Janry Pangemanan
Universitas Sam Ratulangi

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

The Pulse Wave Velocity is Linearly Correlated with Resting Systolic and Diastolic Blood Pressure in Hypertensive Patients Elka, Kana; Rotty, Monique; Winata, Johan; Pangemanan, Janry; Panda, A. Lucia
Indonesian Journal of Cardiology Vol 39 No 1 (2018): January - March 2018
Publisher : The Indonesian Heart Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.036 KB) | DOI: 10.30701/ijc.v39i1.791

Abstract

Introduction: Aortic stiffness is an independent predictor for cardiovascular event. If arteries lose their natural elasticity, systolic blood pressure become higher and dia­stolic blood pressure become lower. Method of evaluating arterial stiffness is aortic pulse wave velocity (PWV). Therefore, PWV has a potential application for screening vascular damage in large population.2 Recent reports have shown that PWV obtained by noninvasive automatic devices (i.e. tonometry, cuff pressure) is not only a marker of vascular damages, but also a prognostic predictor in patients with hypertension.3 The aim of this study is to investigate the correlation between PWV and systolic and diastolic blood pressure. Methods : Male hypertensive patients, aged 40-60 years old who underwent Doppler Vascular were included in this study. The measurement of carotid-femoral PWV is made by dividing the distance (from the carotid point to the femoral point) by the so-called transit time (the time of travel of the foot of the wave over the distance). Hence, PWV = D (meters)/Dt (seconds). The correlation between PWV and systolic and diastolic blood pressure were analysed using linear regression test. Results : A total 40 patients were included in this study. Those were significant correla­tion between PWV and systolic (R=0.473, p=0.002) and diastolic (R=0.454, p=0.003) blood pressure. Conclusion : increasing PWV is linearly associated with systolic and diastolic blood pressure.   Abstrak Pendahuluan: Kekakuan aorta adalah prediktor independen untuk kejadian kardiovaskular. Jika elastisitas alami arteri hilang, tekanan darah sistolik menjadi lebih tinggi dan tekanan darah diastolik menjadi lebih rendah. Metode evaluasi kekakuan arteri adalah kecepatan gelombang pulsasi (pulse wave velocity/PWV). Oleh karena itu, PWV dapat diterapkan untuk skrining kerusakan vaskular pada populasi besar.2 Laporan terbaru menunjukkan bahwa PWV yang diperoleh dengan perangkat otomatis non-invasif (yaitu tonometri, tekanan manset) tidak hanya merupakan penanda kerusakan vaskular, tetapi juga prediktor prognostik pada pasien dengan hipertensi.3 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara PWV dan tekanan darah sistolik dan diastolik. Metode: Pasien pria dengan hipertensi, berusia 40-60 tahun yang menjalani Doppler Vascular dimasukkan dalam penelitian ini. Pengukuran PWV karotid-femoralis dilakukan dengan membagi jarak (dari titik karotid ke titik femoral) dengan waktu transit. Oleh karena itu, PWV = D (meter) / Dt (detik). Korelasi antara tekanan darah PWV dan sistolik dan diastolik dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier. Hasil: Sebanyak 40 pasien dimasukkan dalam penelitian ini. Itu adalah korelasi yang signifikan antara tekanan darah PWV dan sistolik (R = 0,473, p = 0,002) dan diastolik (R = 0,454, p = 0,003). Kesimpulan: Peningkatan PWV berhubungan linear dengan tekanan darah sistolik dan diastolik.
Prediksi Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskuler Aterosklerotik pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Emor, Engelin E.; Panda, Agnes L.; Pangemanan, Janry
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18284

Abstract

Abstract: Atherosclerotic cardiovascular disease is caused by the accumulation of plaque on the artery wall causing dysfunction of anatomical and hemodynamic system of the heart and blood flow. There are many risk factors that cause atherosclerotic cardiovascular disease which are divided into modifiable and unmodifiable risk factors. Prevention of this disease can be achieved with early detection, such as prediction the risk level of 10 years ahead of atherosclerotic cardiovascular disease by using the Framingham Risk Score (FRS). This study was aimed to obtain the risk level of atherosclerotic cardiovascular disease in patients at Internal Medicine Polyclinic of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado by using their medical records from September to October 2017. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 100 samples obtained by using conclusive sampling technique. Of the 100 patients, 42 (42%) patients had low risk, 27 (27%) patients had moderate risk, and 31 (31%) patients had high risk of atherosclerotic cardiovascular disease in 10 years ahead. Conclusion: In this study, the highest percentage was in patients with low risk, followed by patients with high risk, and moderate risk.Keywords: ASCVD, Framingham Risk Score, Risk of atherosclerotic cardiovascular sisease. Abstrak: Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya timbunan plak pada dinding arteri sehingga menyebabkan gangguan fungsional, anatomis serta sistem hemodinamis jantung dan pembuluh darah. Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskuler aterosklerotik yang dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, salah satunya yaitu dengan memrediksi tingkat risiko 10 tahun kedepan terjadinya penyakit kardiovaskuler aterosklerotik dengan menggunakan Framingham Risk Score. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko penyakit kardiovaskuler ateroskerotik pada pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan data rekam medik pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode September - Oktober 2017. Sampel penelitian berjumlah 100 orang dengan teknik pengambilan conclusive sampling. Terdapat 42 pasien (42%) dengan tingkat risiko rendah, 27 pasien (27%) dengan risiko sedang, dan 31 pasien (31%) dengan risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskuler aterosklerotik 10 tahun kedepan. Simpulan: Pada studi ini, persentase tertinggi ialah pasien dengan tingkat risiko rendah terjadinya penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, diikuti tingkat risiko tinggi dan risiko sedang.Kata kunci: ASCVD, Framingham Risk Score, tingkat risiko penyakit kardiovaskuler aterosklerotik
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER Afriyanti, Ratnawulan; Pangemanan, Janry; Palar, Stella
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.1.2015.6747

Abstract

Abstract: Coronary Heart Disease is an ilness wich has high mortality rate either in developed or in developing country. In the entire world, a number of patients who suffer this desease still increases each year. Cigarette, is widely acclaimed to be the cause of death in the world. Thus, the smoking habit is very dangerous to the health. A bad habit has a power in damaging a person?s health, as smoking habit which can cause a person susceptible to get cardiovascular disease. Smoking is a major risk factor to get a heart disease which has strong correlation to the case of coronary heart disease. Smoking behaviour assessed based on the duration of smoking, the types of smoker, and the kind of cigarette. This research used the analytic descriptive study with a cross-sectional approach. The people being samples in this research are patients who suffer coronary heart disease in Polyclinic Center of Heart- Blood Vessel and Brain Unity of RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. The research conducted during October ? December 2014. In this research, the researcher used consecutive sampling as the technique in taking samples. The data got in this research were analyzed by using Chi-Square statistical test. The result of Chi-Square experiment showed that there is a significant correlation between smoking behavior and coronary heart disease case based on the duration of smoking (p= 0,010), the type of smoker (p=0,014) and the kind of cigarette to be smoked (p=0,001). Conclusion: There is a significant correlation between the duration of smoking, the types of smoker, and the kind of cigarette to be smoked with the case of coronary heart disease.Keywords: smoking behavior, coronary heart disease.Abstrak: Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit dengan angka mortalitas yang tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Diseluruh dunia, jumlah pasien penyakit ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian di dunia dan kebiasaan merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan. Kebiasaan dan rutinitas yang merugikan memiliki kekuatan untuk merusak kesehatan seseorang seperti kebiasaan merokok yang merupakan contoh kebiasaan untuk memudahkan seseorang terkena penyakit kardiovaskuler. Merokok merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya penyakit jantung, dan memiliki hubungan kuat untuk terjadinya PJK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Perilaku merokok dinilai berdasarkan lama merokok, tipe perokok, dan jenis rokok. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang/cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Penyakit Jantung Koroner di Poli Klinik Pusat Jantung ? Pembuluh Darah dan Otak Terpadu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014 ? Desember 2014 dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Data dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dan kejadian penyakit jantung koroner berdasarkan lama merokok (P = 0,010 ), tipe perokok (P = 0,014) dan jenis rokok yang dihisap (P = 0,001). Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok, tipe perokok dan jenis rokok yang dihisap dengan kejadian penyakit jantung koroner.Kata kunci: perilaku merokok, penyakit jantung koroner
Gambaran kelainan katup jantung pada pasien infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015-31 Desember 2015 Tumbel, Mawarni I.S.; Panda, Agnes L.; Pangemanan, Janry
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14715

Abstract

Abstract: Myocardial infarction is divided into STEMI (ST elevation myocardial infarction) and NSTEMI (Non ST elevation myocardial Infarction). According to location, infarction consists of inferior, lateral, and aortal. Inferior infarction often causes mitral valve and aortal abnormality due to papillary muscles rupture. This study was aimed to obtain the description of heart valve abnormality in myocardial infarction patients at Prof. Dr. R. D Kandou Hospital Manado from January 2015 to December 2015. This was a retrospective study with a cross sectional design. The results showed that there were 20 cases (90.9%) of NSTEMI and 2 cases (9.1%) of STEMI. The most location of infarction was inferior accounted for 10 cases (45.5%). The most heart valve abnormalities were combination abnormality accounted for 16 cases (72.7%); most were mild MR (5 cases; 55.6%), mild PR (5 cases; 55.6%), and mild TR (3 cases; 33.3%) in NSTEMI cases dominated by male cases (54.5%) and age group 56-66 years (40.9%), and combination of 4 major risk factors (59.1%).Keywords: description, heart valve abnormality, myocardial infarction Abstrak: Infark miokard terbagi menjadi STEMI (ST elevation myocardial infarction) dan NSTEMI (Non ST elevation myocardial infarction). Infark berdasarkan lokasi terdiri atas inferior, lateral, anterior dan aorta. Infark inferior sering menyebabkan kelainan katup mitral dan aorta akibat ruptur muskulus papilaris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan katup jantung pada pasien infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015 - 31 Desember 2015. Jenis penelitian ialah retrospektif dengan desain potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan 20 kasus (90,9%) NSTEMI dan 2 kasus (9,1%) STEMI. Lokasi infark terbanyak yaitu inferior sebanyak 10 kasus (45,5%), didapati kelainan katup terbanyak yaitu kombinasi sebanyak 16 kasus (72,7%), dengan derajat terbanyak yaitu MR mild 5 kasus (55,6%), PR mild 5 kasus (55,6%) dan TR mild sebanyak 3 kasus (33,3%) pada pasien NSTEMI, yang didominasi oleh pasien laki-laki (54,5%), usia 56 – 66 tahun (40,9%), yang memiliki 4 faktor resiko mayor (59,1%). Kata kunci: gambaran, kelainan katup, infark miokard.
GAMBARAN FUNGSI GINJAL PADA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT Kristin, Albertha M.; Panda, A. Lucia; Pangemanan, Janry
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10962

Abstract

Abstract: Acute Coronary Syndrome (ACS) refers to a condition involving chest discomfort or other symptoms due to the lack of oxygen supply to the heart muscle due to coronary artery disorders. According to the 2008 World Health Organization (WHO) report, ACS  is the first cause of death in the world with 12.8% mortality. Many studies confirmed that ACS was correlated with various factors that aggravated the kidney function. The formation of atherosclerotic lesions will cause constriction of the blood vessels resulting in decreased blood flow to the kidneys which leads to a decrease in Glomerular Filtration Rate (GFR). This study aimed to obtain the description of kidney function in patients with ACS. This was a descriptive study with a cross sectional design using secondary data from medical records of patients as a reference. Samples were 73 ACS patients. Most of the patients were in the age group 51-60 years. There were more male patients than females. GFR decline in patients with Unstable Angina Pectoris (UAP) was 27.17%; the Non ST-segment Elevation Myocardial Infraction (NSTEMI) was 40.74%; and ST-segment Elevation Myocardial Infraction (STEMI) was 72.73%.  The co-morbidities were: Chronic Kidney Disease (CKD) 39.44%, hypertension 25.35% , diabetes 22.54%, and 12.68% as others. Conclusion: Most of the ACS patients were male, and the largest age group was 51-60 years. The most number of comorbidities was CKD and the largest decrease in GFR was in patients with STEMI. Keywords: renal function, glomerular filtration rate, ACS, CKD   Abstrak: Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu kondisi yang melibatkan rasa tidak nyaman pada dada atau gejala lainnya oleh karena kurangnya pasokan oksigen ke otot jantung akibat gangguan pada arteri koroner. Menurut laporan WHO tahun 2008, SKA merupakan penyebab kematian pertama di dunia dengan mortalitas 12,8%. Telah banyak penelitian yang mengatakan bahwa SKA berkorelasi dengan berbagai faktor yang memperberat kerja ginjal. Terbentuknya lesi aterosklerosis akan menyebabkan terjadinya konstriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal yang menyebabkan terjadinya penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran fungsi ginjal pada penderita SKA. Metode penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien sebagai acuan. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 73 pasien. Penderita terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun, jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Penurunan LFG pada penderita Unstable Angina Pectoris (UAP) sebanyak 27,17%, Non ST-segment Elevation Myocardial Infraction (NSTEMI) 40,74% dan ST-segment Elevation Myocardial Infraction (STEMI) 72,73%. Penyakit penyerta pada kejadian SKA diantaranya Chronic Kidney Disease (CKD) sebanyak 39,44%, hipertensi 25,35%, diabetes 22,54% dan lain-lain 12,68%. Simpulan: Kelompok usia yang menderita SKA terbanyak adalah 51-60 tahun. Penderita SKA terbanyak berjenis kelamin laki-laki dan kelompok usia terbanyak ialah 51-60 tahun. Penyakit penyerta terbanyak ialah CKD dan penurunan LFG terbanyak pada penderita dengan STEMI.Kata kunci: fungsi ginjal, laju filtrasi glomerulus, sindrom koroner akut
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DAN KEJADIAN ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL Trisnaamijaya, Denny; Pangemanan, Janry; Mandang, Veny
e-CliniC Vol 2, No 1 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v2i1.3597

Abstract

Abstract: Smoking behavior is an individual activities of lighting and inhaling cigarettes and as a consequence the smoke inhaled by the people around. Epidemiological studies show that there are increasing numbers of cigarette consumption every year followed by the increases of angina pectoris incidences. Unfortunately, the relationship of the number of cigarettes consumed and smoking duration that could cause angina pectoris were still undetermined.  This study aimed to determine the correlation between smoking behavior and the incidence of unstable angina. This was an analytic retrospective study by using cross sectional approach. Samples were angina pectoris patients that admitted in Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from July 2012 to June 2013 by using a purposive sampling technique. The chi-square test showed that there was a significant correlation between the smoking behavior and the incidence of unstable angina based on the numbers of cigarettes smoked per day (P = 0.012) and duration of smoking (P = 0.021) with the duration of chest pain. Conclusion: There was a significant correlation between the smoking behavior based on the numbers of cigarettes consumed per day and the duration of smoking with the incidences of unstable angina based on the chest pain duration. Keywords: smoking behavior, unstable angina   Abstrak: Perilaku merokok adalah suatu aktivitas yang dilakukan individu dengan menyalakan dan menghisap rokok yang menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Penelitian epidemiologik menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan konsumsi rokok yang diikuti oleh meningkatnya kejadian angina pektoris. Sampai saat ini belum diketahui pasti berapa jumlah batang dan lama konsumsi rokok yang dapat menimbulkan angina pektoris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dan kejadian angina pektoris tidak stabil. Perilaku merokok dinilai berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap hari dan lama merokok sedangkan kejadian angina pektoris tidak stabil berdasarkan lama nyeri dada (chest pain). Penelitian ini menggunakan studi retrospektif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ialah pasien angina pektoris tidak stabil di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2012-Juni 2013 yang diperoleh dengan menggunakan purposive sampling. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara perilaku merokok dan kejadian angina pektoris tidak stabil berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam 1 hari (P = 0,012) dan lama merokok (P = 0,021) dengan lama nyeri dada (chest pain). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara perilaku merokok dengan kejadian angina pektoris tidak stabil. Kata kunci: perilaku merokok, angina pektoris tidak stabil
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN SKA DI RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI – DESEMBER 2014 Malutu, Hisky; Joseph, Victor F. F.; Pangemanan, Janry
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10952

Abstract

Abstract: Acute Coronary Syndrome (ACS) is a collection of symptoms caused by acute myocardial ischemia. Over the past decade, several studies linking hyperglycemia on admission to higher mortality rate of patients with ACS, including acute myocardial infarction (AMI). This study aimed to obtain the profile of blood glucose levels among ACS patients at Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado from January to December 2014. This was an observational descriptive study with a retrospective approach. The results showed that there were 126 ACS patients; 21 patients were eligible for inclusion criteria. The number of male patients are higher than of female patients; most patients aged >60 years old; and the most type of ACS was unstable angina pectoris. Of the 21 patients, there were 6 patients with type 2 DM. Conclusion: Plasma glucose levels in ACS patients on admission tend to be normal, but fasting plasma glucose is higher in the NSTEMI and STEMI patients. Keywords: ACS, type 2 DM, stress hyperglycemia, admission, plasma glucose, fasting plasma glucose  Abstrak: Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh iskemik miokard akut. Selama dekade terakhir ini, beberapa studi menghubungkan hiperglikemia pada saat masuk rumah sakit dengan angka mortalitas yang semakin tinggi pada pasien dengan SKA, termasuk Infark Miokard Akut (IMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah pada pasien SKA di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari – Desember 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan studi retrospektif. Hasil penelitian mendapatkan 126 pasien SKA tetapi yang memenuhi kriteria inklusi hanya 21 saja. Penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, golongan usia terbanyak >60 tahun, dan jenis SKA terbanyak ialah angina pektoris tidak stabil. Didapatkan pula 6 pasien dengan riwayat DM tipe 2 sebelumnya dan 15 pasien tanpa riwayat DM tipe 2. Simpulan: Kadar glukosa darah sewaktu pada pasien SKA cenderung normal, tetapi kadar glukosa darah puasa meningkat pada jenis STEMI dan NSTEMI. Kata kunci: SKA, DM tipe 2, stres hiperglikemik, glukosa darah sewaktu, glukosa darah puasa