Toni Irawan
Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti Malang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

“MENYEMBAH ALLAH DALAM ROH DAN KEBENARAN” (YOHANES 4:20-26): SEBAGAI SUATU LANDASAN PRAKTEK IBADAH KRISTEN YANG ALKITABIAH: "WORSHIP GOD IN SPIRIT AND TRUTH" (JOHN 4: 20-26): AS A BASIS OF THE PRACTICE OF CHRISTIAN WORSHIP Toni Irawan
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 3 No. 1 (2019): Baptism in Holy Spirit
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v3i1.26

Abstract

Worship is not merely a routine ceremonial activity in the lives of Christians. Worship is in fact a meeting between the Church and God. In addition, worship is also an important means of reviving and strengthening the beliefs of the congregation, and to spread the love of Christ to those who do not know Christ. The logical consequence of this realization is the effort to build worship practices on top of the right perspective foundation. From the study of the meaning of "worshiping God in spirit and righteousness" in John 4:20-26, the theological implications were finally found for the establishment of biblical worship. Firstly, the essence of worship is no longer centred on a place or liturgy, but to Jesus himself who is none other than God. Second, worship centred on God. Third, worshiping God in spirit and truth is essentially happening not solely because of the encouragement of the human spirit or the sincere attitude of man. But more than that, true worship occurs when the Holy Spirit moves or empowers people to worship God. Thus, a new believer can be involved in true worship when Christ is full sovereign as his personal saviour. True worship also brings the believer to the earnest fulfilment of Christ's existence in his life. Thus worship or worship is not destined to satisfy man, but to glorify God. True worship will ultimately lead believers to preach Christ whom he has known to unbelievers. ==== Ibadah bukanlah sekedar aktivitas seremonial rutin dalam kehidupan orang Kristen. Ibadah pada hakikatnya merupakan perjumpaan antara jemaat dengan Allah. Selain itu, ibadah juga merupakan sarana yang penting untuk menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat, dan untuk menyinarkan kasih Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus. Konsekuensi logis dari kesadaran ini adalah usaha membangun praktik ibadah di atas fondasi prespektif yang benar. Dari kajian terhadap makna “Menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran” dalam Yohanes 4:20-26, pada akhirnya ditemukan implikasi teologis bagi usaha menyelenggarakan ibadah yang Alkitabiah. Pertama, esensi penyembahan bukan lagi berpusat kepada tempat ataupun liturgi, namun kepada Yesus sendiri yang tidak lain adalah Allah. Kedua, penyembahan yang dipusatkan kepada Allah. Ketiga, menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran pada dasarnya terjadi bukan semata-mata karena dorongan roh manusia atau sikap tulus manusia. Namun lebih dari itu, penyembahan yang benar terjadi pada saat Roh Kudus menggerakkan atau memberdayakan manusia untuk menyembah Allah. Dengan demikian, umat percaya baru dapat terlibat dalam penyembahan yang benar apabila Kristus berdaulat penuh sebagai Juruselamatnya pribadi. Penyembahan yang benar juga membawa umat percaya kepada pengenalan yang sungguh-sungguh akan keberadaan Kristus dalam kehidupannya. Dengan demikian penyembahan atau ibadah bukanlah diperuntukkan untuk memuaskan manusia, namun untuk memuliakan Allah. Penyembahan yang benar pada akhirnya akan menuntun umat percaya untuk memberitakan Kristus yang telah dia kenal kepada orang-orang yang belum percaya.
Pornografi Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen Toni Irawan
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i2.35

Abstract

Pornografi umumnya merupakan masalah besar dalam masyarakat, khususnya di kalangan banyak orang Kristen dengan berbagai dampak negatif yang diakibatkan. Alkitab pun memandang pornografi sebagai sesuatu yang salah dan tidak baik bagi orang kristen. Artikel ini akan memandang Pornografi dalam sudut etika kristen berdasarkan Alkitab melalui sebuah pendekatan biblikal yang sesuai dengan kaedah yang berlaku. sebagai kesimpulan dari artikel ini adalah Gereja perlu merancang kurikulum terpadu yang relevan tentang seksualitas dan permasalahan-permasalahan yang terkait didalamnya, gereja seharusnya memiliki pelayan konseling yang baik, Gereja juga perlu mencgusahakan suatu komunitas yang salaing mendukung sebagai tubuh Kristus, Gereja harus menjadi komunitas yang mendukung terciptanya masyarakat peduli masalah pornografi Kata kunci : Pornografi, Etika Kristen
Telaah Kritis Terhadap Pandangan Roh-Roh Teritorial Menurut C. Peter Wagner Toni Irawan
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i2.24

Abstract

AbstractThis paper intends to criticize he views on territorial spirits developed by C. Peter Wagner. In his hypothesis he argued "the key for spreading the gospel is spiritual warfare, however, there is one sub-category of spiritual warfare that has great potential to accelerate world evangelization, namely the destruction of the power of territorial spirits Wagner's view of territorial spirits, although controversial in various fields, but it’s actually accepted and practiced in certain churches in Indonesia. To examine this view, the author uses methodological library research which is classified as a type of qualitative research. This research found that Wagner was actually developing his ideas on the principle of "rejection-acceptance" which is loaded with pragmatism. Wagner's self-interest plays a very important role so that his view is his personal interpretation of the facts he presents. Wagner does not really allow facts to speak first, however, interprets facts first, so the results will definitely match his presumption.  Finally, Wagner overly relates all matters to spiritual warfare, so that it causes him to tend to understand everything from the point of war. Wagner's view emphasizing only one side and ignoring the other sides finally made his theory lame.AbstrakTulisan ini bermaksud menelaah secara kritis pandangan tentang roh-roh teritorial yang dikembangkan oleh C. Peter Wagner.  Dalam hipotesanya ia mengemukakan  “kunci untuk keberhasilan pengabaran injil adalah peperangan rohani, tetapi ada satu sub-kategori dari peperangan rohani yang memiliki potensi besar untuk mempercepat penginjilan dunia, yaitu penghancuran kuasa roh-roh teritorial.  Pandangan ini mengundang kontroversial tersendiri: di kubu tradisonal menganggap pandangan ini tidak Alkitabiah, tetapi di kalangan tertentu gereja-gereja pentakosta Kharismatik memahaminya sebagai pengajaran yang objektif.   Pandangan Wagner tentang roh-roh teritorial meskipun kontroversial, namun faktanya justru diterima dan dipraktikan di gereja-gereja tertentu di Indonesia. Untuk menelaah pandangan ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yang secara metodologis tergolong dalam jenis penelitian kualitatif.  Dari penelitian ini didapati hasil telaah yang mengemukakan bahwa Wagner sebenarnya sedang mengembangkan gagasannya di atas prinsip ”penolakan-penerimaan yang sarat dengan pragmatisme.  Self interest Wagner sangat berperan sehingga pandangannya adalah penafsiran pribadinya terhadap fakta yang dipaparkannya.  Wagner tidak benar-benar mengijinkan fakta berbicara terlebih dahulu, namun, menafsirkan fakta terlebih dahulu, sehingga hasilnya pasti akan cocok dengan praduganya. Terakhir, Wagner berlebihan mengkaitkan semua persoalan dengan peperangan rohani, sehingga mengakibatkan ia cenderung memahami semua hal dari sudut peperangan.  Pandangan Wagner yang menekankan hanya pada satu sisi dan mengabaikan sisi lain  akhirnya membuat teorinya  timpang