Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Problem of Midwives to Referral Patients for Sectio Caesarea in PPK II BPJS in Bantul Region, 2020 Yuni Fitriana; Ari Andriyani; Andina Vita Sutanto
SOEPRA Vol 7, No 2: Desember 2021
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/shk.v7i2.3281

Abstract

Abstract: Every woman wants to have a baby safely. Delivery can be normal or Section Cesaria (SC). Midwives who experience complications are referred to by the midwife as PPK I to the PPK II BPJS Hospital. SC measures include BPJS Health capitation. The referral flow is regulated by the National Health system which is divided into first-level health services (PPK I). and advanced level (PPK II). The implementation of the referral still encountered problems in PPK II such as patient refusal. This research is a qualitative descriptive study with an empirical judicial approach, namely analyzing the process of patient referral for SC measures related to BPJS, collaboration between midwives and PPK II BPJS, obstacles and problem solving for patient referral for SC action. The results of the SC action research are based on medical indications, the referral process from PPK I to PPK II has no obstacles in accordance with the rules and uses the BPJS SISRUTE, Midwives do not get fees for referring BPJS patients in PPK II, obstacles in the form of requests for BPJS class advancement, financing claims BPJS is sometimes jammed, the patient refuses to be referred because the room is not available. Resolving these obstacles requires the socialization of BPJS regulations, regular financial management, and the maximum use of SISRUTE. Therefore the need for the Government to always improve the quality of BPJS services with clear regulations.Abstrak: Setiap perempuan ingin melahirkan bayi dengan aman. Persalinan dapat secara normal atau Section Cesaria (SC). Persalinan yang mengalami penyulit dirujuk Bidan sebagai PPK I ke Rumah sakit PPK II BPJS. Tindakan SC termasuk kapitasi BPJS Kesehatan. Alur rujukan diatur oleh sistem Kesehatan Nasional yang terbagi menjadi pelayanan Kesehatan tingkat pertama (PPK I). dan tingkat lanjutan (PPK II). Pelaksanaan rujukan tersebut masih menemui masalah di PPK II seperti adanya penolakan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan yudiris empiris yakni menganalisis proses rujukan pasien tindakan SC terkait BPJS, Kerjasama bidan dengan PPK II BPJS, Hambatan dan penyelesaian masalah rujukan pasien tindakan SC. Hasil penelitian Tindakan SC didasarkan pada indikasi medis, proses rujukan dari PPK I ke PPK II tidak ada kendala sudah sesuai dengan aturan dan menggunakan SISRUTE BPJS, Bidan tidak mendapatkan pembayaran tambahan (fee) dalam merujuk pasien BPJS di PPK II, hambatan berupa permintaan naik kelas BPJS, klaim pembiayaan BPJS yang kadang macet, adanya penolakan pasien dirujuk dengan alasan ruangan tidak tersedia. Penyelesaian hambatan tersebut perlunya sosialisasi aturan BPJS, manajemen keuangan yang teratur, penggunaan SISRUTE secara maksimal. Oleh karena itu perlunya Pemerintah selalu melakukan peningkatan kualitas pelayanan BPJS dengan regulasi yang jelas.
FENOMENA KECEMASAN WANITA DALAM MENGHADAPI MASA KLIMAKTERIUM Yuni Fitriana
Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwivery Science) Vol 2, No 2: Agustus 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AKBIDYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36307/jik.v2i2.54

Abstract

Latarbelakang: Wanita pada masa klimakterium akan terjadi perubahan-perubahan tertentu yang dapat me- nyebabkan gangguan-gangguan ringan sampai berat. Sebagian besar wanita tidak mengetahui masa klimakterium yaitu suatu proses perubahan yang alami menjelang menopause. Mereka khawatir dan bingung mengenai gejala- gejala yang menyertai, oleh karena itu perlu persiapan diri menghadapi masa klimakterium dengan pengetahuan yang memadai.Tujuan: penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena kecemasan wanita dalam menghadapi masa klimakte- rium.Metode: Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu masa klimakterium yang tinggal di RT 01 RW 01 Kelurahan Candi Kota Semarang. Subjek penelitian sebanyak 4 informan. Pengumpulan data dengan indept interview.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa semua subjek pada umumnya telah memahami tentang masa klimakterium dan menopause. Pada tiga informan mengalami kecemasan terhadap masa klimakterium yang ditandai dengan beberapa gejala seperti pusing, susah tidur, rasa panas, takut, dan sebagainya. Pada subjek pertama hal tersebut tidak dirasakan, dan hal ini wajar karena subjek pertama telah melewati masa menopause.Simpulan : Para subjek penelitian umumnya memiliki cara-cara tersendiri dalam menghadapi kecemasan. Cara- cara koping yang baik dilakukan oleh para subjek untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pada masa klimak-terium.ABSTRACTBackground: Women climacterium will occur during certain changes that can cause disturbances in mild to severe. Most women climacterium not know that this change was a process of natural menopause. They were worried and confused about the symptoms that accompany therefore face the need to prepare themselves with sufficient knowl- edge about climacterium.Objective: The purpose of this study was to determine the phenomenon of anxiety in the face of the climacterium woman .Method: The method in this research is qualitative by using a phenomenological approach. This study used the research subjects were four informants were all the climactrium mothers who live in Candi subdistrik Semarang. Data was collected by indept interview.Results: showed that all subjects in general have to understand what was meant the climacterium and menopause. In the three informants experiencing anxiety about the advent of this climacterium which was marked by several symptoms such as dizziness, insomnia, burning sensation, fear, and so forth. At the first subject the matter was not felt, and this was reasonable because the first subject has passed through menopause.Conclusion: The research subjects generally had their own ways in dealing with anxiety. Ways of coping were either done by the subject can finally solve the various problems well too.
FENOMENA KECEMASAN WANITA DALAM MENGHADAPI MASA KLIMAKTERIUM Yuni Fitriana
Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwivery Science) Vol 2, No 2: Agustus 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AKBIDYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.805 KB) | DOI: 10.36307/jik.v2i2.54

Abstract

Latarbelakang: Wanita pada masa klimakterium akan terjadi perubahan-perubahan tertentu yang dapat me- nyebabkan gangguan-gangguan ringan sampai berat. Sebagian besar wanita tidak mengetahui masa klimakterium yaitu suatu proses perubahan yang alami menjelang menopause. Mereka khawatir dan bingung mengenai gejala- gejala yang menyertai, oleh karena itu perlu persiapan diri menghadapi masa klimakterium dengan pengetahuan yang memadai.Tujuan: penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena kecemasan wanita dalam menghadapi masa klimakte- rium.Metode: Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu masa klimakterium yang tinggal di RT 01 RW 01 Kelurahan Candi Kota Semarang. Subjek penelitian sebanyak 4 informan. Pengumpulan data dengan indept interview.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa semua subjek pada umumnya telah memahami tentang masa klimakterium dan menopause. Pada tiga informan mengalami kecemasan terhadap masa klimakterium yang ditandai dengan beberapa gejala seperti pusing, susah tidur, rasa panas, takut, dan sebagainya. Pada subjek pertama hal tersebut tidak dirasakan, dan hal ini wajar karena subjek pertama telah melewati masa menopause.Simpulan : Para subjek penelitian umumnya memiliki cara-cara tersendiri dalam menghadapi kecemasan. Cara- cara koping yang baik dilakukan oleh para subjek untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pada masa klimak-terium.ABSTRACTBackground: Women climacterium will occur during certain changes that can cause disturbances in mild to severe. Most women climacterium not know that this change was a process of natural menopause. They were worried and confused about the symptoms that accompany therefore face the need to prepare themselves with sufficient knowl- edge about climacterium.Objective: The purpose of this study was to determine the phenomenon of anxiety in the face of the climacterium woman .Method: The method in this research is qualitative by using a phenomenological approach. This study used the research subjects were four informants were all the climactrium mothers who live in Candi subdistrik Semarang. Data was collected by indept interview.Results: showed that all subjects in general have to understand what was meant the climacterium and menopause. In the three informants experiencing anxiety about the advent of this climacterium which was marked by several symptoms such as dizziness, insomnia, burning sensation, fear, and so forth. At the first subject the matter was not felt, and this was reasonable because the first subject has passed through menopause.Conclusion: The research subjects generally had their own ways in dealing with anxiety. Ways of coping were either done by the subject can finally solve the various problems well too.
Gencar Pemberian Asi Eksklusif Guna Mencegah Stunting pada Anak Di Dusun Santan Kecamatan Pajangan Bantul Yuni Fitriana; Isabella Rahmawati; Riadini Wahyu Utami
The Journal of Innovation in Community Empowerment Vol 3 No 1 (2021): Journal of Innovation in Community Empowerment (JICE)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/jice.v3i1.583

Abstract

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik, otak dan organ lainnya diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan ditandai dengan tubuh anak terlalu pendek untuk usianya. Pada tahun 2019 kasus tertinggi stunting sebanyak 244 bayi berada di Wilayah Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul Propinsi D.I.Yogyakarta. Masalah stunting lebih banyak dibandingkan masalah kurang gizi lainnya. Kejadian stunting dipengaruhi oleh berat badan saat lahir rendah, asupan gizi balita, pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu balita, dan pendapatan keluarga yang rendah, namun faktor yang paling dominan adalah pemberian ASI. Upaya pemerintah dalam pencapaian penurunan prevalensi stunting melalui program pemberian ASI Eksklusif, namun dalam pelaksanaan ASI eksklusif menemui beberapa hambatan yaitu tersedianya susu formula, ibu menyusui yang bekerja dan kemampuan teknik menyusui serta rasa percaya diri yang kurang. ASI tidak dapat diganti dengan susu formula dalam kondisi apapun namun karena harus bekerja maka sulit memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu perlunya memberdayakan Kader Kesehatan untuk mendampingi dan melakukan advokasi agar ASI tetap diberikan meski ibu bekerja. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertujuan memberdayakan Kader Kesehatan guna mencegah Stunting pada Anak dengan Pendampingan pemberian ASI Eklusif Di Dusun Santan Kecamatan Pajangan Bantul. Metode dalam kegiatan ini adalah pretest untuk mengukur pengetahuan kader tentang ASI Ekslusif dan Teknik menyusui yang benar, seminar dan diskusi tentang ASI eksklusif, simulasi teknik menyusui, cara memerah ASI, cara menyimpan ASI dan menghangatkan ASI dingin/beku sebelum diberikan pada bayinya. Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan, hal ini tampak peserta aktif pada saat diskusi, dan simulasi. Para kader memperhatikan dan mempraktikkan gerakan teknik menyusui menggunakan media boneka bayi. Para peserta menjadi lebih paham akan pentingnya ASI Eksklusif, mampu mempraktikkan Teknik menyusui yang benar, mampu memerah ASI dengan benar yang terjaga kebersihannya, memahami cara menyimpan ASI tetap baik dan mampu menyajikan ASI dingin/beku sebelum diberikan pada bayi. Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi Kader sebagai promotor masayarakat khusunya pendampingan dan memotivasi ibu menyusui berhasil memberikan ASI Ekslusif dan berlanjut hingga 2 tahun meskipun bekerja sehingga dapat mencegah dan mengatasi stunting pada anak. KATA KUNCI Stunting; ASI Ekslusif; Kader kesehatan