This Author published in this journals
All Journal Medicina
Bagus Ari Pradnyana
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Emboli koroner sebagai komplikasi penutupan defek septum ventrikel transkateter dengan amplatzer duct occluder –II pada pasien berusia 2 tahun Putra, AA Sg Mas Meiswaryasti; Pradnyana, Bagus Ari; Gunawijaya, Eka
Medicina Vol 47 No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.044 KB)

Abstract

Sejak pelaporan pertama penutupan defek septum ventrikel (DSV) transkateter pada tahun 1988, tindakan penutupan DSV berbasis pendekatan transkateter ini merupakan alternatif dari penutupan secara pembedahan dengan angka mortalitas dan morbiditas yang dapat diterima dengan hasil yang memuaskan. Beberapa komplikasi tindakan ini yang telah dilaporkan adalah gangguan irama jantung, regurgitasi katup, device embolization, haemolisis, haematoma, dan demam. Emboli koroner merupakan komplikasi peri-prosedural yang jarang terjadi. Kami melaporkan seorang anak perempuan berusia 2 tahun yang menjalani penutupan DSV transkateter dengan menggunakan amplatzer duct occluder-II, saat tindakan tampak elevasi segmen ST lead III dan aVF pada monitor elektrokardiografi. Pemeriksaan aortografi menunjukkan suatu oklusi total pada proksimal arteri koroner kanan, sedangkan arteri anterior descending dan sirkumfleks kiri normal. Intervensi koroner perkutan (IKP) dilakukan untuk evakuasi trombus. Restorasi aliran koroner bagian distal berhasil dilakukan dan pasien membaik tanpa komplikasi. Since the first report of transcatheter ventricular septal defect (VSD) closure in 1988, this catheter-based approach for VSD has been shown to be an alternative to surgical closure with acceptable mortality and morbidity as well as encouraging results. Some of its complications had been reported including heart rhythm disturbances, valvular regurgitation, device embolization, haemolysis, haematoma, and fever. Coronary embolism is a rare peri-procedural complication of this procedure. We reported a 2 year old girl who underwent transcatheter VSD closure using amplatzer duct occluder-II, during the procedure electrocardiography on monitor showed ST elevation in Lead III and aVF. The aortography revealed total occlusion with thrombus at proximal right coronary artery, the left anterior descending and left circumflex arteries were normal. Percutaneus coronary intervention was done for removing the thrombus. Restoration of distal coronary flow was achieved and patient recovery was uncomplicated.
DUCTAL STENTING IN PULMONARY ATRESIA NEONATES WITH MULTIPLE CONGENITAL ANOMALIES AND SEPTIC CONDITION Wibisono, Laurentia Utari; Gunawijaya, Eka; Pradnyana, Bagus Ari
Medicina Vol 46 No 1 (2015): Januari 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.938 KB)

Abstract

Neonates with  pulmonary  atresia  usually  appear  normal  at  birth with  pulmonary  circulationmaintained by the presence of a patent ductus arteriosus (PDA). Rapid deterioration will suddenlyocccur  if the duct close. Surgical shunt  is still be used as a standard protocol  in many centers as apalliative procedure. We report a 2 days-old, low birth weight, and mild cyanotic neonate with pulmonaryatresia and PDA accompanied by atresia ani, bladder and cloaca extropy, ambiguous genitalia andsepsis. We decided to perform PDA stenting because our patient have a high surgical shunt risk. Thisprocedure was very  important  to keep  the duct remains open until patient ready  for  total surgicalcorrection. [MEDICINA 2015;46:42-45].Neonatus dengan atresia pulmonal biasanya tampak normal saat lahir dengan adanya patent ductusarteriosus (PDA) yang memelihara aliran darah paru. Kondisi neonatus akan segera memburuk jikaduktus menutup. Pembuatan shunt dengan pembedahan merupakan protokol standar yang masihdikerjakan di banyak pusat kesehatan. Kami melaporkan neonatus berusia 2 hari dengan berat badanlahir rendah dan sianosis ringan dengan diagnosis atresia pulmonal, PDA, atresia ani, ekstropi buli-buli dan kloaka, jenis kelamin ambigu, dan sepsis. Kami memutuskan untuk melakukan pemasanganstent pada PDA karena pasien kami memiliki risiko yang tinggi untuk pembedahan (pembuatan shunt).Tindakan ini sangat penting untuk menjaga duktus tetap terbuka sampai pasien siap untuk dilakukanoperasi koreksi. [MEDICINA 2015;46:42-45].