Gusnanda Gusnanda
UIN Imam Bonjol Padang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SIMBOLISME DALAM TRADISI KATAM KAJI MASYARAKAT PAUH NAGARI KAMANG MUDIAK KABUPATEN AGAM Gusnanda Gusnanda
Jurnal Ulunnuha Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/ju.v8i1.290

Abstract

Masyarakat muslim di Indonesia  memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri dalam mempraktikkan ajaran agamanya. Termasuk tentang bagaimana cara memotivasi anak-anak untuk belajar al-Qur’an, seperti yang terdapat dalam tradisi Katam Kaji masyarakat Pauh. Tidak hanya itu, dalam tradisi tersebut terkandung juga nilai-nilai budaya dan ajaran Islam yang diekspresikan dalam bentuk simbolik dan praktik. Keduanya memiliki makna dan fungsi tersendiri bagi masyarakat setempat. Makna simbolik itu terdapat dalam atribut yang digunakan ketika acara berlangsung, seperti: pakaian kebesaran, gelar adat, dan mushaf al-Qur’an. Sedangkan makna praktik yang menjadi esensi dari tradisi ini terkandung dalam setiap interaksi dan komunikasi yang terbangun selama acara berlangsung.
Katam Kaji: Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Pauh Kamang Mudiak Kabupaten Agam Gusnanda Gusnanda
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 1, No 1 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v1i1.211

Abstract

Katam Kaji merupakan sebuah tradisi atau perayaan bagi anak-anak yang telah selesai “mengaji” di surau, MDA (Madrasah Diniyah Awwaliyah), atau TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Pelaksanaannya melibatkan semua elemen masyarakat. Secara sosio-antropologis, tradisi ini lahir dalam rangka mensyiarkan ajaran Islam (perintah membaca al-Qur’an) di tengah kehidupan beragama masyarakatnya. Selain itu, melalui tradisi ini juga terdapat upaya penanaman rasa cinta dalam hati masyarakat terutama peserta yang mengikutinya untuk membaca kitab suci umat Islam tersebut. Secara tidak langsung, tradisi ini menjadi sarana dan media bagi tokoh agama dalam mengedukasi umat untuk mengamalkan ajaran Islam.