Guntur Trimulyono
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Aktivitas Antibakteri Isolat Bakteri yang Berasosiasi dengan Kerang Pisau (Solen sp.) Oki W. D. Judianti; Mahanani Tri Asri; Guntur Trimulyono
Sains dan Matematika Vol. 4 No. 1 (2015): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakteri yang berasosiasi dengan kerang pisau (Solen sp.) berpotensi dalam senyawa antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan aktivitas antibakteri bakteri yang berasosiasi dengan kerang pisau dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli FNCC 0091 dan Staphylococcus aureus FNCC 0047, menentukan isolat bakteri asosiasi kerang pisau yang menunjukkan aktivitas antibakteri terbesar dalam menghambat pertumbuhan E. coli FNCC 0091 dan S. aureus FNCC 0047, menguji aktivitas antibakteri metabolit sekunder bakteri asosiasi kerang pisau, menentukan metabolit sekunder yang menunjukkan aktivitas antibakteri terbaik. Metode yang digunakan untuk skrining kualitatif adalah streak plate dan metode yang digunakan untuk skrining kuantitatif adalah well diffusion bilayer overlay. Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri metabolit sekunder menggunakan metode well diffusion. Data hasil skrining dianalisis secara deskriptif dan data hasil uji aktivitas antibakteri metabolit sekunder dianalisis menggunakan ANAVA satu arah dan dilanjutkan menggunakan uji Duncan. Hasil skrining menunjukkan 7 dari 27 isolat bakteri asosiasi kerang pisau menunjukkan aktivitas antibakteri, yaitu S611, S522, S526, S621, S625, S618, dan S626. Tiga isolat terpilih yang menunjukkan aktivitas antibakteri terbaik adalah S526, S618, dan S621. Metabolit sekunder ketiga isolat tersebut menunjukkan aktivitas antibakteri. Metabolit ekstraseluler S621 menunjukkan aktivitas antibakteri terbaik terhadap E. coli FNCC 0091 dengan rata-rata diameter zona jernih 17,67 ± 1,15 mm. Metabolit ekstraseluler S526 menunjukkan aktivitas antibakteri terbaik terhadap S. aureus FNCC 0047 dengan rata-rata diameter zona jernih 39,67 ± 1,15 mm. Solen sp. associated bacteria have potency to produce antibacterial compound. The purposes of this research were to describe the antibacterial activities of Solen sp. associated bacteria in inhibiting the growth of Escherichia coli FNCC 0091 and Staphylococcus aureus FNCC 0047, to determine Solen sp. associated bacteria isolat which has the highest antibacterial activities to againts of E. coli FNCC 0091 and S. aureus FNCC 0047, to assay the antibacterial activities from secondary metabolites of Solen sp. associated bacteria, to determine secondary metabolites which has the best antibacterial activities. Assay of antibacterial activities was done by qualitative screening using of streak plate method and quantity screening using of well diffusion bilayer overlay method along with antibacterial activities of secondary metabolites using of well diffusion method. Result of screening showed that seven isolates from 27 isolates of Solen sp. associated bacteria exhibited antibacterial activities, namely of S611, S522, S526, S621, S625, S618 and S626. Three isolates which have the best antibacterial activities were S526, S618 and S621. Secondary metabolites of those three Solen sp. associated bacteria showed antibacterial activities. Extracelular metabolites of S621 showed the best antibacterial activity against of E. coli FNCC 0091, and the average diameter of clear zone was 17.67 ± 1.15 mm. Extracelular metabolites of S526 showed the best antibacterial activity against of S. aureus FNCC 0047, and the average diameter of clear zone was 39.67 ± 1.15 mm.
Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan Madura Reni Ambarwati; Ulfi Faizah; Guntur Trimulyono
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 1 (2016): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pantai Modung merupakan salah satu pantai landai yang berada di pesisir selatan Pulau Madura. Pantai ini memiliki tipe substrat yang kompleks, yaitu sebagian bersubstrat pasir berlumpur, berbatu karang, dan juga beberapa bagian berhutan mangrove sehingga memiliki substrat yang cenderung berpasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman, distribusi, dan pemanfaatan bivalvia di Pantai Modung Madura. Penelitian dilakukan di zona intertidal Pantai Modung, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan Madura. Sampel diambil dengan menggunakan metode transek dan koleksi bebas. Di setiap daerah intertidal atas, tengah, dan bawah diambil dua kuadran sampling berukuran 1 m x 1 m. Setelah preservasi, sampel diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi. Wawancara dengan penduduk setempat dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis bivalvia yang dimanfaatkan oleh penduduk. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantai Modung memiliki keanekaragaman bivalvia yang tinggi, yaitu terdapat 38 spesies bivalvia yang tergolong dalam 15 famili. Bivalvia di Pantai Modung tersebar di daerah intertidal atas, bawah dan tengah. Bivalvia yang terdapat di intertidal atas merupakan bivalvia epifauna, yaitu sebanyak sepuluh spesies. Bivalvia infauna memiliki kemampuan meliang yang berbeda dan ciri taksonomi yang penting untuk mengetahui distribusi vertikal ini adalah kondisi lekuk palial. Sebagian besar bivalvia (82%) yang terdapat di Pantai Modung dikonsumsi oleh masyarakat dan semua bivalvia tersebut tergolong dalam pemakan suspensi. Modung Beach is located at the sourthen shore of Madura. It has complex bottoms, namely mud, muddy sand, and rocky substratum. These kinds of substratum support variety of bivalves. The purpose of this research was to know the diversity, distribution, and economic significance of bivalves in the intertidal zone of this beach. Both of death shells and living specimens were collected and preserved for further identification.  The results revealed that different substratum was occupied by different families of bivalves. Field study were done in intertidal zone by using transect lines method as well as free collection. It was defined three intertidal zone, namely upper, middle, and lower intertidal. All samples were preserved in ethanol 70%. After preservation, samples were indentified based on their morphological characters.  In addition to sampling and identification, interview was done to the local people to know the bivalves that were consumsed by them. Data were analyzed descriptively. The results revealed that there were 38 species of bivalves that belong to 15 families. All of them were distributed in upper, middle, and lower intertidal. Bivalves that occupied the upper zone were epifauna (there were 10 species). Infauna bivalves which were found in the middle and lower zones have different burrowing ability, and these related to their characters of pallial sinus. Pallial sinus is important taxonomic character to know the vertical distribution of bivalves. Majority of bivalves (82%) were consumed by local people, and all of those bivalves were suspension feeder bivalve.