Prambudi Terrano
Universitas Katolik Soegijapranata

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Analisis Tinggi Muka Air Daerah Genangan Banjir Rob Sungai Banjirkanal Barat Bagian Hilir Menggunakan Software HEC-RAS Rahmat Harta; Prambudi Terrano; Budi Santosa
G-SMART Vol 4, No 1: Juni 2020
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v4i1.1940

Abstract

Banjir merupakan bencana alam yang sejatinya dapat diminimalisir dampaknya ataupun bisa dihindari jika tahu sumber permasalahannya. Kenaikan debit banjir sebagian besar dipengaruhi oleh adanya perubahan tata guna lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS), dan bentuk profil sungai yang tidak dapat menampung debit banjir yang terjadi disetiap periodenya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui luas genangan yang terjadi akibat limpasan dari sungai banjirkanal barat pada daerah yang tergenang rob, serta memberikan solusi alternatif mengatasi dan meminimalisir terjadinya banjir. Data yang diperlukan berupa data curah hujan harian dari tahun 2005 – 2017 di lima stasiun hujan, yaitu Stasiun Madukoro, Stasiun Simongan, Stasiun Kalisari, Stasiun Gunungpati, dan Stasiun Sumur Jurang. Hasil dari penelitian ini adalah luas area genangan periode ulang 2 tahunan sebesar 1.461.331 m2 dan tinggi muka air banjir antara 1,17 m sampai 4,52 m. Luas area genangan periode ulang 5 tahunan sebesar 1.841.309 m2 dan tinggi muka air banjir antara 1,67 m sampai 4,8 m. Luas area genangan periode ulang 10 tahunan sebesar 2.455.585 m2 dan tinggi muka air banjir antara 2,01 m sampai 5,01 m. Luas area genangan periode ulang 25 tahunan sebesar 2.681.935 m2 dan tinggi muka air banjir antara 2,32 m sampai 5,2 m. Luas area genangan periode ulang 50 tahunan sebesar 3.579.047 m2 dan tinggi muka air banjir antara 2,47 m sampai 5,28 m. Luas area genangan periode ulang 100 tahunan sebesar 5.131.457 m2 dan tinggi muka air banjir antara 2,56 m sampai 5,34 m. Dari permodelan tersebut dapat diketahui pada bagian mana yang terjadi limpasan. Maka dari itu dilakukan solusi altermatif berupa normalisasi sungai.