Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Human–Computer Interaction (HCI) dan Implikasinya Terhadap Perubahan Pola Komunikasi Keluarga Ika - Rusdiana
Al-Syakhsiyyah: Journal of Law & Family Studies Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/syakhsiyyah.v3i1.2984

Abstract

Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga dinyatakan “communication is the essence of human Life”, pernyataan ini menegaskan bahwa tanpa komunikasi yang efektif, keberlangsungan hidup manusia akan terganggu, bahkan dalam konteks kehidupan keluarga,  akan sangat berpotensi memunculkan disfungsi pada sistem keluarga. Fenomena yang terjadi pada kehidupan keluarga modern saat ini, yang ditandai dengan hadirnya teknologi informasi, disinyalir merupakan salah satu faktor penyebab bergesernya sistem dan pola komunikasi keluarga, yakni dari pola konvensional tatap muka ke pola modern melalui media online. Pola komunikasi keluarga merupakan satu kerangkan kerja yang menekankan pada cara individu dalam berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa interaksi manusia dengan teknologi telah membentuk satu ritme baru dalam kehidupan sehari-hari keluarga, yakni ritme interaksi yang semakin kompleks, yang tidak hanya interaksi secara “nyata”, tetapi juga interaksi secara “maya”. Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana implikasi human-computer interaction terhadap perubahan pola komunikasi keluarga di kabupaten ponorogo. Dengan pendekatan kualitatif, ditemukan bahwa intensitas interaksi antara manusia dan teknologi telah mereduksi unsur-unsur dalam keberfungsian sistem keluarga, yakni: 1) interdependensi; 2) wholeness; 3) pola/regulasi diri; 4) kompleksitas interaktif; 5) Openness; 6) Hubungan yang kompleks; 7) Kesamaan (Equifinality). Dalam pola komunikasi keluarga, unsur-unsur tersebut turut menentukan perubahakan pola komunikasi keluarga yang terdiri dari dimensi percakapan dan dimensi konformitas (kesesuaian). Pada dimensi percakapan, dalam kadar tertentu, keluarga di Kabupaten Ponorogo menunjukkan adanya penurunan minat dalam membicarakan topik/permasalahan tertentu dalam keluarga, bahkan cenderung muncul rasa kurang nyaman dalam menyampaikan berbagai informasi pribadi. Kondisi ini berkaitan dengan meningkatnya dimensi kedua, yakni dimensi kesesuaian (konformitas). Pada dimensi kesesuaian (konformitas), anggota keluarga; baik anak-anak maupun orang tua, kerap menunjukkan sikap ekspresif yang menunjukkan adanya ketidaksepahaman pemikiran dengan anggota keluarga yang lain. Dalam konteks pola komunikasi keluarga, meningkatnya dimensi konformitas cukup berpotensi dalam memunculkan konflik keluarga, karena masing-masing anggota keluarga mengedepankan sisi individualitasnya berdasarkan kesesuaian yang diyakininya.