Sri Hilmi Pujihartati
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KONSTRUKSI SOSIAL DIFABEL (Studi Fenomenologi Konstruksi Sosial Anak Difabel Dalam Keluarga di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta) Nabiela Tiarasari; Sri Hilmi Pujihartati
Journal of Development and Social Change Vol 1, No 2 (2018): Edisi Oktober 2018
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jodasc.v1i2.23106

Abstract

Abstract : This research’s background is how society treatsdifabel (different able people). This treatment of course caused by how they socially construct disability itself. Therefore family is taken to look how they construct children with disability. Family is a small social group that can show most of society values, norms, and rules. Start from social construction that happen in family, this research conducted. Main question of this research is how family with disabled child constructs disability. In this research, social construction from Peter L Berger and Thomas Luckmann is used to analyze how realities construct socially. Qualitative method and phenomenological approach used in this research in order to answer question that given after look at background. By using purposive sampling take some family in YPAC, divided sample in to two categories, first is parents and the second is siblings of disabled children. Observation, interview, and literature study as collecting data method in this research. Result of this research shows that in externalization, they tend to have same result, which is by seeing disabled child in their family. Next step, parent’s and sibling’s objectivation had difference. When parents has objectivation as a sick or abnormal children, sibling’s objectiovation is that disabled child doesn’t really have different from any other child. Last, internalization of parents, show that they give their disable child treatment so that they can be normal or healthy. Meanwhile sibling’s internalization shows that they treat their disable sister or brother as sibling like any other.Keyword : Social construction, disabled child, familyAbstrak : Penelitian ini dilakukan setelah melihat bagaimana perlakuan terhadap difabel sangat ditentukan dari konstruksi sosialnya. Termasuk dalam keluarga sebagai gambaran kecil dari masyarakat. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimana konstruksi sosial difabel dalam keluarga dengan anak difabel.  Riset ini menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sementara teknik pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling yaitu keluarga dengan anak difabel di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: observasi, wawancara, dan studi pustaka. Adapun keluarga yang dipilih adalah keluarga batih dengan mewawancara anak dan orang tua dalam keluarga dengan anak difabel. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan adanya anak difabel dalam keluarga merupakan bentuk eksternalisasi tersendiri dalam keluarga. Sementara pada tahap selanjutnya, terdapat perbeda antara orang tua dengan anak. Orang tua memiliki objektivasi bahwa anak sakit atau anak tidak normal. Sementara anak atau saudara dari anak difabel memiliki objektivasi bahwa anak difabel tidak berbeda dari anak kebanyakan. Namun melihat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh anak difabel, saudaranya beranggapan bahwa wajar ketika mereka mendapatkan perhatian lebih. Sementara pada tahap internalisasi, ketika orang tua melakukan treatment khusus untuk melatih anak difabelnya agar mandiri, saudara dari anak difabel tidak melakukannya.Kata kunci : Konstruksi sosial, difabel, keluarga
SOCIAL CAPITAL TO CONTROL GENERATION Z’S SCREEN TIME BEHAVIOR Addin Kurnia Putri, M.A.; Supriyadi Supriyadi; Mahendra Wijaya; Sri Hilmi Pujihartati
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 10 (2021): Edisi Khusus ICOSAPS "Strengthening Resilient Society in the Disruptive Era"
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v10i0.50485

Abstract

The rise of technology has an impact on social behavior. One of them is the use of digital media devices, especially in Generation Z. Unrestricted screen time has an impact on Gen Z's physical, mental and social disorders. This study analyzes the tendency for screen time devices to be used more for entertainment, less for social communication, and even learning media. The behavioral pattern of excessive screen time device usage indicates addictive behavior. It has an impact on learning difficulties, reduces learning achievement, and even causes deviant behavior. The purpose of this study was to determine the strength of social capital in controlling screen time behavior in Generation Z. The method used in this study was a mixed-method, a research approach that combines qualitative research with quantitative research. The concept of social capital is used to analyze social control over screen time behavior. Social capital is an ability that arises from trust in a community. The results showed that social capital can control the negative impact of screen time behavior on Generation Z, which is divided into three forms, namely ties: family, relatives, and neighbors; bridging: community leaders, communities; and linking: Schools, Education Offices, Youth Social Organizations. Social capital has the function of controlling the use of screen time on the device, selective time control, access to education, and motivation to prepare for a better future for Generation Z. Keywords: Generation Z; Screen Time; Social Capital  AbstrakMaraknya teknologi berdampak pada perilaku sosial. Salah satunya adalah penggunaan perangkat media digital, khususnya pada Generasi Z. Screen time yang tidak dibatasi berdampak pada gangguan fisik, mental dan sosial. Studi ini menganalisis kecenderungan waktu layar lebih banyak digunakan untuk hiburan, bukan untuk aktivitas sosial komunikasi dan bahkan media pembelajaran. Pola perilaku penggunaan perangkat waktu layar yang berlebihan menunjukkan perilaku adiktif. Hal tersebut berdampak pada kesulitan belajar, menurunkan prestasi belajar, bahkan menimbulkan perilaku menyimpang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan modal sosial dalam mengendalikan perilaku screen time pada Generasi Z. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran, yaitu pendekatan penelitian yang menggabungkan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Konsep modal sosial digunakan untuk menganalisis kontrol sosial atas perilaku waktu layar. Modal sosial adalah kemampuan yang muncul dari kepercayaan dalam suatu komunitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial dapat berpengaruh terhadap pengendalian dampak negatif dari perilaku waktu layar pada Generasi Z yang terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu bonding: keluarga, kerabat, dan tetangga; bridging: tokoh masyarakat, komunitas; dan linking: Sekolah, Lembaga Pendidikan, Organisasi Sosial Pemuda. Modal sosial memiliki fungsi kontrol terhadap penggunaan waktu layar pada perangkat, kontrol waktu selektif, akses edukasi, dan motivasi dalam mempersiapkan masa depan yang lebih baik pada Generasi Z. Kata Kunci: Generasi Z; Waktu Layar; Modal Sosial