Ali Sungkar
Faculty of Medicine Universitas Indonesia-Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Outcome of Percutaneous Mitral Balloon Commissurotomy (PMBC) in Pregnant Women with Mitral Stenosis: An Evidence Based Study: Luaran Komisurotomi Balon Mitral Perkutan pada Perempuan Hamil Suskhan Djusad; Surahman Hakim; Raymond Surya; Hansens Yansah; Ali Sungkar
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 8 No. 1 January 2020
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.18 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v7i4.768

Abstract

Abstract Objective: To review the outcome of percutaneous mitral balloon commissurotomy (PMBC) both to maternal and neonatal. Methods: The search was conducted on Pubmed®, Cochrane Library®, and Ovid® using MeSH. Critical appraisal determining the validity, importance, and applicability (VIA) was conducted by two independent authors. Results: Several studies showed that performing the PMBC had good outcome for pregnant women functional class based on NYHA. Most of them decreased from NYHA III/IV to I/II. For delivery outcome, all studies concluded that more than 80% pregnant women with mitral stenosis undergoing PMBC delivered at term, and no congenital anomalies found. Conclusion: Percutaneous mitral balloon commissurotomy for pregnant women with severe MS is safe during pregnancy. Keywords: mitral stenosis, outcome, percutaneous mitral balloon commissurotomy, pregnancy, Abstrak Tujuan: Mengulas luaran komisurotomi balon mitral perkutan (KBMP) baik pada maternal maupun neonatus. Metode: Pencarian dilakukan melalui Pubmed®, Cochrane Library®, dan Ovid® menggunakan MeSH. Telaah kristis dilakukan oleh 2 penulis independen berdasarkan validitas, kepentingan, dan aplikabilitas. Hasil: Beberapa studi memperlihatkan KBMP memiliki luaran yang baik di kalangan perempuan hamil berdasarkan kelas fungsional NYHA. Kebanyakan mereka mengalami penurunan NYHA dari III/IV menjadi I/II. Untuk luaran persalinan, seluruh studi menyimpulkan lebih dari 80% perempuan dengan mitral stenosis yang menjalani pembedahan KBMP melahirkan pada usia term dan tidak ditemukan kelainan. Kesimpulan: KBMP aman dilakukan pada perempuan hamil dengan mitral stenosis berat. Kata kunci: kehamilan, komisurotomibalon mitral perkutan, luaran, stenosis mitral
Low Vitamin D Levels Increase the Risk of Early Onset Neonatal Sepsis: Kadar vitamin D yang Rendah Meningkatkan Risiko Sepsis Neonatal Awitan Dini Lisnawati Yuyun; Ali Sungkar; Rinawati Rohsiswatno; Noroyono Wibowo; Denni Hermartin; Agustin Kindi
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 8 No. 2 April 2020
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.906 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v8i2.1129

Abstract

Abstract Objective: To identify the association between maternal and umbilical cord vitamin D levels with suspects of early-onset of neonatal sepsis (EONS) in newborns from mothers with preterm premature rupture of membranes (PPROM).Methods: This is a retrospective cohort study conducted from January 2017 to Augusts 2018. Data was taken consecutively from medical records and previous study data at Dr. Cipto Mangunkusumo and Persahabatan Hospital, Jakarta.Results: From total of 72 infants from mothers with PPROM, 22 infants (31%) were EONS-suspected and 50 infants (69%) were not EONS-suspected. There was a significant association between maternal and umbilical cord vitamin D levels with EONS.Conclusion: There was a significant association between maternal and umbilical cord vitamin D levels with EONS.Keywords: early-onset neonatal sepsis, preterm premature rupture of membrane, vitamin D, Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin D maternal dan tali pusat dengan risiko tejadinya Sepsis Neonatal Awitan Dini (SNAD) pada bayi dari ibu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).Metode: Desain penelitian kohort retrospektif secara consecutive sampling. Data diambil dari rekam medis dan data penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta. Hasil: Dari 72 bayi yang dilahirkan dari ibu dengan KPD, 22 bayi (31%) diantaranya diduga mengalami SNAD, sedangkan 50 bayi lainnya tidak mengalami SNAD. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar vitamin D maternal dan tali pusat dengan kejadian SNAD. Kesimpulan:Terdapathubungan yang bermakna antara kadar vitamin D maternal dan tali pusat dengan kejadian SNAD.Kata kunci: ketuban pecah dini, sepsis neonatal awitan dini, vitamin D
Blood Transfusion in Obstetric Cases: Transfusi Darah pada Kasus Obstetri Ali Sungkar; Raymond Surya
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 8 No. 3 July 2020
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32771/inajog.v8i3.1376

Abstract

Objective: To discuss about blood loss in an obstetric setting, the role of blood transfusion, and patient blood management.Methods: Literature review.Results: Severe anaemia with hemoglobin level less than 7 g/dL or late gestation (more than 34 weeks) and/ or significant symptoms of anaemia, the recommendation is giving only single unit transfusion followed by clinical reassessment for further transfusion. In postpartum hemorrhage (PPH), massive transfusion protocols are commonly used description as large volume of blood products over a brief period to a patient with uncontrolled or severe hemorrhage, transfusion more than 10 RBC units within 24 hours, transfusion more than 4 RBC units in 1 hour with anticipation of continued need for blood, replacement of more than 50% of total blood volume by blood products within 3 hours. All obstetric units have a clear-cut massive transfusion protocol for the initial management of life-threatening PPH, considering early transfusion therapy with RBCs and FFP.Conclusion: Patient blood management aims to maintain hemoglobin concentration, optimize haemostasis, and minimize blood loss in effort to improve patient outcomes. Massive transfusion protocol in management of life-threatening should depend on each obstetric unit.Keywords: blood transfusion, obstetric cases, patient blood management. Abstrak Tujuan: Untuk mendiskusikan tentang hilang darah dalam obstetric, peran transfusi darah, dan patient blood management.Metode: Kajian pustaka.Hasil: Anemia berat dengan nilai hemoglobin kurang dari 7 g/dL atau kehamilan lanjut (lebih dari 34 minggu) dan/ atau gejala nyata anemia, rekomendasi ialah memberikan satu unit transfusi diikuti dengan penilainan klinis untuk transfusi lebih lanjut. Pada perdarahan postpartum, protokol transfusi massif umum digambarkan sebagai volume darah yang dibutuhkan jumlah banyak dalam periode singkat, transfusi lebih dari 10 sel darah merah dalam 24 jam atau lebih dari 1 jam, penggantian lebih dari 50% total volume darah dalam 3 jam. Seluruh unit obstetric memiliki protokol transfusi massif yang jelas untuk taalaksana awal perdarahan postpartum dengan mempertimbangkan transfusi awal untuk komponen sel darah merah dan FFP.Kesimpulan: Patient blood management bertujuan untuk menjaga konsentrasi hemoglobin, optimalisasi hemostasis, dan minimalisasi hilang darah untuk meningkatkan luaran pasien. Protokol transfusi masfi dalam tatalaksana yang mengancam nyawa sangat bergantung pada setiap unit obstetrik.Kata kunci: kasus obstetri, patient blood management, transfusi darah