Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.548 KB)

Abstract

Energi listrik di pabrik teh yang ditinjau digunakan pada setiap proses produksi seperti pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi hingga pengepakan. Dari hasil penelitian menujukkan bahwa total konsumsi energi 1.702.975 kWh/tahun untuk memproduksi teh kering sebanyak 3.444.761 kg. Sumber energi berasal dari PLN dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Komposisi suplai energi dari PLN 29,56% dan PLTMH 70,4%. Biaya pembelian energi listrik dari PLN pada tahun 2007 rata-rata sebesar Rp. 1.232,12/kWh dan biaya energi PLTMH Rp. 264/kWh. Total biaya energi listrik (PLN + PLTMH) sebesar Rp. 458/kWh atau setara dengan Rp. 240/kg-teh. Konsumsi energi spesifik (KES) di pabrik teh yang ditinjau tahun 2007 adalah sebesar 0,48 kWh/kg. Nilai ini lebih baik dari tahun 2005 (0,54 kWh/kg) dan tahun 2006 (0,52 kWh/kg). Jika dibandingkan dengan pabrik di luar negeri nilai KES pabrik yang ditinjau lebih baik daripada India (0,65 kWh/kg), Srilangka (0,52 kWh/kg) namun masih lebih tinggi dari Vietnam (0,41 kWh/kg). Nilai KES akan menjadi lebih baik yang berada pada kisaran 0,5 kWh/kg apabila pabrik dioperasikan pada kapasitas produksi minimal 225 ton per bulan.