Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung Agustina Ida Pratiwi
Bahasa Indonesia Vol 8 No 1 (2019): Jurnal Kebidanan
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/keb.v8i1.130

Abstract

Indonesia is a country has a very high number of occupations. One of the government’s effort to control the population is by using a family planning program. However, the participation rate of Fertile Age Pairs in the use of family planning in Indonesia is not maximal This study aims to determine the factors that influence the participation of Fertile Age Couples in the use of contraceptives. The design in this study was analytic with a cross sectional approach conducted in Rancabali sub-district, Alamendah, Bandung, using primary data by filling out questionnaires. The population in this study were all of the fertile age couples with a total of 228 respondents. The statistical test used is Chi-Square. From the analysis of data from 288 respondents, 210 used Participating in using KB while 78 did not participate. The results of the study concluded that there was a relationship between the variables of knowledge, education and the role of the PLKB and family planning acceptors, while the variables of work, age and husband's support were not related.
The Relationship between Adolescent Characteristics and The Level of Knowledge about Reproductive Health in RW 03 Tanah Tinggi Village of JoharBaru Sub-District Ni Nyoman Sri Artina Dewi; Agustina Ida Pratiwi
Journal of Midwifery Vol 6, No 1 (2021): Published on June 2021
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jom.6.1.16-22.2021

Abstract

Some of the factors that influence adolescent reproductive health are, among others, knowledge, personality, attitude and environment. This study generally aimed to determine the relationship between adolescent characteristics and adolescent knowledge about reproductive health. This research was an analytical study with a cross-sectional study approach, using primary data obtained from a questionnaire, which was given to adolescents totaling 56 respondents aged 10-19 years. Data processing used the SPSS program 20. Data analysis in this study was univariate and bivariate analysis with Chi-Square statistical tests. The results showed that there was a relationship between age and adolescent knowledge about reproductive health with a p value of 0.009 (p <0.05), there was no relationship between gender and adolescent knowledge with a p value of 0.103 (p> 0.05), and there was a relationship between sources of information and knowledge with a p value of 0.006 (p <0.05). From the results of this study, the researchers suggested that adolescents should continue to improve their knowledge regarding reproductive health, either face-to-face or mass media
COUNSELING IN INCREASING HEALTH LITERACY CONCERNING KNOWLEDGE ON ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH IN JAKARTA Ni Nyoman Sri Artina Dewi; Agustina ida Pratiwi
SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery Vol 6 No 1 (2020)
Publisher : AIPKIND (Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.649 KB) | DOI: 10.36749/seajom.v6i1.90

Abstract

Health literacy is a very important part in increasing adolescent knowledge about reproductive health. This can be directed, one of them, by counseling. With various problems experienced by adolescents, this study aimed to see whether counseling given to adolescents in an area in central Jakarta, Indonesia, could provide significant results. This pre-experimental study recruited 28 adolescents to be given pretest and posttest with the theme of adolescent reproductive health. With validity and reliability tests conducted, the teenagers were given a questionnaire about reproductive health between the pretest and posttest, with intervention given in the form of counseling between the two tests. The results shown were that there was a significant difference between pretest and posttest done by the respondents after counseling was given to increase reproductive health literacy with a value of p <0.05.
Peningkatkan Kesehatan Ibu dan Janin Selama Kehamilan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta pada masa Pandemi Covid-19 Agustina Ida Pratiwi; Yetty Leoni M. Irawan
Indonesia Berdaya Vol 3, No 2: February-April 2022
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.2022224

Abstract

Abstrac : Pandemi covid-19 mengakibatkan terjadinya pembatasan hampir kesemua pelayanan kesehatan, termasuk maternal dan neonatal. kondisi ini juga berdampak pada kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan khusus nya puskesmas johar baru. dari survey yang dilakukan terjadi penurunan kunjungan dipoli KIA yang secara tidak langsung juga berdampak pada pengetahuan ibu hamil yang dapat mengakibatkan penurunan kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. kehamilan adalah suatu kejadian yang dinantikan dan diharapkan, akan tetapi perjalanan selama kehamilan dapat menimbulkan kekhawatiran karena adanya perubahan baik fisik maupun psikososial. Tujuan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait pentingnya pemenuhan gizi, aktivitas fisik, pola istirahat, personal hygiene, dan komunikasi sejak dini pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat menjalani kehamilan dengan sehat dan bahagia. Metode yang digunakan adalah dengan membagikan pertanyaan secara pre test yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian informasi secara daring dengan media dan gambar yang menarik dan di evaluasi dengan post test. Hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah terjadi peningkatnya pengetahuan pada ibu-ibu hamil. dapat disimpulkan bahwa informasi  terakit kesehatan selama kehamilan sangat penting dilakukan karena efektif dapat meningkatkan pengetahuan selama kehamilan sehingga proses kehamilan dan persalinan yang lancar.
Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menciptakan Pola Hidup Bersih Dan Sehat di Era Pandemi Covid-19 Dyah Woro Wardani; Agustina Ida Pratiwi
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 7 (2022): Volume 5 No 7 Juli 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i7.6252

Abstract

ABSTRAK Kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi, prosesnya, sehat secara fisik, mental dan sosial kultur. WHO mendefinisikan remaja sebagai individu yang berusia 10-19 tahun, hal ini menunjukkan bahwa remaja awal dimulai sejak anak duduk di kelas 4 SD dimana perkembangan paling pesat dalam perjalanan hidup manusia. Proses pematangan secara biologis umumnya mendahului kematangan psikososial pada remaja. Problematika kaum remaja dapat terjadi sehubungan dengan adanya perbedaan kebutuhan dan aktualisasi dari kemampuan penyesuaian diri remaja terhadap lingkungan tempat hidupnya. Masa ini amat kritis bagi remaja, karena waktu ini muncul keinginan lepas mandiri dari ketergantungan orang tua, rasa ingin tahu yang berlebihan dan mulai rentan terhadap perilaku beresiko.Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia, adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi dan masalah pergeseran perilaku seksual remaja yang disebabkan kurangnya pengetahuan. Berdasarkan SDKI 2017, pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksi pada perempuan menurun dari 5% ditahun 2012 menjadi 2% di tahun 2017 dan pada pria menurun dari 15% di tahun 2012 menjadi 11% di tahun 2017. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi serta membentuk remaja sehat dan bertanggung jawab secara mandiri pada kesehatan reproduksinya. Metode Penelitian: Edukasi dan diskusi yang diberikan berupa penyuluhan dengan menyisipkan video dan lagu sehingga mempermudah penerimaan informasi. Pengabdian masyarakat ini dilakukan tanggal 10 Maret 2021 pada siswa siswi kelas 5 SD Ricci yang berjumlah 34 orang laki-laki dan 22 orang perempuan dan dilakukan secara daring menggunakan platform zoom. Kegiatan berlangsung kondusif tergambar dari sikap peserta yang antusias mendengarkan dan bertanya, selain itu pertanyaan yang dilontarkan pemateri juga dapat dijawab dengan baik oleh peserta. Kata Kunci: Kesehatan Reproduksi, Remaja, Pendidikan Sex, Covid-19, Perilaku Hidup Bersih ABSTRACT Reproductive health is health related to the reproductive system, as well as its functions, processes, physical, mental and socio-cultural health. WHO defines adolescents as individuals aged 10-19 years, this shows that early adolescence begins when the child is in the 4th grade of elementary school where the development is the most rapid in the course of human life. The process of biological maturation generally precedes psychosocial maturity in adolescents. The problems of youth can occur in connection with the differences in the needs and actualization of the ability of adolescents to adapt to the environment in which they live. This period is very critical for teenagers, because at this time there is a desire to be independent from parental dependence, excessive curiosity and starting to be vulnerable to risky behavior. shift in adolescent sexual behavior caused by lack of knowledge. Based on the 2017 IDHS, adolescent knowledge of reproductive health in women decreased from 5% in 2012 to 2% in 2017 and in men decreased from 15% in 2012 to 11% in 2017. To Increase adolescent knowledge about reproductive health and form healthy adolescents who are independently responsible for their reproductive health. Education and discussion provided in the form of counseling by inserting videos and songs to make it easier to receive information. This community service was carried out on March 10, 2021 for 5th grade students of SD Ricci, totaling 34 boys and 22 girls and was carried out online using the zoom platform. The activity took place conducively as illustrated by the enthusiastic attitude of the participants to listen and ask questions, besides that the questions posed by the presenters could also be answered well by the participants. Keywords: Reproductive Health, Youth, Sex Education, Covid-19, Clean living behavior
KESEHATAN REPRODUKSI DAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA DI ERA PANDEMI COVID-19 Baharika Suci Dwi Aningsih; Dyah Woro Kartiko Kusumo Wardani; Agustina Ida Pratiwi; Dewi Novitasari Suhaid
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 6 No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.231 KB) | DOI: 10.32832/abdidos.v6i2.1275

Abstract

Kesehatan reproduksi adalah kondisi keseimbangan dari kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang berkaitan dengan sistem reroduksi baik itu secara fungsi dan prosesnya. Remaja didefinisikan sebagai tahapan perkembangan individu yang berada pada rentang usia 10-19 tahun. Proses pematangan secara biologis umumnya didahului dengan kematangan psikosisial pada remaja. Problematika remaja dapat terjadi sehubungan dengan adanya perbedaan kebutuhan dan aktualisasi dari penyesuaian diri terhadap lingkungan disekitarnya. Masa ini dinilai sebagai tahapan yang kritis, dikarenakan adanya keinginan untuk hidup secara mandiri dan lepas dari ketergantungan orang tua, rasa ingin tahu yang berlebihan dan potensi untuk perilaku berisiko. Permasalahan utama kesehatan remaja di Indoensia adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi dan masalah pergeseran perilaku seksual karena minimnya pengetahuan. Berdasarkan SDKI tahun 2017, pengetahuan remaja perempuan akan kesehatan reproduksi sebesar 2%, menurun sebanyak 3% dari tahun 2012 (5%), dan pada remaja laki-laki sebesar 11%, menurun sebanyak 4% dari tahun 2012 (15%). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Kegiatan dilakukan secara daring dengan sasaran siswa-siswi SD kelas 4 SD Ricci. Setelah dilakukan penyuluhan maka terdapat peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas dari peserta sebesar 85.96%.
Wujud Kepedulian dan Caring Terhadap Perempuan dan Anak di Lingkungan Pendidikan Tinggi Melalui Pos Sapa Lina Dewi Anggraeni; Lorensia Panselina Widowati; Yunita Astriani; Agustina Ida Pratiwi; Dewi Novitasari Suhaid; Regina Vidya Trias Novita; Justina Purwarini Acihayati; Dewi Prabawati; Maria Astrid
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 9 (2022): Volume 5 No 9 September 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i9.6754

Abstract

ABSTRAK Kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan segala bentuk ancaman, intimidasi, dan pelanggaran hak atau kemerdekaan perempuan dan anak. Kekerasan dapat terjadi di mana saja, termasuk di ruang publik seperti di lingkungan pendidikan baik di sekolah maupun di kampus. Kompleksitas masalah kekerasan muncul mulai dari pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi korban sehingga kerja multisektor dan multistakeholder sangat diperlukan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan adanya tindak kekerasan di lingkungan pendidikan tinggi dan sekitar, meningkatkan pengetahuan akan bentuk kekerasan dan dampaknya secara fisik, ekonomi, psikis dan seksual serta menyediakan layanan pengaduan dan perlindungan bagi perempuan dan anak. Kegiatan ini dilakukan dengan pembentukan tim Pos Sahabat Perempuan dan Anak (Pos SAPA), edukasi tentang kekerasan dan sosialisasi layanan Pos SAPA kepada civitas akademika dan lingkungan sekitar. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berjalan lancar dan mendapat sambutan yang baik dari seluruh civitas akademika dan pihak terkait. Pos SAPA STIK Sint Carolus berkontribusi sebagai agent of change dengan  menjadi wadah edukasi dan penjaringan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayah internal dan eksternal kampus. Kata Kunci: Kekerasan, Perempuan Dan Anak, Pos Sapa  ABSTRACT Violence against women and children is all forms of threats, intimidation, and violations of women and children’s rights. Violence can occur anywhere, including in public spaces such as in the educational environment, both at school and on campus. The complexity of violence problem arises from prevention, problem solving, and rehabilitation of victims. Multi-sectoral and multi-stakeholder work is needed. This community service activity aims to increase awareness of violence acts in the higher education and community environment, increase knowledge of violence forms and their physical, economic, psychological and sexual impacts as well as provide complaint services and protection for women and children. This activity was carried out by forming a team of Pos Sahabat Women and Children (Pos SAPA), education about violence and socialization of Pos SAPA services to the academic community and the surrounding environment. Community Service activities went smoothly and received a good response from the entire academic community and related parties. Post SAPA STIK Sint Carolus contributes as an agent of change by becoming a forum for education and screening cases of violence against women and children in the internal and external areas of the campus Keywords : Violence, Women And Children, Pos Sapa
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Perawatan Payudara pada Ibu Post Partum Eviyani Margaretha Manungkalit; Agustina Ida Pratiwi; Dewi Novitasari Suhaid; Yetty Leoni Irawan
PROMOTOR Vol. 6 No. 2 (2023): APRIL
Publisher : Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/pro.v6i2.151

Abstract

Perawatan payudara merupakan kegiatan merawat payudara terutama pada masa nifas (menyusui) untuk memperlancar keluarnya ASI. Komplikasi yang timbul selama menyusui dapat berupa puting susu lecet, bendungan ASI, payudara bengkak, mastitis bahkan abses. Berbagai komplikasi bisa dicegah dengan berbagai cara, salah satunya dengan perawatan payudara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawatan payudara pada ibu postpartum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif cross-sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 72 orang yang diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Kriteria inklusi diantaranya bersedia menjadi responden, ibu postpartum yang melakukan kunjungan nifas, ibu yang menyusui secara penuh dan atau dicampur dengan susu formula. Kriteria ekslusi adalah ibu yang tidak memberikan ASI sama sekali pada bayi. Analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menunjukkan perilaku perawatan payudara yang baik bahkan setelah melahirkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur dan paritas tidak berhubungan bermakna dengan perilaku menyusui ibu postpartum, sedangkan pendidikan, pengetahuan dan sikap berhubungan bermakna dengan perilaku menyusui pada ibu postpartum.
PREVENTING STUNTING IN INFANTS AND TODDLERS MATTERS Dyah Woro Kartiko Kusumo Wardani; Agustina Ida Pratiwi; Yetty Irawan; Dewi Novitasari Suhaid; Eviyani Margaretha Manungkalit
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 7 No 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/abdidos.v7i3.1957

Abstract

Stunting or short stature is defined as a condition where the length or height has a z-score below -2SD based on growth standards, depending on age. Stunting can also be interpreted as a condition of children under the age of five who, due to chronic malnutrition (since the womb and in the first days after birth), develop stunted growth that does not appear until the age of 2 years. The most critical intervention to reduce stunt prevalence occurs in the first 1000 days of life in children under the age of five or before the age of 2, as children aged 2 to 3 experience a slowdown in growth and catch up with children's Growth opportunities at this age are lower than children aged 6 to 24 months. The prevalence of stunting is 19.7% in Central Jakarta, second only to North Jakarta. One of the actions that can be taken to prevent stunting is to provide information and education to mothers at Posyandu Dahlia in Paseban on the definition of stunting, effects, dangers, and how to prevent and correct stunting in children under the age of 2. With increasing knowledge one hopes to be able to prevent stunting. From the results of the pre- and post-tests conducted on 45 participants, there was an 83% increase in knowledge. This demonstrates that this health promotion intervention has succeeded in expanding knowledge and providing participants with knowledge benefits related to stunting.
PRECEPTOR MENTOR TRAINING FOR MIDWIVES Lorensia Panselina Widowati; Dewi Novitasari Suhaid; Yetty Leoni Irawan; Eviyani Margaretha Manungkalit; Dyah Woro Kartiko Kusumo Wardani; Baharika Suci Dwi Aningsih; Agustina Ida Pratiwi
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 7 No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/abdidos.v7i2.1829

Abstract

Midwifery education programme is an educational forum that graduate professionals to support women throughout their life cycle, using the paradigm that the process women experience is a natural thing. Efforts must be made to improve midwive students' competencies through hands-on learning using the preceptorship method. The preceptorship is a form of clinical learning that helps students to be better prepared for organizational and professional structures and to become more productive. A preceptor's role is to provide support, supervision, monitor learning and assess student placements. Effective Preceptorship can be carried out by preparing Preceptors through an understanding of the duties, responsibilities and use of methods in accompanying students in clinics. Therefore, training is needed to improve the competency of supervising midwives as educators and mentors in clinics. The training was conducted online for 2 days. The assessment of competence improvement is carried out according to the method used in the training process, namely audio-visual. The results of the activities are effective and go in the right direction according to the objectives aimed at in the planning.