Eko Mirsiyanto
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dehidrasi pada Pekerja Tempe di Kelurahan Rajawali Kota Jambi: Factors Related to Dehydration Events of Tempe Workers in Kelurahan Rajawali, Kota Jambi Novitri Sari; Eko Mirsiyanto
Jurnal Kesmas Untika Luwuk : Public Health Journal Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Kesmas Untika Luwuk : Public Health Journal
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.065 KB) | DOI: 10.51888/phj.v11i2.26

Abstract

Dehidrasi merupakan kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk. Salah satu pekerjaan yang beresiko mengalami dehidrasi adalah pada perebusan pembuatan tempe dimana menggunakan lingkungan yang cukup panas sehingga banyak mengeluarkan keringat dan mebutuhkan asupan cairan yang lebih. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi pada pekerja pengrajin tempe. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah pengrajin tempe. Sampel berjumlah 30 responden. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Analisis data dalam penelitian ini secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian ada hubungan konsumsi cairan (0,004) dan beban kerja (0,007) dengan kejadian dehidrasi pada pekerja pengrajin tempe. Tidak ada hubungan berat badan dengan kejadian dehidrasi pada pekerja pengrajin tempe (p=0,875). Diharapkan pemilik usaha pengrajin tempe untuk dapat selalu menyediakan air minum yang cukup bagi pekerjanya saat pekerja membutuhkan sehingga kejadian dehidrasi dan dampaknya dapat diminimalisir. Dehydration is a lack of body fluids because the amount of fluid that comes out is more than the amount of fluid that is entered. One of the jobs that are at risk of dehydration is in boiling the manufacture of tempeh which uses a hot enough environment so that you sweat a lot and require more fluid intake. The research objective was to determine the factors associated with the incidence of dehydration in tempe craftsmen. This research is a descriptive analytic study with a cross sectional approach. The population in this study were all of the tempe craftsmen. The sample is 30 respondents. The sampling technique was total sampling. Data analysis in this study was univariate and bivariate with the chi square test. The results showed a relationship between fluid consumption (0.004) and workload (0.007) with the incidence of dehydration among workers of tempe craftsmen. There is no correlation between body weight and dehydration in tempe craftsmen workers (p = 0.875). It is expected that the tempe craftsman business owners can always provide sufficient drinking water for their workers when they need them so that the incidence of dehydration and its impact can be minimized.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Otot Pada Karyawan Pengergajian Kayu Di CV Kahwa Jaya Saw Mill Kota Jambi Tahun 2020 Ulfah Aryani; Entianopa Entianopa; Eko Mirsiyanto
Pena Medika Jurnal Kesehatan Vol 10, No 2 (2020): PENA MEDIKA JURNAL KESEHATAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pmjk.v10i2.1252

Abstract

In carrying out work, a wood craftsman must carry out physical activity. In lifting and carrying the load is more on the muscles, especially on the back, which can cause muscle fatigue. The research objective was to determine the factors that influence muscle fatigue in sawmill employees at CV Kahwa Jaya Sawmill Jambi City in 2020. The population in this study was 33 workers. Samples were taken by total sampling technique which was carried out by filling out a questionnaire and calculating the pulse. The results were analyzed Univariate and Bivariate with the chi square test. The results of statistical analysis using chi-square showed that there was a relationship between nutritional status (0.031), workload (0.000) and no relationship with physical work attitude (0.588) with muscle fatigue. It is recommended that workers to reduce muscle fatigue should eat a nutritionally balanced diet that produces 35,000 calories consumed at breakfast and lunch and drink enough water at least 8 glasses a day. Keywords: Muscle Fatigue, Physical Work Attitude, Nutritional Status and Workload
ANALISIS SAFETY INDUCTION PADA PEKERJA PT. X Melda Yenni; T. Samsul Hilal; Parman Parman; Eko Mirsiyanto
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 7 No. 3 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v7i3.19518

Abstract

Penomena yang terjadi di perusahaan, para pekerja belum melaksanakan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja, dimana sebagian besar pekerja tidak menggunakan masker, tidak terdapat banyak spanduk keselamatan kerja, hal lain yang ditemukan pada saat kunjungan belum dilakukan  Safety induction kepada tamu yang datang ke perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada perusahaan dan pekerja tentang pentingnya program Safety induction dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan variabel Safety induction, Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan / tenaga kerja subkontrak yang merupakan keseluruhan sampel penelitian yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada .Teknik penarikan sampel menggunakan proportional cluster random sampling. Pengumpulan data dengan wawancara dan pengisian kuesioner. Data dianalisa secara deskriptif. : Berdasarkan beberapa pertanyaan yang diajukan    kepada responden PT. X tentang penerapan Safety induction didapat bahwa dari 30 responden sebesar 23 (76,7%) tidak memahami kepatuhan dalam memakai alat pelindung diri (APD),  Ketidakpahaman pekerja tentang penggunaan APD Sesuai SOP sebesar 20 (66,7%).  Dalam pertanyaan Safety induction Meningkatkan Produktivitas sebesar 18 (60,0%), dan 18 (60,0%) pekerja tidak paham dengan manfaat safety induction, pemahaman pemeriksaan kesehatan berkala sebesar 17 (56,7%) . Safety induction belum dijadikan suatu program yang harus dilaksanakan dengan pembentukan SOP. Dalam kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri masih dikatakan menunjukan nilai persentasi yang cukup rendah, karena masih kurangnya pengetahuan pekerja tentang pentingnya alat pelindung diri bagi pekerja, SOP yang ada belum sepenuhnya diterapkan di perusahaan