Daniel Sema
Sekolah Tinggi Teologi Kristus Alfa Omega Semarang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Musik Dalam Pandangan Schopenhauer Daniel Sema; Markus Wibowo
Psalmoz : A Journal of Creative and Study of Church Music Vol. 2 No. 2 (2021): Psalmoz : Juli 2021
Publisher : Program Studi Musik Gereja, Fakultas Seni dan Ilmu Sosial Keagamaan, IAKN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.682 KB) | DOI: 10.51667/jpsalmoz.v2i2.681

Abstract

Artur Schopenhauer lebih dikenal sebagai filsuf pesimis karena pandangan-pandangan filosofisnya dipenuhi oleh nuansa penderitaan yang berkesinambungan. Penderitaan ini disebabkan dunia dan segala isinya dikendalikan oleh suatu energi besar tak terkendalikan, yang oleh Schopenhauer disebut sebagai “Kehendak” atau Will. Kehendak ini memerangkap dan menyetir benda dan makhluk hidup dalam eksistensinya hingga mereka tak mampu melawannya. Dalam berfilsafat Schopenhauer dipengaruhi oleh Plato, Kant dan Budha. Pada Plato, Schopenhauer meminjam gagasan ide; pada Kant, ia menyoroti filsafat transendental dan mengadopsi gagasan fenomena dan nomena yang sekaligus disangkalinya; pada agama Budha, ajaran pengendalian dan pemusnahan nafsu untuk mencapai ketenangan dan kedamaian abadi (nirwana) diadopsi oleh Schopenhauer dengan sudut pandang agak berbeda. Walaupun kehidupan pribadinya sangat unik, eksentrik dan kontroversial, Artur Schopenhauer dimasukkan sebagai filsuf besar sepanjang jaman. Gagasan Schopenhauer sangat mempengaruhi filsuf, komposer dan sastrawan besar khususnya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20: Nietzsche, Wagner, Brahms, Freud, Wittgenstein, Horkheimer, Hardy, Mann, Rilke, Proust, Tolstoy, Borges, Mahler, Langer, Schoenberg, dll. Selain berteori, Schopenhauer juga menawarkan jalan keluar kepada manusia untuk lepas dari tirani Kehendak yang mengukunginya, yaitu dengan cara estetis dan etis. Cara estetis sifatnya temporer, sedangkan cara etis lebih permanen. Salah satu cara estetis ialah dengan mendengarkan musik. Musik dikategorikan sebagai seni dengan derajad paling tinggi dibandingkan dengan jenis seni yang lain. Dengan musik manusia sanggup melupakan representasi (Vorstelugen) dunia yang membawa penderitaan.