Pertiwi Febriana Chandrawati
Universitas Muhammadiyah Malang

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga.

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN Febriana Chandrawati, Pertiwi; ni Alhabsyi, Farha
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 10, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.036 KB) | DOI: 10.22219/sm.v10i1.4145

Abstract

Latar Belakang: Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan anak balita disebabkan ISPA. Di Indonesia, ISPA merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama terjadi pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Diperkirakan kejadian ISPA pada balita di Indonesia sebesar 10-20%. Faktor penyebab ISPA pada balita adalah berat badan lahir rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik. Tujuan: Mengetahui hubungan berat badan lahir rendah terhadap frekuensi kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun. Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional, dengan pendekatan secara Case control study. Pengambilan sampel dengan tekhnik purposive sampling. Dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kendal Kerep-Malang. Subyek penelitian mengisi 2 kuesioner, kuesioner pertama untuk menentukan kelompok kasus(sering ISPA) dan kelompok kontrol (tidak sering ISPA). Kuesioner kedua untuk mengetahui berat badan lahir subyek dan faktor resiko berat badan lahir rendah. Dianalisa dengan pearson correlation, odd rasio, dan uji Chi-square. Hasil Penelitian : Penelitian ini mengikutsertakan 46 subyek. (23 sebagai kasus dan 23 sebagai kontrol). Responden yang termasuk dalam kategori berat badan lahir normal dengan kriteria kejadian ISPA tidak sering sebanyak 18 orang (39,1%), sedangkan yang termasuk kriteria kejadian ISPA sering sebanyak 9 orang (19,6%). Subyek yang termasuk dalam kategori berat badan lahir rendah dengan kriteriakejadian ISPA tidak sering sebanyak 5 orang (10,9%), sedangkan yang termasuk kriteria kejadian ISPA sering sebanyak 14 orang (30,4%)., dengan nilai r sebesar 0,839 dan OR = 5,60 Kesimpulan : BBLR diprediksi merupakan salah satu penyebab seringnya kejadian ISPA pada anak usia 1-4 tahun. Dengan resiko sebesar 6 kali dibanding pada bayi yang tidak BBLC. Sehingga diharapkan bagi masyarakat agar waspada terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan resiko melahirkan bayi dengan BBLRKata Kunci: BBLR, ISPA, Balita 1-4 tahun
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KONSUMSI KOPI BERSAMA ROKOK DAN KUALITAS TIDUR PADA SOPIR BUS DI TERMINAL ARJOSARI MALANG Ain, Ria Churin; Indrawanto, Iwan Sis; Chandrawati, Febriana Pertiwi
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 12, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1281.931 KB) | DOI: 10.22219/sm.v12i2.5274

Abstract

Sopir bus dituntut tetap terjaga dan waspada sehingga bisa mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan. Sehingga kebanyakan dari mereka mengkonsumsi kopi dan rokok dengan tujuan agar tidak mengantuk. Kopi mengandung kafein dan rokok mengandung nikotin. Kafein dan nikotin merupakan zat psikoaktif yang bisa meningkatkan kewaspadaan. Namun, konsumsi kopi dan rokok mempunyai dampak negatif berupa penurunan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara konsumsi kopi bersama rokok dan kualitas tidur pada sopir bus di terminal Arjosari Malang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017 yang bersifat analitik observasional dengan desain cross sectional menggunakan purposive sampling dengan 81 responden. Teknik pengumpulan data dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner PSQI untuk mengukur kualitas tidur. Hasil penelitian menunjukkan, responden dengan konsumsi kopi bersama rokok memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 46,9% dan kualitas tidur baik 13,5 %. Responden yang tidak mengkonsumsi kopi bersama rokok memiliki kualitas tidur baik 6,2 % dan memiliki kualitas tidur buruk 33,3 %. Hasil uji statistic hubungan konsumsi kopi bersama rokok dan kualitas tidur diperoleh p = 0,639,( p > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut  menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi kopi bersama rokok dan kualitas tidur pada sopir bus di terminal Arjosari Malang.Kata kunci : Kualitas tidur, kopi, rokok, kafein, nikotin
INVAGINASI Febriana Chandrawati, Pertiwi
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 5, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v5i2.1046

Abstract

Invaginasi atau Intususepsi (Intussusception) harus segera dikenali gejalanya agar segera bisa mendapatkan penatalaksanaan yang tepat, karena meskipun kejadiannya jarang tetapi merupakan penyebab obstruksi usus yang terbanyak pada bayi dan anak-anak. Jika penanganan tidak adekuat atau terlambat akan mengakibatkan peritonitis yang berakibat fatal. Penyebab utama adalah idiopatik dan kebanyakan diderita oleh bayi sehingga tanda-tanda khas yang mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi harus diketahui oleh teman sejawat dokter agar tidak menambah angka mortalitas invaginasi. Keputusan pemilihan penanganan apakah melalui reposisi non operatif atau operatif tergantung dari letak intussusseptum, kondisi umum anak dan lama invaginasi yang terjadi. Kata kunci : invaginasi, intussusceptions, bayi dan anak-anak.
PEMBERIAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK Febriana Chandrawati, Pertiwi
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i2.1061

Abstract

Abtract   Diarrhea and nutrient deficiency in childhood period related to diminished vitamin and mineral in specific, micronutrients. This make children suffer from unbeneficial conditions. Zinc deficiencies disturbed the growth, increased the risk of diarrhea and respiratory tract infection. Zinc supplementation decrease symptoms of infection (diarrhea and cough) and increase development of child. Since 2004, WHO and UNICEF recommended zinc as supplementation in diarrhea. Zinc as diarrhea’s treatment based on Evidence that zinc has ability to protect gastrointestinal barrier and accelerate healing process. Zinc deficiencies were a big problem for children in development country. Zinc known at metallo-enzymes, polyribosomes, cell membrane, which influence cell growth and increase cell function. During diarrhea losses of zinc make body deficiency. WHO recommended zinc for diarrhea 10 mg/day for baby at 2-5 month, and 20 mg/days for 6 months child for 10 days. Keyword : Diarrhea – Zinc – micronutrient
INVAGINASI Pertiwi Febriana Chandrawati
Saintika Medika Vol. 5 No. 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v5i2.1046

Abstract

Invaginasi atau Intususepsi (Intussusception) harus segera dikenali gejalanya agar segera bisa mendapatkan penatalaksanaan yang tepat, karena meskipun kejadiannya jarang tetapi merupakan penyebab obstruksi usus yang terbanyak pada bayi dan anak-anak. Jika penanganan tidak adekuat atau terlambat akan mengakibatkan peritonitis yang berakibat fatal. Penyebab utama adalah idiopatik dan kebanyakan diderita oleh bayi sehingga tanda-tanda khas yang mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi harus diketahui oleh teman sejawat dokter agar tidak menambah angka mortalitas invaginasi. Keputusan pemilihan penanganan apakah melalui reposisi non operatif atau operatif tergantung dari letak intussusseptum, kondisi umum anak dan lama invaginasi yang terjadi. Kata kunci : invaginasi, intussusceptions, bayi dan anak-anak.
PEMBERIAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK Pertiwi Febriana Chandrawati
Saintika Medika Vol. 6 No. 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i2.1061

Abstract

Abtract Diarrhea and nutrient deficiency in childhood period related to diminished vitamin and mineral in specific, micronutrients. This make children suffer from unbeneficial conditions. Zinc deficiencies disturbed the growth, increased the risk of diarrhea and respiratory tract infection. Zinc supplementation decrease symptoms of infection (diarrhea and cough) and increase development of child. Since 2004, WHO and UNICEF recommended zinc as supplementation in diarrhea. Zinc as diarrhea’s treatment based on Evidence that zinc has ability to protect gastrointestinal barrier and accelerate healing process. Zinc deficiencies were a big problem for children in development country. Zinc known at metallo-enzymes, polyribosomes, cell membrane, which influence cell growth and increase cell function. During diarrhea losses of zinc make body deficiency. WHO recommended zinc for diarrhea 10 mg/day for baby at 2-5 month, and 20 mg/days for 6 months child for 10 days. Keyword : Diarrhea – Zinc – micronutrient
PERANAN PROBIOTIK PADA TRAKTUS DIGESTIVUS Pertiwi Febriana Chandrawati
Saintika Medika Vol. 7 No. 1 (2011): Januari 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v7i1.1091

Abstract

Probiotik adalah beberapa jenis mikroorganisme yang mengubah mikroflora host untuk memproduksi efek kesehatan yang menguntungkan. Probiotik menstimulasi mukosa usus dan menjadi respon imun sistemik, memproduksis imun menguntungkan untuk host. Probiotik menstimulasi pengeluaran produk yang dapat menghambat bakteri pathogen, mempengaruhi pH usus dengan bakteri asam laktat. Hal ini disebabkan adhesi jenis Lactobacillus baik dari produksi bakteriosin, hydrogen peroksida, dan bio surfaktan yang menguntungkan. Terapi probiotik untuk anak ditujukan untuk kasus diare, malabsorbsi lemak, Enterokolitis Nekrotikan (NEC), alergi yang berhubungan dengan dermatitis atopic dan alergi makanan, serta infeksi Helicobacter pylori.
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN Pertiwi Febriana Chandrawati; Farha ni Alhabsyi
Saintika Medika Vol. 10 No. 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v10i1.4145

Abstract

Latar Belakang: Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan anak balita disebabkan ISPA. Di Indonesia, ISPA merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama terjadi pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Diperkirakan kejadian ISPA pada balita di Indonesia sebesar 10-20%. Faktor penyebab ISPA pada balita adalah berat badan lahir rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik. Tujuan: Mengetahui hubungan berat badan lahir rendah terhadap frekuensi kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun. Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional, dengan pendekatan secara Case control study. Pengambilan sampel dengan tekhnik purposive sampling. Dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kendal Kerep-Malang. Subyek penelitian mengisi 2 kuesioner, kuesioner pertama untuk menentukan kelompok kasus(sering ISPA) dan kelompok kontrol (tidak sering ISPA). Kuesioner kedua untuk mengetahui berat badan lahir subyek dan faktor resiko berat badan lahir rendah. Dianalisa dengan pearson correlation, odd rasio, dan uji Chi-square. Hasil Penelitian : Penelitian ini mengikutsertakan 46 subyek. (23 sebagai kasus dan 23 sebagai kontrol). Responden yang termasuk dalam kategori berat badan lahir normal dengan kriteria kejadian ISPA tidak sering sebanyak 18 orang (39,1%), sedangkan yang termasuk kriteria kejadian ISPA sering sebanyak 9 orang (19,6%). Subyek yang termasuk dalam kategori berat badan lahir rendah dengan kriteriakejadian ISPA tidak sering sebanyak 5 orang (10,9%), sedangkan yang termasuk kriteria kejadian ISPA sering sebanyak 14 orang (30,4%)., dengan nilai r sebesar 0,839 dan OR = 5,60 Kesimpulan : BBLR diprediksi merupakan salah satu penyebab seringnya kejadian ISPA pada anak usia 1-4 tahun. Dengan resiko sebesar 6 kali dibanding pada bayi yang tidak BBLC. Sehingga diharapkan bagi masyarakat agar waspada terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan resiko melahirkan bayi dengan BBLRKata Kunci: BBLR, ISPA, Balita 1-4 tahun
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KONSUMSI KOPI BERSAMA ROKOK DAN KUALITAS TIDUR PADA SOPIR BUS DI TERMINAL ARJOSARI MALANG Ria Churin Ain; Iwan Sis Indrawanto; Febriana Pertiwi Chandrawati
Saintika Medika Vol. 12 No. 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v12i2.5274

Abstract

Sopir bus dituntut tetap terjaga dan waspada sehingga bisa mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan. Sehingga kebanyakan dari mereka mengkonsumsi kopi dan rokok dengan tujuan agar tidak mengantuk. Kopi mengandung kafein dan rokok mengandung nikotin. Kafein dan nikotin merupakan zat psikoaktif yang bisa meningkatkan kewaspadaan. Namun, konsumsi kopi dan rokok mempunyai dampak negatif berupa penurunan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara konsumsi kopi bersama rokok dan kualitas tidur pada sopir bus di terminal Arjosari Malang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017 yang bersifat analitik observasional dengan desain cross sectional menggunakan purposive sampling dengan 81 responden. Teknik pengumpulan data dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner PSQI untuk mengukur kualitas tidur. Hasil penelitian menunjukkan, responden dengan konsumsi kopi bersama rokok memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 46,9% dan kualitas tidur baik 13,5 %. Responden yang tidak mengkonsumsi kopi bersama rokok memiliki kualitas tidur baik 6,2 % dan memiliki kualitas tidur buruk 33,3 %. Hasil uji statistic hubungan konsumsi kopi bersama rokok dan kualitas tidur diperoleh p = 0,639,( p > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut  menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi kopi bersama rokok dan kualitas tidur pada sopir bus di terminal Arjosari Malang.Kata kunci : Kualitas tidur, kopi, rokok, kafein, nikotin
Relationship Of Nutritional Components In Toddlers Aged 25-59 Months To Stunting And Short Stature Incidents In Pragaan District, Sumenep Regency Pertiwi Febriana Chandrawati; Conita Walida Sabrina
Saintika Medika Vol. 17 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.Vol17.SMUMM1.15872

Abstract

Stunting and short stature are height per-age <-2SD for specific age and gender. The process of stunting and short stature starts from the womb until the beginning of life. The direct cause of stunting is the lack of nutritional intake in the first 1000 days of life, which can inhibit height growth. Study aimed to investigate the association between the relationship of nutritional components in toddlers to stunting and short stature incidents in Pragaan District, Sumenep Regency. Observational analytic with a case-control approach, using the Purposive-Sampling method. The research sample consisted of 76 toddlers aged 25-59 months. The statistical analysis used was the chi-square test and logistic regression test. The result of chi-square test and logistic regression for stunting on nutrient intake variable ( p = 0.000, OR = 26,3, CI 95% (4,630-153,573), history of breastfeeding (p=0,000, OR=72,6,CI95% (7,63-690,78), iodized salt (p=0,000, OR=8,5,CI 95% (1,833-39,421), FE tablet (p=0,000,OR=37,00, CI 95%(3,762-363,91). The result of chi-square test and logistic regression for short stature on nutrient intake variable (p=0.001, OR=7,2,CI 95% (2,260-23,400), history of breast feeding (p=0,007, OR=4,500,CI 95% (1,210-16,742), iodized salt (p=0,007, OR=19,125, CI 95% (5,062-72,259), FE tablet (p=0,149). There is a relationship between nutritional components intakes such as breastfeeding history and iodine salt consumption with stunting and short stature in Pragaan District, Sumenep Regency.