Diare merupakan gangguan pencernaan dengan tingkat prevalensi yang tinggi terutama pada negara-negara berkembang. Diare adalah salah satu gangguan sistem pencernaan yang ditandai dengan kram perut, konsistensi tinja yang cair, serta meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Penyakit ini dapat dipicu dengan berbagai penyebab seperti infeksi enteral, infeksi parental, mal absorbsi, dan pemberian antibiotik yang kemudian menyebabkan gangguan penyerapan serta sekresi air dan elektrolit di usus disertai dengan hipermobilitas. Indonesia dikenal sebagai negara yang dilimpahkan dengan berbagai kekayaan hayati beserta potensinya sebagai obat-obatan. Dengan demikian, dilakukan peninjauan terhadap metode pengobatan antidiare dari berbagai tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia melalui pendekatan etnofarmasi. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan kajian literatur melalui publikasi daring berdasarkan pada Web, PubMed, ResearchGate, dan Google Scholar. Didapati hasil daripada penelitian terdapat 17 spesies tumbuhan yang biasa dimanfaatkan sebagai obat antidiare, yaitu Acorus americanus (Far.) Raf., Ageratum conyzoides L., Artocarpus heterophyllus Lam., Allium cepa L., Blumea balsamifera (L).DC., Bischofia javanica Bl., Psidium guajava L., Cymbopogon citratus (DC.) Stapf., Carica papaya L., Curcuma longa L., Lansium domesticum Correa., Nephelium lappaceum L., Strobilanthes crispus Blume., Solanum nigrum L., Solanum torvum Sw., Uncaria gambir (Hunter) Roxb., dan Curcuma xanthorrhiza Roxb.