Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Apakah pembelajaran kooperatif model TGT berpengaruh terhadap Prestasi belajar Penjaskes? (b) Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Penjaskes dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model TGT. Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model TGT terhadap prestasi belajar Penjaskes. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Penjaskes setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model TGT. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua siklus. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas V. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I pertemuan pertama (29,41%), siklus I pertemuan kedua (52,94%), siklus II pertemuan pertama (70,59%) dan siklus II pertemuan kedua (94,12%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model TGT dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas V SDN Pasar Arba, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative Penjaskes.