Luxi Riajuni Pasaribu
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DETERMINAN KULTURAL DAN STRUKTURAL DALAM KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI (BHISA/SANDO) DI KABUPATEN WAKATOBI, SULAWESI TENGGARA Luxi Riajuni Pasaribu; Lely Indrawati
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/kespro.v12i1.4013

Abstract

Abstract Background: Births assisted by skilled health personnel in health facilities is the prevention of maternal mortality. Wakatobi District has a low coverage of birth attendance by skilled health personnel, and the community has a powerful culture in all aspects of life, including visiting traditional birth attendants known as Bhisa/Sando in caring for women from pregnant to childbirth. Objective: To identify the cultural and structural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives in maternal and child health services (MCH). Methods: This study used an operational research design with a qualitative approach. A total of 68 informants were involved in focus group discussions, in-depth interviews, and participatory observations. Thematic analysis was used in processing all information. Results: Cultural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives were hereditary traditions and a powerful belief in Bhisa/Shando's ability to take care for pregnant women, labor women, postpartum women, and newborns. Meanwhile, structural determinants included inadequate facilities and health personnel for MCH services and suboptimal supports from related parties. These results may cause the partnership between Bhisa/Shando and midwives will not be optimal. Conclusion: Cultural and structural factors have a strong influence in realizing the partnership between Bhisa/Sando and midwives. The involvement of Bhisa/Sando in MCH services conducted by midwives, adequate MCH service infrastructure, and support from community leaders, cadres, and related agencies is essential to be carried out to improve Bhisa/Sando's partnership with midwives in improving MCH services. Keywords: Bhisa/Shando, partnership of midwives and traditional birth attendants, maternal and child health Abstrak Latar belakang: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan upaya untuk mencegah kematian ibu. Kabupaten Wakatobi memiliki cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah, dan masyarakatnya memiliki budaya yang sangat kuat dalam segala aspek kehidupan, termasuk mendatangi dukun bayi yang disebut sebagai Bhisa/Sando dalam menangani ibu hamil hingga bersalin. Tujuan: Mengidentifikasi determinan kultural dan struktural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Metode: Studi ini menggunakan desain riset operasional dengan pendekatan kualitatif. Total 68 informan terlibat dalam diskusi grup terarah, wawancara mendalam, dan observasi partisipasi. Analisis tematik digunakan dalam mengolah seluruh informasi. Hasil: Determinan kultural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan yaitu tradisi turun temurun dan kepercayaan yang kuat terhadap kemampuan Bhisa/Shando dalam menangani ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sedangkan determinan struktural meliputi fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan KIA yang belum memadai serta dukungan dari pihak terkait yang belum optimal. Hal ini menyebabkan kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan belum optimal. Kesimpulan: faktor kulturan dan struktural berpengaruh kuat dalam mewujudkan kemitraan antara Bhisa/Sando dengan bidan. Keterlibatan Bhisa/Sando dalam pelayanan KIA yang dilakukan bidan, infrastruktur pelayanan KIA yang memadai, dan dukungan dari tokoh masyarakat, kader, dan instansi terkait perlu dilakukan untuk meningkatkan kemitraan Bhisa/Sando dengan bidan dalam meningkatkan pelayanan KIA. Kesimpulan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas relatif sama dengan kecenderungan lebih rendah pada kualitas hidup ibu nifas Kata kunci: Bhisa/Shando, kemitraan bidan dan dukun bayi, kesehatan ibu dan anak
DETERMINAN KULTURAL DAN STRUKTURAL DALAM KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI (BHISA/SANDO) DI KABUPATEN WAKATOBI, SULAWESI TENGGARA Luxi Riajuni Pasaribu; Lely Indrawati
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.11

Abstract

Abstract   Background: Births assisted by skilled health personnel in health facilities is the prevention of maternal mortality. Wakatobi District has a low coverage of birth attendance by skilled health personnel, and the community has a powerful culture in all aspects of life, including visiting traditional birth attendants known as Bhisa/Sando in caring for women from pregnant to childbirth. Objective: To identify the cultural and structural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives in maternal and child health services (MCH). Methods: This study used an operational research design with a qualitative approach. A total of 68 informants were involved in focus group discussions, in-depth interviews, and participatory observations. Thematic analysis was used in processing all information. Results: Cultural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives were hereditary traditions and a powerful belief in Bhisa/Shando's ability to take care for pregnant women, labor women, postpartum women, and newborns. Meanwhile, structural determinants included inadequate facilities and health personnel for MCH services and suboptimal supports from related parties. These results may cause the partnership between Bhisa/Shando and midwives will not be optimal. Conclusion: Cultural and structural factors have a strong influence in realizing the partnership between Bhisa/Sando and midwives. The involvement of Bhisa/Sando in MCH services conducted by midwives, adequate MCH service infrastructure, and support from community leaders, cadres, and related agencies is essential to be carried out to improve Bhisa/Sando's partnership with midwives in improving MCH services.   Keywords: Bhisa/Shando, partnership of midwives and traditional birth attendants, maternal and child health   Abstrak   Latar belakang: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan upaya untuk mencegah kematian ibu. Kabupaten Wakatobi memiliki cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah, dan masyarakatnya memiliki budaya yang sangat kuat dalam segala aspek kehidupan, termasuk mendatangi dukun bayi yang disebut sebagai Bhisa/Sando dalam menangani ibu hamil hingga bersalin. Tujuan: Mengidentifikasi determinan kultural dan struktural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Metode: Studi ini menggunakan desain riset operasional dengan pendekatan kualitatif. Total 68 informan terlibat dalam diskusi grup terarah, wawancara mendalam, dan observasi partisipasi. Analisis tematik digunakan dalam mengolah seluruh informasi. Hasil: Determinan kultural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan yaitu tradisi turun temurun dan kepercayaan yang kuat terhadap kemampuan Bhisa/Shando dalam menangani ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sedangkan determinan struktural meliputi fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan KIA yang belum memadai serta dukungan dari pihak terkait yang belum optimal. Hal ini menyebabkan kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan belum optimal. Kesimpulan: faktor kulturan dan struktural berpengaruh kuat dalam mewujudkan kemitraan antara Bhisa/Sando dengan bidan. Keterlibatan Bhisa/Sando dalam pelayanan KIA yang dilakukan bidan, infrastruktur pelayanan KIA yang memadai, dan dukungan dari tokoh masyarakat, kader, dan instansi terkait perlu dilakukan untuk meningkatkan kemitraan Bhisa/Sando dengan bidan dalam meningkatkan pelayanan KIA. Kesimpulan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas relatif sama dengan kecenderungan lebih rendah pada kualitas hidup ibu nifas   Kata kunci: Bhisa/Shando, kemitraan bidan dan dukun bayi, kesehatan ibu dan anak