This Author published in this journals
All Journal Jurnal Jaffray
Robi Panggarra
STT Jaffray

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Makna Bait Allah dalam 1 Korintus 3:16-17 dan Implikasinya bagi orang Percaya Masa Kini Lesmana, Herman; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 12, No 1 (2014): Jurnal Jaffray Volume 12 No. 1 April 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sesuai dengan pokok masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan dalampenulisan karya ilmiah adalah: Pertama, untuk mengetahui pengertian yang benartentang konsep orang percaya adalah bait Allah seperti yang dijelaskan dalam 1Korintus 3:16-17. Kedua, untuk memberikan gambaran implikasi makna Bait Allahdalam kehidupan orang percaya masa kini.Kesimpulan karya ilmiah ini adalah: Pertama, Bait Allah berarti kumpulanorang percaya. Sebagai kumpulan orang percaya, maka Bait Allah terdiri dari orangorangyang percaya kepada Kristus. Kedua, Bait Allah adalah tempat kediamanAllah. Dalam surat Korintus ini, kehadiran Allah ditengah-tengah umat-Nyadiungkapkan dalam kehadiran Roh-Nya. Ketiga, Bait Allah itu harus dipelihara. BaitAllah sebagai bangunan milik Allah tidak boleh dibinasakan atau dihancurkandengan cara apapun. Bait Allah harus dijaga kemurniannya dan keberadaannyasebagai tempat yang menyatakan kebenaran Allah. Keempat, Bait Allah itu kudus.Bait Allah sebagai orang percaya dikatakan kudus karena mereka adalah milik Allahdan Allah berdiam di dalam mereka.Implikasi makna Bait Allah tersebut bagi orang percaya masa kini adalah:Pertama, Orang percaya masa kini patut hidup dalam kesatuan. Kedua, hidup dalampenyembahan. Ketiga, hidup dalam kekudusan. Sebagai Bait Allah rohani, orangpercaya masa kini patut hidup dalam kekudusan yang sejati. Keempat, hidup dalampelayanan. Pelayanan adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada setiap orangpercaya sesuai dengan karunia yang dimilikinya.
Makna Tujuh Ungkapan Yesus Di Salib Bagi Orang Percaya Lele, Aldorio Flavius; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 13, No 2 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 2 Oktober 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuh perkataan Yesus di kayu salib merupakan tujuh ucapan yang mencakup seluruh pengajaran mengenai kasih Allah bagi manusia. Kasih yang sulit untuk dipahami, sulit untuk dimengerti secara tuntas karena ia melebihi kapasitas serta rasio pemikiran manusia yang terbatas. Pernyataan kasih itu disimpulkan sebagai berikut: Pertama, ucapan pengampunan yang diucapkan Yesus mengajarkan bahwa prinsip pengampunan adalah mengasihi musuh. Mendoakan dan mengharapkan dia bertobat serta mengampuni segala dosa-dosanya bukan berarti membiarkan dia berdosa terus menerus. Ucapan pengampunan yang diucapkan oleh Yesus ialah bukan supaya orang-orang yang didoakan diampuni tanpa pertobatan, tetapi supaya mereka diampuni melalui pertobatan. Kedua, dalam perkataan-Nya yang kedua, Yesus menjamin orang berdosa yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Seruan jaminan kepastian yang diucapkan Yesus merupakan bentuk kasih yang menyelamatkan. Ketiga, Yesus adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan umat yang dikasihi-Nya. Orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan memiliki tanggung jawab untuk melakukan segala perintah Tuhan dan dalam segala hal mengasihi sesama. Keempat, Seruan ini mengajarkan mengenai kuasa dosa yang dahsyat sehingga Allah Bapa merelakan Anak-Nya yang sangat Ia kasihi, memikul beban dosa tanpa pertolongan dan perlindungan. Kelima, ucapan kelima inilah satu-satunya ucapan yang berhubungan dengan kesakitan jasmani yang Ia ucapkan dari atas kayu salib. Rasa haus Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia. Ia adalah sumber air hidup yang rela menderita agar dapat menyelamatkan mereka yang datang kepada-Nya. Keenam, ucapan keenam ini bukanlah teriakan kekalahan, melainkan teriakan kemenangan. Ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa hingga akhir hidup-Nya menandakan kasih-Nya yang begitu besar bagi manusia. Inilah kasih yang taat sampai mati. Ketujuh, ucapan terakhir Yesus menjelang kematian-Nya adalah sebuah doa. Di dalam doa-Nya itu Ia mengajarkan orang percaya bagaimana menghadapi kematian. Bentuk kasih yang penuh, terkandung di dalam penyerahan total kepada Allah.The seven statements of Jesus on the cross are seven declarations which encompass all the teachings about God’s love for people. This love is difficult to comprehend, difficult to completely understand because it is beyond the limited capacity, including the reasoning ability of man. These statements can be summarized as follows: First, the pronunciation of forgiveness which Jesus uttered teaches that a principle of forgiveness is loving one’s enemies. Praying and hoping that they repent, as well as forgiving all of their sins, does not mean allowing them to continue to sin. Jesus’ statement about forgiveness was not so that people which are prayed for are forgiven without repentance, but that they are forgiven through repentance. Second, Jesus guarantees that the sinner that repents and believes in him will be together with him in Paradise. Jesus’ statement of certain assurance shows the nature of saving love. Third, Jesus is the God who cares about the sufferings of his people whom he loves. People which genuinely love the Lord have a responsibility to obey all of the Lord’s commands and in everything love their fellow man. Fourth, the fourth appeal teaches about the power of sin which is so devastating that God the Father offered his beloved Son to shoulder the burden of sin without help or support. Fifth, this fifth cry is the only utterance which he makes from the cross which makes reference to his physical pain. Jesus’ thirst shows that he really is man. He is the source of living water who is willing to suffer in order to save those who come to him. Sixth, the sixth declaration is not a cry of defeat, but rather a cry of victory. His obedience to the will of his Father until the end of his life shows the greatness of his love toward people. This is love that is obedient until death. Seventh, the final statement of Jesus before his death is a prayer. In his prayer, he teaches believers how to face death. The nature of a love that is comprehensive is contained in complete surrender to God.
Kerajaan Allah Menurut Injil-Injil Sinoptik Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 11, No 1 (2013): Jurnal Jaffray Volume 11 No. 1 April 2013
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v11i1.74

Abstract

Sesuai dengan pokok masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan dalampenulisan karya ilmiah ini adalah: Pertama, untuk menemukan atau mengetahuiapakah terdapat perbedaan dan persamaan gagasan tentang Kerajaan Allah dalamInjil-injil Sinoptik.Kedua, untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam aspeksoteriologi, ekklesiologi, dan moral-etis tentang Kerajaan Allah. Ketiga, untukmengetahui apa peran Yesus dalam Kerajaan Allah tersebut.Adapun kesimpulan karya tulis “Kerajaan Allah Menurut Injil-Injil Sinoptik”adalah: Pertama, Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah yang telahmemasuki zaman ini melalui kehadiran Yesus dan akan menjadi sempurna pada saatkedatangan-Nya untuk kedua kalinya. Kedua, Ungkapan Kerajaan Allah danKerajaan Sorga memiliki makna yang sama, tanpa ada maksud untuk membedakankedua objek dari ungkapan tersebut. Ketiga, Sinoptik menegaskan bahwa KerajaanAllah yang akan datang merupakan sesuatu yang rahasia dan tidak diketahuikepastian waktunya. Keempat, Ketiga Injil memiliki pandangan yang sama tentangdimensi waktu sekarang dan futuris tentang Kerajaan. Kelima, Kerajaan Allah yangdibicarakan dalam Injil-injil Sinoptik, tidak terlepas kaitannya dengan misisoteriologi Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan dosa. Keenam,Kerajaan Allah bekerja melalui gereja sekarang ini untuk mengabarkan kabar baiktentang tindakan Allah dalam sejarah, meskipun gereja bukanlah Kerajaan Allah itusendiri. Ketujuh, Kerajaan Allah mengharuskan pertobatan untuk menyambutnya,dimana pertobatan itu akan menghasilkan sebuah kehidupan berbeda darisebelumnya, oleh karena adanya prinsip-prinsip etis dari Kerajaan Allah yang perludihidupi oleh warga Kerajaan tersebut. Kedelapan, Yesus adalah inti pembicaraanInjil, sedangkan inti pemberitaan Yesus adalah Kerajaan Allah.
Konsep Eirene Berdasarkan Efesus 2:11-22 dan Implementasinya dalam Kekristenan Masa Kini Wangyu, Wangyu; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 8, No 2 (2010): Jurnal Jaffray Volume 8 No. 2 Oktober 2010
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v8i2.49

Abstract

Pertama, setelah setiap pembaca memahami makna eirene diharapkan akanmenerapkan kata eirene ini, di dalam kehidupan setiap hari sebagai salam sapaan sepertilayaknya kata syalom. Dan juga menghidupinya di dalam kehidupan Kristennya.Kedua, hendaklah setiap pemimpin gereja atau para gembala jemaat memahamibahasa asli Alkitab baik itu bahasa Ibrani untuk Perjanjian Lama maupun bahasa Yunaniuntuk Perjanjian Baru supaya dapat mengajar jemaatnya dengan baik.Ketiga, hendaklah setiap orang percaya mengimplementasikan makna eirene inididalam kehidupannya setiap hari, baik dalam ruang lingkup kelurga, tempat kerja ataudimanapun dia berada, harus menjadi pelaku eirene.Keempat, hendaklah setiap pemimpin gereja dan anggota jemaatnya yang sudahmengalami eirene dapat memberitakan, berita eirene (damai sejahtera) kepada orang lainyang belum mengalaminya, supaya orang lainpun didamaikan dengan Allah dansesamanya.Dan akhirnya, doa penulis semoga Allah sumber damai sejahtera yang sudahmendamaikan manusia lewat Anak-Nya Yesus Kristus, akan melimpahi semua orangpercaya dengan damai sejahtera. Penulis sangat mengharapkan agar karya ilmiah ini dapatmenjadi berkat bagi setiap pembaca dan orang percaya masa kini.
Konsep Manusia Baru Berdasarkan Perspektif Paulus Dalam Efesus 4:17-32 Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Orang Percaya Darius, Darius; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 11, No 2 (2013): Jurnal Jaffray Volume 11 No. 2 Oktober 2013
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v11i2.80

Abstract

Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: Pertama, menjelaskan konsepbiblika mengenai manusia baru dalam perspektif Efesus pasal 4:17-32. Kedua,menjelaskan implementasi manusia baru dalam kehidupan orang percaya.Penulisan karya ilmiah ini menggunakan hermeneutika metode eksegesisAlkitab dan penelitian literatur, dan teknik pengumpulan data yang digunakan olehpenulis ialah mengadakan penelitian atau observasi terhadap Alkitab, dan sebagaisumber pendukung yaitu buku-buku, majalah, naskah, program bible study, daneksplorasi internet yang ada hubungannya dengan konsep manusia baru.Adapun kesimpulan karya ilmiah “Konsep Manusia Baru BerdasarkanPerspektif Paulus Dalam Efesus 4:17-32 Dan Implementasinya Dalam KehidupanOrang Percaya” adalah: Pertama, manusia lama adalah manusia yang berjalanberdasarkan pengertiannya sendiri, tidak mengenal Allah, memiliki pikiran yang siasia,pengertiannya digelapkan, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, memilikihati yang degil, hati tumpul, sehingga menyerahkan dirinya kepada hawa nafsu danmengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Kedua, manusia baru adalahmanusia yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dankekudusan, di mana orang-orang yang percaya kepada Kristus memiliki kedudukanbaru yaitu dari kebinasaan dipindahkan kepada hidup yang kekal dan manusia yangterus diperbaharui serta dipersatukan dengan Kristus. Ketiga, sebagai manusia barudi dalam Kristus, orang percaya tidak lagi menjadi senjata-senjata kelaliman tetapisebaliknya menjadi senjata-senjata kebenaran dan hidup memuliakan Allah.
Makna Kata Ekklesia Berdasarkan Matius 16:18 Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Orang Percaya Masa Kini Christian, Firman; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 9, No 2 (2011): Jurnal Jaffray Volume 9 No. 2 Oktober 2011
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v9i2.97

Abstract

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penulisan karya ilmiah iniadalah: Pertama, untuk menganalisis dan menafsirkan makna dari kata ekklesiaberdasarkan konsep kitab Matius 16:18. Kedua, untuk membahas bagaimanamengimplementasikan kata ekklesia dalam kekristenan masa kini.Metode penelitian yang digunakan penulis di antaranya adalah: Pertama, Metodeanalisis kitab dalam hal ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang mencakupteologi eksegesis dan kajian Alkitab untuk memahami teks yang sesuai dengan konsep yangada di dalam Matius 16:18. Penulis tidak melakukan penelitian lapangan, tetapi hanyamenggunakan metode penelitian literatur (library research). Kedua, Komparasi, yaitumengadakan perbandingan-perbandingan untuk melihat kesamaan atau perbedaan teks yangberkaitan dengan objek penelitian (kata ekklesia).Berdasarkan hasil uraian penulis dalam karya ilmiah tentang makna kata ekklesiaberdasarkan Matius 16:18 dan implementasinya dalam kehidupan orang percaya masa kini,maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, gereja adalahpersekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang adalah Mesias. Olehsebab itu gereja harus hidup berdasarkan firman Tuhan dan pengakuan iman yang benar.Kedua, masih banyak orang percaya yang belum menyadari bahwa dirinya adalah anggotaekklesia dan memilih untuk menjalani pertumbuhannya secara pribadi dan terpisah dariorang-orang percaya lainnya. Ketiga, gereja juga merupakan sidang yang dipimpin olehKristus yang mempedulikan kepentingan kotanya, tidak hanya dalam aspek rohani tetapijuga gereja dapat berperan dalam aspek sosial, ekonomi dan kesehatan. Gereja akanmembawa dampak positif dan kehadirannya akan dirasakan dan diterima baik
Makna Kata Kharis Berdasarkan Surat Efesus 2:8 dan Implementasinya dalam Kehidupan Orang Percaya Masa Kini Merang, Rose Melly; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 10, No 2 (2012): Jurnal Jaffray Volume 10 No. 2 Oktober 2012
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v10i2.54

Abstract

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penulisan karya ilmiah iniadalah: Pertama, untuk menganalisis dan menafsirkan makna di balik kata kharisberdasarkan Efesus 2:8. Kedua, untuk membahas bagaimana mengimplementasikankharis dalam kehidupan orang-orang percaya masa kini.Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian naskahAlkitab, yaitu dengan kajian eksegesis Alkitab untuk menemukan makna teks yangsesuai dengan konsep yang ada dalam surat Efesus 2: 8. Penulis mengadakanpenelitian literatur (library research), terhadap berbagai sumber atau naskah-naskahyang memiliki korelasi dengan judul, antara lain: buku tafsiran-tafsiran kitab Efesusdan buku-buku yang berhubungan dengan kata kasih karunia yang disusun secaraeksposisi untuk mencapai maksud, sasaran dan tujuan penulisan.Berdasarkan hasil uraian penulis dalam karya ilmiah tentang makna katakharis berdasarkan Efesus 2:8 dan implementasinya dalam kehidupan orang percayamasa kini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, kasihkarunia adalah kehadiran Allah melalui Yesus Kristus ke dalam dunia, mati untukmenyelamatkan manusia, Ia bangkit dari kematian untuk memberi kemenangan bagiorang percaya dan Ia menyediakan tempat di sorga bagi orang yang percaya kepada-Nya. Kedua, kasih karunia merupakan anugerah keselamatan yang dianugerahkanoleh Allah secara cuma-cuma kepada manusia berdosa yang seharusnya dihukum dandimurkai oleh Allah. Ketiga, kasih karunia merupakan kemerdekaan yang Allahberikan bagi manusia atas dosa, melepaskan dari kuasa iblis, memulihkan manusiauntuk kembali bersekutu dengan Allah. Keempat, kasih karunia Allah merupakanpengampunan-Nya bagi orang berdosa yang datang bertobat kepada-Nya dengansungguh-sungguh. Kelima, kasih karunia adalah kuasa Allah melalui kehadiran RohKudus yang memberdayakan setiap orang percaya untuk melawan godaan dosa,melakukan kehendak Allah, hidup dalam kekudusan dan memberi kemampuanmelayani Tuhan serta menghadapi setiap masalah.
Makna Tujuh Ungkapan Yesus Di Salib Bagi Orang Percaya Lele, Aldorio Flavius; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 13, No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v13i2.181

Abstract

Tujuh perkataan Yesus di kayu salib merupakan tujuh ucapan yang mencakup seluruh pengajaran mengenai kasih Allah bagi manusia. Kasih yang sulit untuk dipahami, sulit untuk dimengerti secara tuntas karena ia melebihi kapasitas serta rasio pemikiran manusia yang terbatas. Pernyataan kasih itu disimpulkan sebagai berikut: Pertama, ucapan pengampunan yang diucapkan Yesus mengajarkan bahwa prinsip pengampunan adalah mengasihi musuh. Mendoakan dan mengharapkan dia bertobat serta mengampuni segala dosa-dosanya bukan berarti membiarkan dia berdosa terus menerus. Ucapan pengampunan yang diucapkan oleh Yesus ialah bukan supaya orang-orang yang didoakan diampuni tanpa pertobatan, tetapi supaya mereka diampuni melalui pertobatan. Kedua, dalam perkataan-Nya yang kedua, Yesus menjamin orang berdosa yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Seruan jaminan kepastian yang diucapkan Yesus merupakan bentuk kasih yang menyelamatkan. Ketiga, Yesus adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan umat yang dikasihi-Nya. Orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan memiliki tanggung jawab untuk melakukan segala perintah Tuhan dan dalam segala hal mengasihi sesama. Keempat, Seruan ini mengajarkan mengenai kuasa dosa yang dahsyat sehingga Allah Bapa merelakan Anak-Nya yang sangat Ia kasihi, memikul beban dosa tanpa pertolongan dan perlindungan. Kelima, ucapan kelima inilah satu-satunya ucapan yang berhubungan dengan kesakitan jasmani yang Ia ucapkan dari atas kayu salib. Rasa haus Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia. Ia adalah sumber air hidup yang rela menderita agar dapat menyelamatkan mereka yang datang kepada-Nya. Keenam, ucapan keenam ini bukanlah teriakan kekalahan, melainkan teriakan kemenangan. Ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa hingga akhir hidup-Nya menandakan kasih-Nya yang begitu besar bagi manusia. Inilah kasih yang taat sampai mati. Ketujuh, ucapan terakhir Yesus menjelang kematian-Nya adalah sebuah doa. Di dalam doa-Nya itu Ia mengajarkan orang percaya bagaimana menghadapi kematian. Bentuk kasih yang penuh, terkandung di dalam penyerahan total kepada Allah.The seven statements of Jesus on the cross are seven declarations which encompass all the teachings about God’s love for people. This love is difficult to comprehend, difficult to completely understand because it is beyond the limited capacity, including the reasoning ability of man. These statements can be summarized as follows: First, the pronunciation of forgiveness which Jesus uttered teaches that a principle of forgiveness is loving one’s enemies. Praying and hoping that they repent, as well as forgiving all of their sins, does not mean allowing them to continue to sin. Jesus’ statement about forgiveness was not so that people which are prayed for are forgiven without repentance, but that they are forgiven through repentance. Second, Jesus guarantees that the sinner that repents and believes in him will be together with him in Paradise. Jesus’ statement of certain assurance shows the nature of saving love. Third, Jesus is the God who cares about the sufferings of his people whom he loves. People which genuinely love the Lord have a responsibility to obey all of the Lord’s commands and in everything love their fellow man. Fourth, the fourth appeal teaches about the power of sin which is so devastating that God the Father offered his beloved Son to shoulder the burden of sin without help or support. Fifth, this fifth cry is the only utterance which he makes from the cross which makes reference to his physical pain. Jesus’ thirst shows that he really is man. He is the source of living water who is willing to suffer in order to save those who come to him. Sixth, the sixth declaration is not a cry of defeat, but rather a cry of victory. His obedience to the will of his Father until the end of his life shows the greatness of his love toward people. This is love that is obedient until death. Seventh, the final statement of Jesus before his death is a prayer. In his prayer, he teaches believers how to face death. The nature of a love that is comprehensive is contained in complete surrender to God.