Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Strategi Pelestarian Peralatan dan Infrastruktur Pertambangan Minyak dari Masa Kolonial di Sangasanga Kalimantan Timur Wasita
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v1i1.230

Abstract

The study aimed to obtain a proper strategy in the preservation of colonial archaeological remains in Sangasanga with community involvement. Therefore, the method used was a descriptive analysis by providing a complete picture of archaeological data. The result shows that the most effective preservation is by involving local community. In this case, people are not merely engaged to work but a system is made which conducts utilization concept and has additional value to earn profit. Utilization of occupying the building (for example komplak) and earned income are through economic activities related to culturalheritage tour. Hopefully, involving local people in the conservation will be easily realized through the activities. Nevertheless, the system could not be allowed to work alone. There should be monitoring and evaluation in order to implement conservation habits become an attitude of life. The conclusion of this study is that the preservation action for oil company equipment and infrastructure in Sangasanga should promptly be done by conservation strategy with added values by involving the community. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji strategi yang tepat dalam pelestarian peninggalan arkeologi kolonial di Sangasanga dengan melibatkan masyarakat. Untuk mendapatkan cara pelestarian yang tepat, dilakukan analisis deskriptif, yaitu dengan memberikan gambaran secara lengkap mengenai realitas tinggalan arkeologi yang dikaji. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pelestarian yang paling efektif adalah dengan cara melibatkan masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat tidak semata-mata hanya dilibatkan untuk bekerja, tetapi dibuat program pelestarian yang berwawasan pemanfaatan dan bahkan ada nilai tambah bagi masyarakat, yaitu menjadi sumber penghasilan. Pemanfaatan dengan menempati bangunan (misalnya komplak) dan perolehan penghasilannya melalui kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan wisata warisan budaya. Jika pola ini terbentuk, harapan agar keterlibatan masyarakat dalam pelestarian akan lebih mudah diwujudkan. Namun demikian, sistem itu tidak dapat dibiarkan bekerja sendiri dan harus ada pengawasan dan evaluasi, agar kebiasaan melaksanakan pelestarian menjadi sikap hidup masyarakat. Kesimpulan kajian ini adalah bahwa tindakan aksi pelestarian peralatan dan infrastruktur pertambangan minyak di Sangasanga dilakukan dengan strategi pelestarian yang berwawasan pemanfaatan dengan melibatkan masyarakat.
PERMASALAHAN HASIL PERTANGGALAN RADIOKARBON PADA SITUS PATIH MUHUR DAN POSISINYA DALAM SEJARAH KERAJAAN-KERAJAAN DI KALIMANTAN SELATAN Wasita
Naditira Widya Vol. 9 No. 1 (2015): Naditira Widya Volume 9 Nomor 1 April Tahun 2015
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kadang-kadang hasil analisis pertanggalan absolut, tidak sepenuhnya menuntaskan persoalan kronologi situs. Tidak jarang hasil pertanggalan absolut justru menimbulkan persoalan baru, contohnya di situs Patih Muhur. Berkaitan dengan itu, tujuan kajian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai penempatan situs Patih Muhur dalam kerangka sejarah kerajaan-kerajaan di Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitik. Aplikasinya dilakukan dengan mendeskripsikan tahapan pengambilan sampel, analisis yang dilakukan, dan membandingkan hasil pertanggalan absolut dan relatif. Kajian yang dilakukan menghasilkan temuan bahwa terdapat ketidaksinkronan antara pertanggalan absolut dan relatif. Berdasarkan temuan tersebut disimpulkan bahwa validitas hasil pertanggalan absolut tidak cukup dilakukan hanya dalam satu kali uji pertanggalan dan kemudian dianggap final. Idealnya, kajian pertanggalanabsolut dilakukan terhadap beberapa sampel dan akan lebih baik jika analisis dilakukan dengan radiokarbon modern.Setelah itu, seluruh hasilnya dikaji lagi dengan metode Bayesian untuk mendapatkan durasi aktivitas yang meyakinkan yang pernah terjadi di situs.Terakhir, kritisi kembali cara mendapatkan pertanggalan relatif. Sometimes the results of absolute dating analysis, does not fully resolve issue of the site chronology. Actually, some absolute dating results cause new problems, for example Patih Muhur site. Therefore, this study is intended to contribute ideas regarding the placement of Patih Muhur site within the framework of the historical kingdoms in South Kalimantan. The method used is descriptive-analytic. Applications are done by describing the stages of sampling, analyzing, and comparing the results of absolute and relative dating. The result is the discrepancy between absolute and relative dating which means that the validity of the dating result is not enough only in once dating (one sample), and then considered final. Ideally, absolute dating studies are conducted on several samples, and it is better by modern radiocarbon. After that, all the results are studied again with the Bayesian method to obtain conclusive duration of activity that had occurred on the site. Finally, the ways to get relative datingg need to be criticized.