Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Gula Darah Sewaktu Tidak Dapat Memperkirakan Kejadian TB pada Pasien DM Tipe 2 Siti Salma Nurhaliza Fitriadi; Ratna Damailia; Wida Purbaningsih
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7402

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang menempati peringkat utama penyebab kematian di dunia. Indonesia berada pada peringkat ke-3 dari 30 negara yang memiliki kasus TB terbanyak. Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu faktor risiko terjadi TB. Paparan hiperglikemi pada pasien DM tipe 2 dapat memengaruhi sistem imun hingga lebih rentan menderita TB. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan gula darah sewaktu pada saat pertama didiagnosis  DM tipe 2 dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 di RSUD Al-Ihsan Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol. Kelompok kasus berjumlah 34 orang pasien DM tipe 2 yang mengalami TB, sedangkan kelompok kontrol berjumlah 59 pasien DM tipe 2 tanpa TB. Data penelitian merupakan data sekunder yang berasal dari rekam medis pasien. Pengumpulan dan pengolahan data diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian terhadap 93 orang subjek di RSUD Al-Ihsan menunjuk bahwa pasien yang memiliki hiperglikemia berjumlah 19 pasien (56%) pada kelompok kasus dan 35 pasien (59%) pada kelompok kontrol. Hasil uji chi square didapatkan bahwa nilai p adalah 0,746 (p > 0,05) dengan alpha 5% (0,05), odd ratio sebesar 0,868.  Berdasar atas hasil uji analitik terhadap data penelitian dapat disimpulkan bahwa gula darah sewaktu pada pasien DM tipe 2 belum dapat menilai kemungkinan terjadi kejadian TB. Random Blood Sugar Unable to Predict the Incidence of TB in Type 2 DM PatientsTuberculosis (TB) the world’s leading cause of death from a single infectious disease. Indonesia is ranked 3rd out of the 30 countries with the most TB cases. Hyperglycemic exposure in type 2 DM patients can affect the immune system, making it more susceptible to TB. This study aims to look at the relationship of random blood sugar levels at the first time patient diagnosed as type 2 DM in pulmonary TB patients with type 2 DM at Al-Ihsan Hospital Bandung. During this study used an analytic observasional method in case control study. The sample of this study was a group of 34 dm type 2 patients experienced TB, while the control group were 59 Type 2 DM patients without TB.. The research was obtained from secondary data from medical record. This collection and processing data were taken in the inclusion criteria. The results of the study conducted on 93 people showed that in Al-Ihsan Hospital there was 54 patients (15%) had hyperglycemia and 39 patients (42%) had normoglycemia. Type 2 DM patients who experienced TB were 34 patients (37%), the results of analytical tests obtained that type 2 DM patients who had Pulmonary TB percentage was more common in patients with normal random blood sugar at 38.5% (15 patients). From the results of this study known p value > 0.746 with alpha 5% (0.05) with odd ratio 0.868. Based on this study shows that there is no relationship between blood sugar levels of dm type 2 patients and the incidence of pulmonary TB.
Hubungan Kejadian Stunting dengan Pengetahuan Ibu tentang Gizi di Kecamatan Cikulur Lebak Banten Tahun 2020 silvia gea salsabila; ratna damailia; mirasari putri
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7336

Abstract

Stunting adalah anak-anak usia 0–59 bulan yang panjang atau tinggi badan dibanding dengan usia kurang dari -2SD (WHO child growth standards). Kejadian stunting merupakan  salah satu  masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah pengetahuan ibu tentang gizi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kejadian stunting dengan pengetahuan ibu tentang gizi. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasinya adalah ibu yang memiliki anak dengan stunting maupun tidak stunting yang berusia kurang dari 5 tahun dan tinggal di Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tingkat pengetahuan diukur menggunakan kuesioner dan data berat badan terhadap usia yang mengacu pada nilai Z-Score. Analisis data menggunakan chi-square test. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebesar 30,21%, responden dengan pengetahuan cukup sebesar 35,42% dan responden dengan pengetahuan kurang baik sebesar 34,38%. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan kejadian stunting dengan pengetahuan ibu tentang gizi (p=0,036). Kesimpulan penelitian ini didapatkan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sebagian besar cukup baik. Terdapat hubungan antara kejadian stunting dan pengetahuan ibu tentang gizi di Kecamatan Cikulur Lebak Banten. Relationship between the Incidence of Stunting and Maternal Knowlage about Nutrition in the Cikulur Lebak district, Banten in 2020Stunting is children 0–59 months of age who are tall or taller than -2SD (WHO child growth standards). The incidence of stunting is one of the nutritional problems experienced by children under five in the world today. Stunting can be caused by many factors, one of which is the mother's knowledge of nutrition. The purpose of this study was to determine the relationship between stunting and maternal knowledge about nutrition. This study was an analytic observational study with a cross sectional design. The population is mothers who have stunted or non-stunting children aged less than 5 years and live in Cikulur District, Lebak Regency who meet the inclusion and exclusion criteria. The level of knowledge was measured using a questionnaire and data on body weight for age which refers to the Z-score value. Data analysis using the chi-square test. The results showed that respondents with good knowledge were 30.21%, respondents with sufficient knowledge were 35.42% and respondents with poor knowledge were 34.38%. The analysis showed that there was a relationship between the incidence of stunting and maternal knowledge about nutrition (p = 0.036). The conclusion from this study found that the level of knowledge of mothers about nutrition was mostly good enough. There is a relationship between the incidence of stunting and maternal knowledge about nutrition in Cikulur Lebak, Banten. 
Scoping Review: Pengaruh Konsumsi Aged Garlic terhadap Skor Coronary Artery Calcification (CAC) pada Pasien dengan Faktor Risiko Aterosklerosis Pembuluh Darah Arteri Annisa Prima Lestari; Adjat S. Rasjad; Ratna Damailia
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1429

Abstract

Abstract. Atherosclerosis is a condition of hardening and thickening of the arteries due to lipid deposition, inflammatory cells, matrix deposits, and excess smooth muscle growth. One of the tests that can be carried out on the progress of atherosclerosis which ends with excess calcium deposition is coronary artery calcification score (CAC-score). Aged garlic is one of the results of processing garlic (Allium sativum L.) with high temperature and humidity treatment for a certain time. The main compound S-allyl cysteine (SAC) in aged garlic has a positive correlation with decreasing atherosclerosis progression.This study is a Scoping Review, by searching for articles from the Pubmed, Springer Link, Google Scholar databases and Science Direct. Articles that meet the inclusion criteria 309 are as many as articles and those included in the exclusion criteria 22 are as many as articles. The results of the feasibility test based on PICOS are as many as 4 articles. After a critical study based on CASP checklist, the remaining articles were 4 articles.The results of the study and analysis of 4 articles found that the CAC score and various other chemical biomarker variables could be used to assess the condition of atherosclerosis. increased risk of atherosclerosis, namely body mass index, blood pressure, and lipid profile. Aged garlic supplementation can reduce CAC scores compared to placebo. In the 2 articles reviewed, the intervention used was age garlic combined with other substances such as Coenzyme Q10, vitamin B, and L-arginine. The conclusion of this study is that aged garlic can reduce CAC scores andvarious chemical biomarkers of patients with risk factors for atherosclerosis arteries. Abstrak. Aterosklerosis merupakan kondisi pengerasan dan penebalan pembuluh darah arteri akibat deposisi lipid, sel inflamasi, deposit matriks, dan pertumbuhan otot polos berlebih. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan terhadap progresifitas aterosklerosis dengan deposisi kalsium adalah skor coronary artery calcification (CAC). Aged garlic merupakan salah satu hasil pengolahan bawang putih (Alium sativum L.) dengan perlakuan suhu dan kelembaban yang tinggi dalam waktu tertentu. Senyawa utama S-allylsistein (SAC) pada aged garlic memiliki korelasi positif terhadap penurunan progresifitas aterosklerosis. Penelitian ini merupakan Scoping Review dengan mencari artikel dari database Pubmed, Springer Link, Google Scholar dan Science Direct. Artikel yang sesuai kriteria inklusi sebanyak 309 artikel dan yang termasuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 22 artikel. Hasil uji kelayakan berdasarkan PICOS sebanyak 4 artikel. Setelah dilakukan telaah kritis menggunakan checklist CASP, artikel yang tersisa sebanyak 4 artikel. Pada masing-masing penelitian meneliti faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan risiko atherosklerosis yaitu body mass index, tekanan darah dan profil lipid. Pemberian suplemen aged garlic dapat menurunkan skor CAC dibandingkan dengan plasebo. Pada 2 artikel yang telah di review intervensi yang digunakan adalah age garlic dikombinasikan dengan zat lain seperti Coenzym Q10, vitamin B dan L-arginin. Hasil analisis dari 4 artikel mendapati hasil bahwa skor CAC dan berbagai variabel biomarker kimiawi lain dapat digunakan untuk menilai kondisi atherosklerosis. Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian aged garlic dapat menurunkan skor CAC dan berbagai biomarker kimiawi pasien dengan faktor resiko atherosklerosis pembuluh darah arteri.
Manfaat ASI Eksklusif dalam Pencegahan Penyakit Infeksi pada Anak: Kajian Pustaka Nadiyah Oktaviani; Ratna Damailia; Herry Garna
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1860

Abstract

Abstract. Breastfeeding is known to be a way of feeding babies that cannot be replaced because it provides many benefits for children and mothers. Benefits obtained by children that are breastfed such as prevention against chronic diseases and conditions such as type 2 diabetes, asthma, and obesity. Exclusive breastfeeding also has benefits to prevent and decrease the incidence of infectious diseases such as gastroenteritis, acute respiratory tract infections (ARTI), to acute otitis media (AOM). This article is a literature study that aims to provide information about the benefits of exclusive breastfeeding in the prevention of infectious diseases in children. Abstrak. Pemberian ASI diketahui menjadi cara pemberian makanan pada bayi yang tidak dapat digantikan karena memberikan banyak manfaat bagi anak dan ibu. Manfaat yang didapatkan oleh anak jika mendapatkan ASI seperti pencegahan terhadap penyakit dan kondisi kronis seperti diabetes tipe 2, asma, dan obesitas. ASI eksklusif juga memiliki manfaat untuk mencegah dan menurunkan kejadian penyakit infeksi seperti gastroenteritis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hingga otitis media akut (OMA). Artikel ini merupakan suatu kajian pustaka yang bertujuan memberikan informasi tentang manfaat ASI eksklusif dalam pencegahan penyakit infeksi pada anak.
Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi pada Anak Usia 2-5 Tahun di Puskesmas Karang Tengah Kabupaten Cianjur Putri Rizkia; Nanan Sekarwana; Ratna Damailia
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6007

Abstract

Abstract. Nutritional status is an essential indicator of children's growth. Intake of macronutrients is one factor that can affect children's nutritional status. Lack of nutrient intake will affect children's nutritional status of children which can hinder growth and development of children. Problems that can arise from these conditions require knowledge of the factors associated with undernutrition and overnutrition, and one example is the factor of nutrient intake. This study aimed to determine the relationship between the intake of macronutrients and nutritional status in children aged 2-5 years at the Karang Tengah Health Center, Cianjur Regency. This study used a cross-sectional analytic observational method. The number of samples taken was 50 people with consecutive sampling. The research instrument was a 24-hour food recall questionnaire. The statistical test used was the Chi-Square with a significant level of ɑ = 0.05. The results showed that of the 50 samples, there were 5 children (10%) with less macronutrient intake, 32 children (64%) with sufficient macronutrient intake, and 13 children (26%) with more macronutrient intake. Most of the children have good nutritional status (70%). The results of the Chi-Square test showed that there was a relationship between the intake of macronutrients and obtained a value of p = 0.027. There is a significant relationship between the intake of macronutrients and nutritional status in children aged 2-5. Abstrak. Status gizi merupakan salah satu indikator yang penting bagi pertumbuhan anak. Asupan zat gizi makro merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Ketidakseimbangan asupan zat gizi akan mempengaruhi status gizi anak yang dapat menghambat tumbung kembang anak. Permasalahan yang dapat timbul dari kondisi tersebut memerlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya gizi kurang dan gizi lebih, salah satu contohnya adalah faktor asupan zat gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dengan status gizi pada anak usia 2-5 tahun di puskesmas karang tengah kabupaten cianjur. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik jenis cross-sectional. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 50 orang dengan consecutive sampling Instrumen penelitian ini adalah kuesioner food recall 24 jam. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat signifikan ɑ = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan dari 50 sampel terdapat 5 anak (10%) dengan asupan zat makro kurang, 32 anak (64%) dengan asupan zat makro cukup dan 13 anak (26%) dengan asupan zat makro lebih. Sebagian besar anak memiliki status gizi baik (70%). Hasil uji Chi-Square menunjukan ada hubungan antara asupan zat gizi makro diperoleh nilai p = 0,027. Ada hubungan yang bermakna antara asupan zat gizi makro dengan status gizi pada anak usia 2-5 tahun.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Usia Remaja di SMAN 1 Maos Regina Putri Sutrisna; M Nurhalim Shahib; Ratna Damailia
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6712

Abstract

Abstract. Obesity is defined as the presence of abnormal and excessive adiposity resulting from an imbalance between energy intake and energy expenditure over time. The prevalence of obesity in children and adolescents can increase because of the factors that support it. Several factors that may contribute to the prevalence of obesity in children and adolescents are related to environmental factors, especially diet and attitudes related to eating patterns, as well as the balance between energy expenditure and future energy consumption during exercise. Several other things can affect the onset of obesity, such as sleep deprivation habits, genetic or hereditary factors, physical activity can even be caused by disease or drugs. The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and the incidence of obesity in adolescents. This study used quantitative observational analytic methods with a cross sectional study design. The sampling technique used is simple random sampling method. This study was attended by 171 students who met the inclusion criteria and did not include the exclusion criteria. Data collection was carried out by filling out a questionnaire in which there were 5 closed questions and measuring height and weight directly and then calculating BMI. Conclusion: based on the results of the questionnaire and BMI for 171 respondents, it was found that 76 people (44.4%) had light activity and 24 people (14.01%) were obese with light physical activity. Suggestion: it is hoped that adolescents will be more active in physical activity in order to prevent obesity. Abstrak. Obesitas didefinisikan sebagai adanya adipositas abnormal dan berlebihan akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi dari waktu ke waktu. Prevalensi obesitas pada anak dan remaja dapat meningkat karena faktor-faktor yang mendukungnya. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap prevalensi obesitas pada anak dan remaja terkait dengan faktor lingkungan, terutama pola makan dan sikap terkait pola makan, serta keseimbangan antara pengeluaran energi dan konsumsi energi di masa mendatang selama berolahraga. Beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi timbulnya obesitas, seperti kebiasaan kurang tidur, faktor genetik atau keturunan, aktitas fisik bahkan dapat disebabkan oleh penyakit atau obat-obatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada usia remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Penelitian ini diikuti oleh 171 siswa/siswi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner yang didalamnya terdapat 5 pertanyaan tertutup dan melakukan pengukuran tinggi badan serta berat badan secara langsung kemudian dihitung menggunakan IMT. Simpulan: berdasarkan hasil kuesioner dan IMT pada 171 responden didapatkan sebanyak 76 orang (44,4%) beraktivitas ringan dan 24 orang (14,01%) mengalami obesitas dengan aktivitas fisik ringan. Saran: diharapkan remaja lebih aktif melakukan aktivitas fisik supaya dapat mencegah obesitas.