Desa Paninjoan dengan lingkungan yang asri dan sejuk ini menjadi desa potensial yang mampu mengembangkan destinasi wisata berbasis panorama alam dan spiritual. Dalam kaitannya dengan globalisasi, keindahan alam sebagai nilai intrinsic yang merupakan perwujudan estiteka dari wisata spiritual alas metapa sudah mengalami perubahan penempatan fasilitas yang tidak memenuhi konsep tri hita karana. Implikasi dari penempatan fasilitas yang tidak sesuai adalah ketidak konsistenan kualitas fasilitas yang dirasakan oleh wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengkaji peran estetika postmoderen pada pengembangan potensi wisata alas metapa sebagai daya tarik wisata. Penelitian dilakukan pendekatan observasi; kegiatan yang dilakukan secara langsung, tidak langsung terhadap literatur dan hasil penelitian terdahulu yang berkenaan dengan pariwisata terutama tentang desa wisata spiritual. Melalui observasi ditarik kesimpulan mengenai suatu masalah untuk kemudian ditaik kesimpulan. Dengan menggunakan observasi tidak langsung, seorang peneliti memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan bidang penelitian. Ini berarti metode tinjauan pustaka merupkan metode analisis teoritis yang mengkaji dan membahas materi secara teoritis dan deskriptif dan dalam kontek tertentu dapat dilakukan perbandingan dengan sebuah konsep. Hasil dari penelitian ini adalah adanya perubahan terhadap nilai-nillai estetika terhadap daya tarik wisata dan tatanan kehidupan masyarakat. Globalisasi mengaalihkan tujuan kehidupan masyarakat yang tidak hanya terpaku pada kulitas atau estetika, namun lebih kepada kuantitas dalam memenuhi kebutuhan wisatawan.