Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMBINAAN ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR Arpin Arpin; Andi Agustang; Andi Muhammad Idkhan
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 6, No 1 (2022): JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jisip.v6i1.2745

Abstract

Dalam Konstitusi Republik Indonesia, Pasal 34 ayat (1) Undang Undang Dasar  Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) bahwa “Fakir miskin dan anak  terlantar  dipelihara oleh  Negara ”. Artinya negara dan pemerintah  bertanggungjawab terhadap  pemeliharaan dan pembinaan  terhadap fakir miskin dan anak-anak terlantar, termasuk  anak  Jalanan.   Hak asasi fakir miskin, anak terlantar dan anak jalanan,  pada hakekatnya  sama  dengan hak  asasi manusia pada umumnya, seperti termuat dalam  UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,  UU Perlindungan Anak dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child    (Konvensi tentang Hak-hak Anak).   Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan pembinaan anak jalanan di kota Makassar.  Penelitian ini  termasuk penelitian lanjutan (follow-up study), tipe penelitian bersifat deskriptif analisis, dengan pendekatan sosiologis-yuridis normatif.Hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian sanksi berupa denda dan/atau ancaman hukuman kurungan bagi anak jalanan, gelandangan dan pengemis tidak sejalan dengan teori, asas dan prinsip hukum pidana ‘ultimun remedium’dan termasuk ‘over criminalization’ serta  bertentangan dengan Konstitusi, yaitu Pasal 34 ayat (1) UUD NRI 1945, UU No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, UU Perlindungan Anak, UU Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Hak Asasi Anak. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan  revisi/perubahan terhadap Perda tersebut. Selain itu, perlu perbaikan dan pemenuhan hak-hak fakir miskin, anak terlantar (pengemis, gelandangan dan anak jalanan), serta sangat mendesak pengadaan rumah singgah, liposos (lingkungan pondok sosial), atau Shelter sebagaimana amanat Konstitusi, UU Perlindungan Anak dan UU Penanganan Fakir Miskin.
Kesesuaian Pengangkatan Pejabat Struktural Pada Pemerintah Kota Makassar Arpin Arpin; Andi Agustang
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 6, No 1 (2022): JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jisip.v6i1.2763

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar tingkat kesesuaian dan ketidaksesuaian pengangkatan pejabat struktural pada Pemerintah Kota Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif, metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tabulasi (tabel frekuensi), persentase dan kategorisasi dengan skala likert. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa penelitian terhadap SK Walikota Makassar Nomor 4 Tahun 2002 tentang pengangkatan pegawai atau penempatan aparatur pada jabatan eselon II, eselon III eselon IV dalam lingkup organisasi Sekretariat Daerah Kota Makasssar ditemukan ketidaksesuaian dengan kriteria job spesification atau persyaratan jabatan. Hal yang sama juga diperoleh dar penilaian responden bahwa terdapat ketidak-sesuaian pengangkatan pejabat struktural dengan job spesification pada ketiga tingkatan jabatan eselon II, eselon III dan eselon IV. Secara keseluruhan, penilaian ketidak-sesuaian penempatan aparatur dalam jabatan dengan job spesification terutama terdapat pada persyaratan keahlian.Demikian pula terhadap penilaian tingkat kemampuan sumber daya aparatur eselon II,eselon III, dan eselon IV dengan job spesification terdapat pada tingkat keahlian dan tingkat pendidikan.Penilaian keadaan penempatan sumber daya aparatur yang tidak sesuai menurut SK Walikota Makassar No. 4 Tahun 2001 dengan job spesification meliputi: keahlian dan golongan kepangkatan untuk eselon II, golongan kepangkatan dan keahlian untuk eselon III, golongan kepangkatan dan keahlian untuk eselon IV.Penilaian ketidak-sesuaian tingkat kemampuan dengan penempatan sumber daya aparatur dalam jabatan terdapat pada tingkat pendidikan, pelatihan, minat serta keahlian. Sedangkan penilaian ketidak-sesuaian tingkat kemampuan sumber daya aparatur dengan job spesification terhadap ketiga tingkatan eselon II, eselon III, dan eselon IV juga terdapat pada tingkat keahlian yang dimiliki.Secara umum terdapat kesamaan antara penilaian responden dengan hasil analisis bukti-bukti sekunder mengenai penempatan dan kemampuan sumber daya aparatur dengan job spesification pada ketiga tingkatan jabatan eselon II, eselon III, dan eselon IV dalam lingkup organisasi Sekretariat Daerah Kota Makassar.