Muhammad Rizal Fazri
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

INDOMARET POINT DAN PERBUDAKAN SUKARELA MENGENAL BUAH PEMIKIRAN HERBERT MARCUSE Muhammad Rizal Fazri
AT-TANZIR: JURNAL ILMIAH PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM Vol. 10, No. 1 (Juni 2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh Aceh Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.206 KB)

Abstract

Tulisan ini adalah sebuah upaya untuk melihat jaringan kapitalisme pasar bernama indomaret yang menggempur kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Menggunakan Analisa Herbert Marcuse, tulisan ini mencoba mengeksplorasi lebih jauh bagaimana kapitalisme mempengaruhi pola pikir masyarakat yang digempurnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran indomaret di Indonesia bertujuan untuk memperkuat identitas korporasi sekaligus mendorong penikmat kebutuhan-kebutuhan semu yang di produksi secara masif. Menurut Marcuse, fenomena ini menggambarkan kehidupan masyarakat industry modern yang pada dasarnya tidak terlepas dari keadaan ketertekanan. Kehidupan masyarakat dalam industri modern tidak lepas dari penguasaan, penindasan dan pengaturan secara menyeluruh. Inilah yang disebut sebagai one dimensional man yang merupakan arah tujuan dari masyarakat yang bertumpu pada satu poros saja yakni melanggengkan rezim kapitaslime.
MASA DEPAN GENERASI MILENIAL (Analisis Pendekatan Fenimisme) Muhammad Rizal Fazri
AT-TANZIR: JURNAL ILMIAH PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM Vol. 10, No. 2 (Desember 2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh Aceh Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.943 KB)

Abstract

Generasi millenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun. Di Indonesia studi dan kajian tentang generasi millenial belum banyak dilakukan, padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat ini sangat besar, 34,45%. Generasi millennial memang unik, hasil riset yang dirilis oleh Pew Researh Center misalnya secara gamblang menjelaskan keunikan generasi millennial dibanding generasi-generasi sebelumnya, yang mencolok dari generasi millennial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik. Kehidupan generasi millennial tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, entertainment/hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini. Gender bagi milenial bagaikan alat yang bisa dipasang dan dibongkar ulang. Kurang lebih dua per tiga generasi sebelum milenial menganggap bahwa kini anak muda usia 15-35 tahun itu mendorong batas-batas yang kita kenal dengan sifat feminim dan maskulin. Bermodal pengalaman dan pendidikan, para milenial khususnya perempuan tentu punya sikap dan jadi pemberi perubahan soal ketimpangan gender. Yang menjadi pertanyaan permasalah disini ialah, bagaimana cara generasi milenial dalam menghadapi tantangan sosial ke depan, jika ditinjau dengan pendekatan feminisme, apakah perpektif feminisme berpengaruh bagi generasi milenial saat ini. Dalam perpektif feminisme dikenal dua terminologi yang menggambarkan ruang aktivitas bagi perempuan yaitu domestic dan public. Ruang domestic melingkupi aktivitas perempuan yang berkaitan dengan rumah tangga, sedangkan ruang public menyangkut aktivitas perempuan yang dilakukan di luar rumah, baik interaksi dengan masyarakat sekitar maupun dalam lingkungan kerja. Dapat ditarik sebuah kesimpulan tantangan bagi generasi milenial kedepan ialah persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, dalam pandangan feminisme memfokuskan pada persamaan hak, partisipasi perempuan dalam kerja, pendidikan, kebebasan seksual maupun hak reproduksi. Kaum feminis pada generasi milenial saat ini, juga cenderung menjadi “ikon” pada media massa. Sebagaimana Laura Mulvey, menyebutkan perempuan telah menjadi ikon di media massa. Tubuh perempuan perempuan dijadikan sebagai barang seni, sehingga ditampilkan dan dieksplorasi secara bebas. Keindahan dan kecantikan perempuan digambarkan dalam berbagai foto, lukisan, aneka patung, puisi, dan aneka karya sastra. Aneka gambar perempuan tersebut dipajang di banyak tempat, di kamar tidur, ruang tamu, geleri seni, kantor, hotel-hotel swalayan, salon, bahkan bengkel dan di jalanan. Determinisme atas perempuan dan terbentukya kelas sosial dalam analisis modal, maka perempuan menjadi bagian dari kenyataan sosial yang masuk dalam analisis yang subordinatif dengan kapitalisme. Sebab itulah feminis sosialis muncul untuk menciptakan posisi yang sederajat dengan kepentingan modal dan kekuasaan.