Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

DIALOG DAN TOLERANSI (SEBUAH ALTERNATIF DAKWAH DI TENGAH PLURALITAS AGAMA) Farichatul Maftuchah
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.922 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i1.830

Abstract

Religious plurality potentially can causes collisions, conflicts, violence and anarchic attitude among people who have different faiths. This is because every religion has the exclusive aspect in the form of truth claims, namely the recognition that their religion is the correct one, whereas any religion embraced by different people is wrong. Pluralism should be understood not only by knowing its existence, but also by real and active participation towards the plurality. To foster peace in this era of plurality, one of the workable alternatives is to build tolerance through dialogue. A pluralist should interact with a variety of religions with open mind, learning and respecting his/her dialogue partners as well as showing a commitment to his/her own religion in order to avoid relativism in religion. Pluralitas agama berpotensi melahirkan benturan, konflik, kekerasan dan sikap anarkhis terhadap pemeluk agama lain. Hal ini dikarenakan setiap ajaran agama mempunyai aspek eksklusif berupa truth claim yaitu satu pengakuan bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar, konsekuensinya adalah agama yang dipeluk oleh orang yang berbeda adalah salah. Pluralisme tidak hanya dipahami hanya dengan mengakui kemajemukan saja, namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap realitas kemajemukan tersebut. Untuk menumbuhkan kedamaian di era pluralitas ini alternatif yang bisa dilaksanakan adalah membangun toleransi dengan dialog. Bagi seorang pluralis dalam berinteraksi dengan aneka ragam agama tidak hanya dituntut untuk membuka diri, belajar dan menghormati mitra dialognya, tetapi tetap harus commit terhadap agama yang dianutnya, karena dengan demikian relativisme agama dapat dihindari.