Salah satu usaha sistem pertanian terpadu yaitu sistem integrasi tanaman ternak. Sistem integrasitanaman semusim- ternak sapi potong sebagai salah satu upayah untuk meningkatkan produksisapi potong yang merupakan penyumbang daging terbesar terhadap produksi daging nasionalsehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkandan meningkatkan pendapatan peternak. Masyarakat di Kecamatan Boliyohuto, KabupatenGorontalo telah lama melakukan sistem integrasi antara tanaman semusim dengan ternak sapipotong (Integrated Farming System). Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah masyarakatmasih menganggap usaha sapi potong yang mereka jalankan sebagai usaha sampingan karenakehidupan masyarakat umumnya masih bertumpu pada usaha pertanian terutama tanamansemusim sebagai usaha pokoknya padahal sapi potong memberikan sumbagan yang besar dalampendapatannya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dilakukan penelitian tentang “ KajianAnalisis pendapatan Integrasi Tanaman-Ternak dengan Komoditas Sapi Potong, Jagung dan padidi Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontaloâ€. Penelitian ini lakukan untuk mengetahuibesarnya pendapatan dari sistem integrasi tanaman semusim-sapi potong serta untuk mengetahuiapakah usaha tani tanaman semusim merupakan usaha pokok dan usaha ternak sapi potongmerupakan usaha sampingan atau sebaliknya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November2016 sampai Februari 2017 di Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian iniadalah jenis penelitian deskriptif. Analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptifdengan menggunakan rumus pendapatan Pd = TR-TC dan rumus kontribusi yaitu selisih antarausaha ternak sapi potong dengan total pendapatan usaha tani dikali dengan 100%. HasilPenelitian menunjukkan bahwa Penerimaan pada usaha ternak sapi potong yang terbesar padaskala luas lahan < 1,00 Ha sebesar Rp. 111.733.334/tahun dan terkecil pada skala luas lahan >1,50 sebesar Rp. 51.166.500/tahun. Sedangkan Penerimaan pada tanaman semusim yangmemiliki penerimaan terbesar yaitu pada skala luas lahan 1,50 Ha sebesar Rp. 77.720.00/tahundan penerimaan terkecil pada skala luas lahan < 1,00 Ha sebesar Rp. 20.000.000/tahun.