Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT “ENYENG” DI DESA CIPANCAR SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Arip Budiman
Jurnal Edukasi Sebelas April Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Edukasi STKIP Sebelas April
Publisher : STKIP Sebelas April Sumedang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin derasnya arus teknologi informasi yang membuat cerita rakyat menghadapi tantangan untuk tetap tumbuh dan berkembang di masyarakat. Kurang menariknya penyajian materi cerita rakyat di sekolah membuat cerita rakyat semakin terabaikan. Untuk mendongkrak hal tersebut maka perlu adanya analisis terhadap karya sastra, agar karya sastra tersebut dapat digunakan sebagai pemilihan bahan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aspek sosial dan budaya. Aspek sosial yang paling banyak muncul dalam cerita rakyat “Enyeng” adalah karakteristik masyarakat pedesaan yang mencerminkan jika diberi janji akan selalu diingat dengan frekuensi 3 buah. Hal ini membuktikan bahwa warga desa Cipancar sangat memegang teguh janji dan amanah dari leluhurnya. Sedangkan nilai budaya yang paling banyak muncul dalam cerita rakyat “Enyeng” adalah sistem religi dengan frekuensi 3 buah. Ini membuktikan bahwa mayarakat desa Cipancar masih memegang teguh ajaran tentang apa yang harus dipercayai, diyakini dan diimani oleh setiap orang Islam. Tradisi lisan untuk mengganti nama hewan kucing/ucing dengan ènyèng/emèng/mèong merupakan hasil budaya dari generasi-kegenerasi, kemudian mereka memegang teguh pada keyakinannya yang dikukuhkan oleh legenda dan mitos dalam bentuk tradisi lisan. Walaupun mereka menerima budaya luar yang datang dan mereka mengikuti kemajuan/budaya modern, namun mereka tetap memegang teguh keyakinannya, dimanapun mereka berada atau sekalipun dalam perantauan.
KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN TRADISI REBO WEKASAN DI KABUPATEN SUMEDANG Arip Budiman
Jurnal Edukasi Sebelas April Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Edukasi STKIP Sebelas April
Publisher : STKIP Sebelas April Sumedang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Usaha untuk menggali, memperkenalkan, menghidupi, dan mengembangkan budaya tradisional yang bernilai positif yang sangat perlu dan tidak hanya untuk tradisi itu sendiri, tetapi lebih luas juga berguna dalam menunjang pembangunan nasional. Rebo Wekasan sebuah tradisi memperingati hari rabu terakhir di bulan safar yaitu bulan kedua dari dua belas bulan penanggalan hijriah, dengan memperhatikan beberapa hal di atas, timbul ketertarikan penulis untuk mengetahui secara mendalam mengenai kajian tindak tutur persembahan tradisi Rebo Wekasan.
KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO WEKASAN DI DUSUN NANGTUNG KABUPATEN SUMEDANG: KAJIAN PRAGMATIK (SPEECH ACTS IN REBO WEKASAN OFFERING TRADITION OF DUSUN NANGTUNG OF SUMEDANG REGENCY: A PRAGMATIC STUDY) Arip Budiman; Asep Saepurokhman; Dadang Gunadi
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 19, No 1 (2021): METALINGUA EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/metalingua.v19i1.687

Abstract

AbstractThis writing discusses the Rebo Wekasan offering tradition speech acts in Dusun Nangtung, Sumedang Regency from a pragmatic point of view using a qualitativedescriptive method. Data were collected by means of documentation, observation, and interviews. The results show that the Rebo Wekasan program contains speech acts offerings in the form of locution, illocutionary, and perlocution. Locutionary speech act was indicated in the form of declarative utterance by the interlocutor. Illocutionary speech acts was contained in direct and assertive type of utterance. The utterance has the purpose to remind all residents of Dusun Nangtung to always be grateful for the blessings The Lord has given. Perlocutionary speech act wasindicated by the hearer’s doing what is stated in illocutionary speech acts. The speech acts of offering in Rebo Wekasan tradition contain humans devotion to God, respect for other humans, and harmony between humans and nature. It is in the form of devotion from humans to God. Humans are seen as small creatures to always worship God according to His rules and regulations. AbstrakKajian ini membahas tindak tutur tradisi persembahan Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang dalam tinjauan pragmatik. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif-deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi, observasi, dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa acara Rebo Wekasan mengandung tindak tutur persembahan berupa lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi ditandai dengan ucapan berbentuk kalimat deklaratif oleh lawan tutur. Tindak tutur ilokusi ditandai dengan tindak tutur langsung yang berjenis asertif. Tuturantersebut memiliki tujuan menyatakan agar seluruh warga Dusun Nangtung untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya. Tindak tutur perlokusi ditandai  oleh tanggapan lawan tutur yang melakukan tindakan atas apa yang dinyatakan pada tindak tutur ilokusi. Tindak tutur persembahan pada tradisi Rebo Wekasan mengandung pengabdian manusia terhadap Tuhan, penghormatan manusia kepada manusia, dan pengharmonisan manusia dengan alam. Hal tersebut berupa sembah pengabdian dari manusia kepada Tuhan. Manusia dipandang kecil sebagai makhluk Tuhan untuk selalu beribadah sesuai dengan aturan dan kaidahnya.
Kajian Linguistik Kognitif Pada Imbuhan Ber- dalam Bahasa Indonesia Riki Nasrullah; Arip Budiman
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 11, No 2 (2022): Ranah: jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v11i2.3937

Abstract

Academic discourse on beR- affixes in Indonesian has been widely studied and analyzed. Generally, the studies only focus on three main valences: form, structure, and meaning. In its development, cognitive linguistics can be another alternative to examine beR- affixes in Indonesian by looking at the symptoms of expanding their meaning. By basing on the theory of categorization of prototype meanings and expansion meanings, cognitive linguistics is felt to be able to answer problems that often arise in the realm of beR- meaning meanings that tend to overlap. The results of this study suggest that cognitive linguistics can be an alternative study to fill the gaps in the study of beR- affixes in Indonesian. From the perspective of cognitive linguistics, the meanings present in the beR affix can be said to have expansion symptoms. The categorization analysis can see this of the meaning of the prototype and the meaning of its expansion. The prototype meaning of ¬beR- is mainly "doing something" with five types: holding something, acquiring something, and untransitive, reflexive, and reciprocal deeds. The meaning of the expansion is only identified four types: owning, wearing, state, and number. AbstrakWacana akademik tentang imbuhan beR- dalam bahasa Indonesia sejatinya telah banyak dikaji dan dianalisis. Umumnya, kajian yang dilakukan hanya berkutat pada tiga valensi utama, yakni bentuk, struktur, dan makna. Pada perkembangannya, linguistik kognitif bisa menjadi alternatif lain untuk mengkaji imbuhan beR- dalam bahasa Indonesia dengan melihat gejala perluasan maknanya. Linguistik kognitif dengan mendasarkan pada teori kategorisasi makna prototipe dan makna perluasan dirasa mampu menjawab persoalan yang kerap muncul pada ranah makna imbuhan beR- yang cenderung tumpang-tindih. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa linguistik kognitif bisa menjadi alternatif kajian untuk mengisi rumpang kekosongan pada kajian imbuhan beR- dalam bahasa Indonesia. Ditilik dari perspektif linguistik kognitif, makna-makna yang ada pada imbuhan beR- bisa dikatakan mengalami gejala perluasan. Hal ini bisa telihat dengan adanya analisis kategoriasi pada makna prototipe dan makna perluasannya. Makna prototipe imbuhan ­beR- berdomain utama “melakukan sesuatu” dengan lima jenis, yakni mengadakan sesuatu, memperoleh sesuatu, perbuatan taktransitif, refleksif, dan resiprok. Adapun makna perluasannya hanya teridentifikasi empat jenis, yakni memiliki, memakai, keadaan, dan jumlah.