Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PEMBERDAYAAN USAHA CANANG SARI PADA MASYARAKAT MISKIN DI DESA MENANGA KARANGASEM NI MADE SUKRAWATI; IDA AYU KOMANG ARNIATI; NI WAYAN ALIT ERLINA WATI; I GUSTI AYU NILAWATI
JURNAL SEWAKA BHAKTI Vol 2 No 1 (2019): Sewaka Bhakti
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.831 KB) | DOI: 10.32795/jsb.v2i1.290

Abstract

Canang sari is a very important tool that complements every offering or offering. In the case of the canna sari is called the main means in the offering or worship. Basically all Hindus use canang sari for all ceremony supplies. Business Empowerment canang sari is the main work done by the poor especially by the mothers who are in the village to punch Kangin Karangasem. The skill of making this canang sari does not require special education and does not require so much capital, and large plus the banners trail is passed by many people going to Pura besakih. To help improve the living standard and income of PKK mothers aged 25 to 40 years old and the background of high school education, whose economies are less capable in Menanga Kangin Village, it is necessary to empower the canang sari business, conducted both in groups and in Individuals. So mothers who are in the village gossip have so much enthusiasm to learn to make canang sari even though they have no knowledge about canang sari according to Hinduism Framework ie Tattwa, susila and Event. The methods used in this study were Servy, interviews, outreach and training. Uaha Canang Sari participants were around 20 to 40 years old and their educational backgrounds were elementary school graduates. They sell in the morning until late afternoon, the location is on the side of the road to the temple to besakih. The canang sari business empowerment in Menanga Village is very much considered human resources for the Village Village Government to carry out activities such as Dharma discourse, training on training Bebantenan specifically canang sari which is in accordance with the concept of Hindu religion teachings, the sustainability of the business of Canang Sari gets assistance from the traditional village government, such as financial loans in the form of money from LPD, and marketing methods so that it can continue not only to the village of lanin
PLURALISME UMAT BERAGAMA DI DESA EKASARI, KECAMATAN MELAYA, KABUPATEN JEMBRANA Ni Made Sukrawati; Desak Nyoman Seniwati; I Gusti Ayu Ngurah
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 1 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v22i1.2752

Abstract

Tulisan ini membahas kehidupan masyarakat yang sangat plural, baik perbedaan karena suku, bahasa, budaya, adat-istiadat, terlebih-lebih perbedaan paham dan agama, sangat rawan timbulnya konflik dan pertentangan. Di bidang kehidupan agama, sikap intoleransi dan saling bermusuhan, bisa saja timbul karena terjadinya gesekan-gesekan akibat perbedaan paham, penyebarluasan paham agama, ataupun pelaksanaan ibadat oleh masing-masing pemeluk agama. Hal tersebut terlihat dalam penulisan artikel ini yang berlokus di Desa Ekasari. Moderasi yang terjalin hingga kini tidak terlepas dari histori sosial. Dari sejarah Desa Ekasari dapat diketahui bahwa umat Hindu lebih dulu mendiami desa ini, kemudian disusul umat Katolik. Akan tetapi, kedatangan umat Katolik di desa ini murni karena migrasi penduduk dari Abianbase, Dalung, bukan karena perintah raja atau perang melawan VOC. Artinya, ikatan sejarah tersebut lebih didasari kerja sama sosial antara umat Hindu dan umat Katolik dalam membangun Desa Ekasari dari wilayah hutan menjadi seperti sekarang. Dengan kata lain, sejarah sosial lebih dominan dibandingkan sejarah politik, walaupun fakta sejarah ini dipandang juga berpengaruh terhadap kerukunan hubungan umat beragama di Desa Ekasari. Karya ilmiah ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan analisa deskriptif pendekatan interpretatif. Adapun rangkaian tahapan tersebut adalah mereduksi data, mendisplay data, memverifikasi data dan menginterpretasi data penelitian. Pluralisme di Desa Ekasari telah terjadi sejak puluhan tahun dan masih menjadi sejarah sosial proses keberagaman mereka dalam bidang agama. Toleransi tinggi mereka terapkan guna menjadi pusat percontohan dalam membangun sebuah moderasi. Adapun yang melatarbelakangi internalisasi pluralisme di Desa Ekasari meliputi sejarah sosial, kesepahaman ideologis, dan faktor didaktis yang mendasari dan memperkuat dalam menjaga toleransi yang sesuai dengan semboyan Pancasila yaitu “Bhineka Tunggal Ika”.
PENDIDIKAN ACARA AGAMA HINDU: Antara Tradisi dan Modernitas Ni Made Sukrawati
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 18 No 2 (2018): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.738 KB) | DOI: 10.32795/ds.v9i2.145

Abstract

Acara adalah bagian dari tiga kerangka agama Hindu, yaitu dimensi ritualitas keagamaan. Perpaduan teks agama dengan tradisi lokal memberikan nuansa tradisionalitas dalam praktik ritual keagamaan Hindu. Sebaliknya, penetrasi modernitas juga membawa perubahan pola pikir dan tindakan keagamaan umat Hindu. Pendidikan sebagai proses transmisi dan transformasi nilai-nilai acara agama Hindu harus mampu mengadaptasi nilai tradisional dan modern. Dalam hal ini, pendekatan transformational thinking yang mencakup sistem perilaku, sistem berpikir, dan sistem kepercayaan dapat dijadikan solusi dalam merancang pendidikan acara agama Hindu. Melalui pendekatan sistemik ini, pendidikan acara agama Hindu diharapkan dapat mengembangkan moralitas, rasionalitas, dan religiusitas peserta didik secara utuh dan terpadu. Pendekatan ini dapat dilaksanakan melalui empat tahap pembelajaran konstruktivistik, yakni skemata, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
EKSISTENSI DAN PERANAN PANDITA BALI AGA DALAM PENDIDIKAN KEAGAMAAN UMAT HINDU DI KOTA DENPASAR Ni Made Sukrawati
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 19 No 1 (2019): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.918 KB) | DOI: 10.32795/ds.v10i1.338

Abstract

Keberadaan Pandita Bali Aga dengan sebutan “Dusun” di Kota Denpasar adalah fenomena yang menarik karena hanya ada empat pasang dari banyak keturunan Sulinggih Bali dari Majapahit. Sulinggih ini melaksanakan kewajiban membayar sebanyak sulinggih-sulinggih lainnya, meskipun sistem patron-klien (Siwa-sisya) masih berlaku. Pandita Bali Aga juga membangun keberadaan dan perannya dalam pendidikan agama umat Hindu di Kota Denpasar. Keberadaan mereka dalam pendidikan agama dibangun melalui fungsinya sebagai satyawadi, aapta, patirthan, dan penadahan upadesa. Perannya dalam pendidikan agama juga termasuk mendorong kesejahteraan jasmani dan rohani, menyelesaikan upacara yajna, melaksanakan yajna berdasarkan literatur, membimbing pinandita, mengikuti paruman sulinggih, dan memberikan bimbingan agama. Arti keberadaan dan peran Pandita Bali Aga dalam pendidikan agama Hindu adalah Sang Patirtaning Jagat, loka pala sraya, dan Sang Adi Guru Loka. Keberadaan dan peran Pandita Bali Aga dalam pendidikan agama Hindu memadukan pengetahuan, keteladanan, dan layanan keagamaan yang sejalan dengan teori fungsionalisme struktural dan pendidikan konstruktivis sehingga keberadaannya harus disamakan dengan sulinggih-sulinggih lainnya.
NILAI KARAKTER DAN TUJUAN PENDIDIKAN HINDU Ni Made Sukrawati
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 20 No 1 (2020): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.919 KB) | DOI: 10.32795/ds.v20i1.641

Abstract

Artikel ini bermaksud membahas nilai-nilai karakter dan hubungannya dengan tujuan pendidikan agama Hindu. Selama ini pendidikan di jalur formal selalu dituntut untuk bisa mentranformasi nilai pendidikan karakter terhadap para siswa. Mengingat selama ini banyak prilaku amoral baik itu kekejaman, pencurian, pemerkosaan, perkelahian antarpelajar, dan kekerasan lain. Kenyataan ini merupakan sebuah bentuk disparitas antara teori dan praktek dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ini menunjukkan masih ada persoalan etis dan karakter dalam dunia pendidikan kita. Tulisan ini membahas tentang nilai karakter dalam Hindu dan tujuan pendidikan Hindu.
MENDIDIK KESADARAN INDIVIDU BERDASARKAN WARIGA BELOG Ni Made Sukrawati; Ni Kadek Ayu Kristini Putri
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 21 No 2 (2021): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v21i2.2134

Abstract

Wariga belog sebagai sebuah hasil karya sastra dari Ida Pedanda Nyoman Temuku memberikan suatu pandangan tentang mendidik kesadaran individu terkait dengan bagaimana masing-masing individu membangun relasi yang harmonis dengan alam. Hal ini sebagai wujud sublimasi dari keterkaitan antara manusia dengan alam yang selalu memiliki hubungan kausalitas. Oleh karena itu, prinsip penataan perilaku individu selalu ditekankan pada penerapan dan pengalaman masing-masing individu sebagai bentuk kesadaran individu akan kehidupannya selalu tidak terlepas dari konsekuensi yang diberikan oleh alam. Secara sederhana, wariga belog didasarkan pada perhitungan-perhitungan urip atau neptu baik dari individu sendiri maupun dengan urip atau neptu dari alam, yang dipandang penting adalah bagaimana urip atau neptu alam turut memiliki kesinambungan dengan urip atau neptu individu sehingga dapat dipastikan bahwa, dalam suatu hari tertentu individu tersebut memiliki hak atau tidak memiliki hak dalam membuat langkah yang ditentukan serta mendapatkan hak dari alam. Dengan ini manusia membangun relasi dengan alam dalam hal memanajemen kesadaran dan juga perilakunya dalam kehidupan.
Tari Baris Teruna Batu di Desa Pakraman Teruna Blahbatuh Gianyar: Kajian Aksiologi Hindu Ni Made Sukrawati; Wayan Paramartha; Ni Kadek Ayu Kristini Putri
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 37 No 3 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v37i3.1993

Abstract

Balinese dance is an important part of Balinese life that has been passed down since ancient times. The art of dance is an expression of the human soul which is poured through beautiful rhythmic movements and through the creation of taste and intention that is observed by the dance stylist. Balinese dances are generally classified into 3 groups, namely, Wali (sacred performing arts), Bebali (performing arts for ceremonies), and Balih-balihan (dance arts for the entertainment of visitors). The same is true for the Baris Teruna Batu dance, which has the same sacred position in comparison to other wali dances that have an important contribution in every movement and rhythm of the dancer's body in giving thanks to Ida Sang Hyang Widhi (God). In this study, the method used was a qualitative method, using an interpretive qualitative descriptive analysis. Furthermore, in analyzing the research data, a series of stages were carried out so that the results were logical, objective and empirical. The series of steps are as follows: reducing data, displaying data, verifying data and interpreting research data. The essence of this study found several value studies, namely, aesthetic values, educational values, and sacralization values. There are still numerous studies that need to be conducted with regard to the various aspects of the aforementioned baris dance. The sacredness and so many meanings contained in it make the Baris Teruna Batu dance still exist and develop to this day.
Laku dan Fenomena Seks di Era Milenial Kadek Agus Wardana; Kadek Ayu Kristini Putri; Ni Made Sukrawati; Ida Ayu Gde Yadnyawati
Sphatika: Jurnal Teologi Vol. 13 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.223 KB)

Abstract

Global life demands that one must think more critically and be more open to change. We cannot deny that an era of freedom is in front of our eyes. We cannot escape, the impact of that era has touched all dimensions of life, even the sexual dimension. If we are not able to think broadly about the changes that may occur in that dimension, then the law of natural selection will speak and eliminate those who are static. Fundamentally, the teaching of sexuality in Hindu religious teachings contained in classical literature in the form of Lontar is actually not a taboo teaching. This can be proven by understanding the teachings of Hinduism in an integral holistic manner. In writing this article, the method used is literature study by entering keywords on google.scholar.com and various other literatures to support the references of this article. In addition, several articles and/or books related to this theme also support the completion of this article. Many academics and religious leaders think that sexuality is an unusual thing to talk about or discuss, but Hinduism responds with a theory that refutes taboos in sexual matters. Sexuality is a very important thing to be discussed and analyzed as a form of a person's fundamental education to know in relation to sex or sexuality.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM UPAYA MEMBANGUN TOLERANSI BERAGAMA SEJAK DINI Ni Kadek Ayu Kristini Putri; Ni Made Sukrawati; Ni Luh Sintya Dewi
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 23 No 1 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i1.4079

Abstract

Keragaman masyarakat di Indonesia sebagai kekayaan bangsa yang memiliki kerawanan memicu konflik agama dan perpecahan antar umat beragama. Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan dari seluruh potensi manusia yang menghargai adanya pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman terhadap budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). Pendidikan multikultural menekankan sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati, saling menerima dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial. Melihat realitas kemajemukan di Indonesia ada upaya menggagas wacana tentang pendidikan multikultural dengan membawa misi pluralisme agama dan budaya. Harapannya dapat memberikan pencerahan dalam menuju suatu perubahan yang signifikan terhadap pendidikan multikultural dengan segala aspeknya, yang bertujuan dapat mempersatukan perbedaan agama dan budaya yang ada di Indonesia.
MODERASI BERAGAMA UNTUK MENINGKATKAN TOLERANSI PADA MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI Ni Made Sukrawati; Ni Kadek Ayu Kristini Putri; Kadek Agus Wardana
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 23 No 2 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i2.4854

Abstract

Pendidikan Agama di perguruan tinggi memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan pemahaman agama yang moderat pada mahasiswa. Dalam era globalisasi yang kompleks, mahasiswa dihadapkan pada beragam pandangan agama, budaya, dan keyakinan. Oleh karena itu, kesadaran moderasi beragama menjadi penting untuk menciptakan harmoni sosial dan menghindari potensi konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan tersebut. Karena tidak mampu membebaskan mahasiswa dari eksklusifitas beragama, pendidikan agama di masyarakat multikultural menjadi tantangan besar. Artikel ini berupaya mengangkat topik moderasi beragama sebagai landasan meningkatkan sikap toleran di kalangan mahasiswa di perguruan tinggi.