Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengaruh Perilaku Masyarakat terhadap Pola Permukiman Adat di Desa Nggela Kabupaten Ende Fabiola T. A. Kerong; Silvester M. Siso
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1228.003 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i02.p08

Abstract

Human behaviour is in general influenced by traditions, emotional state, values, ethics, power, persuasion, genetical attributes, and available spaces. This study examines the community behaviour of Nggela Village, an adat-based settlement of Ende Regency. It especially focusses on cultural behaviours in regard to adat rituals of Loka Lolo, Joka Ju, and Lobo Keda. Discussions within relate to the governance of the adat settlemet of Nggela Village which has 17 Mosalaki (adat leader) who occupy 15 adat houses. This study is conducted using a naturalistic approach. It unfolds that human behaviour that determines the pattern of Nggela's traditional settlement has been grounded by the village's historical journey, cosmology, beliefs, collaborative attitude, sacred elements, and social structure. Keywords: behavior, space, adat settlement of Nggela Village Abstrak Perilaku manusia pada umumnya dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, genetik, dan ketersediaan ruang. Penelitian ini mengkaji perilaku masyarakat pada permukiman adat di Desa Nggela, Kabupaten Ende. Kajiannya difokuskan pada perilaku budaya berkenaan dengan beberapa ritual adat Loka Lolo, Joka Ju, dan Lobo Keda. Diskusi dalam paper ini berkaitan erat dengan tatanan kepemerintahan yang berlaku di desa ini, yang memiliki 17 pemimpin adat yang menempati 15 rumah adat. Penelitian ini menerapkan pendekatan naturalistik. Melalui studi ini ditemukan bahwa perilaku manusia yang menentukan patrun permukiman adat di Desa Nggela didasari oleh perjalanan sejarah kosmologi, kepercayaan, kecenderungan untuk bekerja secara bersama-sama, elemen-element permukiman yang dianggap sakral, dan struktur sosial. Kata kunci: perilaku, ruang, Permukiman Adat Desa Nggela
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA ZONASI PERMUKIMAN ADAT DI DESA NGGELA, ENDE-FLORES Fabiola T A Kerong
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.286 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i02.p05

Abstract

The Adat settlement of Nggela Village (Desa Nggela) is a traditional village in the Ende Regency of Flores Island, one of the Lesser Sunda Islands in the Indonesian archipelago. It is a vernacular settlement strictly regulated by layers of adat codes and practices, and governed by a unique organizational structure. The whole settlement is divided into several zones. These reflect three cultural dimensions. First, the historical journey the community has undertaken; second the cosmological beliefs of the people, third the environment within which the village is located. This article demonstrates how each of these elements has determined the spatial laying out of the village. The analysis of interrelationships suggests the emergence of values pertaining to beliefs; the function of the village as a living space for the whole community; and a container for various symbolic meanings. In so doing, the study demonstrates the more dominating and determining position of the adat advisory board members in governing day-to-day life of the settlement in comparison to the actual roles undertaken by members of the Desa Nggela’s adat leadership. Keywords: adat settlement; spatial zones; organizational structure; cosmological beliefs; topography, landscape Abstrak Permukiman adat Desa Nggela merupakan permukiman tradisional yang terletak di Kabupaten Ende di Pulau Flores, salah satu pulau di Kepulauan Sunda Kecil. Permukiman ini memberlakukan aturan adat secara ketat dan dikelola oleh struktur organisasi yang unik. Permukiman ini juga terdiri atas beberapa zona yang merefleksikan tiga dimensi budaya. Pertama, perjalanan sejarah dari komunitas yang telah dilewati; kedua, konsep kosmologi dari masyarakatnya; dan ketiga, lingkungan dimana permukiman ini berada. Tulisan ini memaparkan bagaimana setiap elemen budaya tersebut menentukan pola tata letak permukiman tersebut. Analisa dari hubungan antar elemen tersebut mengungkapkan kemunculan  dari nilai-nilai sistem kepercayaan; fungsi permukiman sebagai tempat hidup dari masyarakat Desa Nggela; dan kandungan nilai dari berbagai makna simbolik. Selain itu, paparan ini juga mengungkapkan dominasi dan posisi tetua adat dalam pengelolaan permukiman dibandingkan dengan peran pemimpin adat Desa Nggela.
Tata Zonasi Permukiman Adat Di Desa Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende Fabiola T.A. Kerong
TEKNOSIAR Vol. 9 No. 1 (2015): April
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.618 KB)

Abstract

Permukiman adat di Desa Nggela merupakan salah satu permukiman adat yang masih bertahan keasliannya di Kabupaten Ende-Flores dan merupakan tempat tinggal dari para pemimpin adat dan terdapat juga zona-zona yang membagi permukiman adat ini menjadi beberapa wilayah. Penelitian ini akan mencari tentang relasi antara struktur masyarakat dan tata zonasi di permukiman adat ini dan faktor-faktor lain yang mendukung relasi antara kedua hal tersebut. Metode kualitatif dengan pendekatan secara naturalistik hasil penelitian ini menemukan adanya tata zonasi permukiman adat. Selain dari pada itu, ada faktor-faktor lain yang berpengaruh pada tata zonasi yaitu faktor kosmologi, sejarah, proteksi, aktivitas, dan teritori elemen-elemen sakral.
Panti Asuhan Anak Naungan Kasih St. Elisabeth Dengan Pendekatan Arsitektur Neo – Vernacular Ende Lio Di Kota Ende Fabiola T.A. Kerong; Stefanus Sepa Kooro
TEKNOSIAR Vol. 9 No. 2 (2015): Oktober
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1546.168 KB)

Abstract

Panti Asuhan Anak Naungan Kasih St. Elisabeth sebagai tempat bernaung anak-anak terlantar perlu ditata ulang guna melengkapi fasilitas-fasilitas yang masih terbatas untuk mendukung kegiatan anak-anak pada panti asuhan ini untuk beberapa tahun ke depan mengingat masih banyak anak-anak yatim-piatu dan anak telantar yang tak tertampung dan terbina, karena sebagai suatu wadah atau rumah, panti asuhan anak Naungan. Dengan konsep pendekatan perancangan arsitektur Neo-Vernacular Ende-Lio, Panti Asuhan menghadirkan Fasilitas-fasilitas baru guna mendukung aktivitas yang ada pada Panti Asuhan ini, Fasilitas-fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang yang ada ditata sedemikian rupa sesuai dengan Konsep Arsitektur Neo-vernacular yang diterapkan pada ruang dalam dan ruang luar bangunan. Pola tata letak bangunan serta sirkulasi pada ruang dalam bangunan dan ruang luar bangunan dengan mendekatkan konsep vernacular Ende-Lio.
Pengembangan Kawasan Wisata Hutan Mangrove Di Desa Nira Nusa Kecamatan Maurole Kabupaten Ende (Dengan Pendekatan Tema Ekowisata) Guaredini Karlos Paso Pande; Dian Fitriawati Mochdar; Fabiola T.A. Kerong
TEKNOSIAR Vol. 13 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.449 KB) | DOI: 10.37478/teknosiar.v13i2.236

Abstract

Desa Nira Nusa Kecamatan Maurole Kabupaten Ende merupakan desa yang terletak di wilayah pesisir pantai laut Flores. Desa ini memiliki potensi ekowisata yang besar terutama ekosistem mangrove. Desa Nira Nusa memiliki banyak potensi sumberdaya wisata namun belum diteliti lebih lanjut dari aspek-aspek yang mendukung daerah ini untuk dikembangkan menjadi objek wisata mangrove, sehingga data dan informasinya masih bersifat umum. Untuk pengembangan wisata suatu daerah diperlukan kajian mendalam dari berbagai aspek. Maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensi dan daya tarik wisata mangrove yang ada di Desa Nira Nusa serta menghitung nilai keindahan dari potensi tersebut sehingga dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata yang mendukung kelestarian alam serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat stempat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara secara langsung dengan responden untuk memberikan penilaian terhadap keindahan potensi wisata. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi dan daya tarik objek wisata mangrove di Desa Nira Nusa adalah ekosistem mangrove, view ke arah pantai laut Flores, dan budaya serta potensi kearifan lokal. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah berwisata, fotografi, memancing, pengamatan burung (bird watching), dan menikmati sunset. Potensi dan daya tarik wisata mangrove Desa Nira Nusa berdasarkan ruang lingkup site yang berada di area pesisir pantai laut Flores.
Pendekatan Arsitektur Tropis Pada Bangunan SMAK Syuradikara Ende Petrus Jhon Alfred Depa Dede; Silvester Masias Siso; Fabiola T.A. Kerong
TEKNOSIAR Vol. 14 No. 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/teknosiar.v14i1.1131

Abstract

Bangunan kolonial di Indonesia merupakan fenomena yang unik, percampuran budaya antara penjajah dan budaya Indonesia yang tidak terdapat ditempat lain serta disesuaikan  dengan kondisi iklimnya yaitu iklim tropis lembab. Kota Ende pada masa lalu menjadi salah satu daerah tujuan para pedagang dan pelayar dari Jawa,  Makassar,  dan  Ternate.  Karena  menjadi  salah  satu  titik  transit  para  pedagang  maka  sejarah keagamaan dan kepentingan-kepentingan Kolonialisme bermain di daerah-daerah pelabuhan di Kota Ende. Bangunan bernilai sejarah yang masih bertahan dan memiliki ciri arsitektur  kolonial di Kota Ende, salah satunya adalah bangunan Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Syuradikara, yang keberadaannya tanpa disadari beradaptasi dengan iklim tropis. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi iklim tropis (pendekatan arsitektur tropis) dapat mempengaruhi desain bangunan SMAK Syuradikara di Kota Ende, maka penulis melakukan  kajian.  Kajian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan    metode  kualitatif  deskriptif.  Pendekatan terhadap iklim tropis yang dikaji meliputi orientasi bangunan, bukaan dan material yang digunakan. Metode kualitatif  deskriptif  digunakan  untuk  menguraikan  elemen  desain  bangunan  SMAK  Syuradikara  yang berkaitan  erat  dengan  iklim  tropis.  Dalam  melakukan  kajian  ini  pengumpulan  data  dilakukan  dengan wawancara,  survey,  observasi  dan studi literatur.  Dari hasil kajian ditemukan  bahwa orientasi  bangunan secara keseluruhan menghadap dan memanjang kearah utara   dan selatan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datang dan terbenam matahari hanya sedikit yang menerima panas matahari. Aliran angin di sekitar bangunan datang dari arah timur dan barat dan ruangan yang mendapatkan  aliran angin yang baik adalah ruang kelas. Orientasi peletakan jendela lebih dominan menghadap ke arah utara dan selatan. Keberadaan  teras  disepanjang  bangunan  untuk  mengantisipasi  sinar  matahari  langsung  yang  mengenai dinding bangunan, serta hempasan dari air hujan. Material lantai dari keramik dan tegel yang belum dipoles dengan  permukaan  sedikit  kasar  sehingga  menyerap  panas,  ruangan  cenderung  lebih  dingin.  Dinding bangunan terbuat dari susunan bata yang diplester, tebal dinding antara 30 sampai 40 centimeter, sehingga dapat mereduksi udara panas yang ada dalam ruangan.
Pusat Pengelolahan Bambu Di Kabupaten Nagekeo Dengan Tema Eko Arsitektur Irenius Sines Nggala; Petrus Jhon Alfred Depa Dede; Fabiola T.A. Kerong
TEKNOSIAR Vol. 14 No. 2 (2020): Oktober
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/teknosiar.v14i2.1151

Abstract

Sejalan dengan perkembangan jaman, kebutuhan kayu untuk konstruksi dan mebel semakin langka dan mahal. Maka dari itu muncul ide-ide dasar untuk mencari alternatif pengganti kayu untuk konstruksi dan mebel. Bambu adalah alternatifnya. Namun perlu di lakukan proses pengawetan agar menghasilkan bambu yang kuat dan tahan lama. VSD (Vertical Soak Diffusion) merupakan proses pengawetan bambu dengan menggunakan borax yang ramah lingkungan. Selain VSD, sekarang sering dijumpai produk-produk bambu komposit atau lebih dikenal bambu laminasi. Bambu laminasi merupakan proses pembuatan bilah-bilah bambu menjadi balok-balok bambu dengan menggunakan mesin-mesin tertentu. Kabupaten Nagekeo adalah salah satu daerah agro-industri bambu di Pulau Flores. Sebagai daerah agro-industri bambu, pemerintah Kabupaten Nagekeo harus bisa memanfaatkan potensi bambu di wilayahnya sendiri agar bisa bermanfaat bagi mereka sendiri, baik untuk peningkatan pendapatan daerah maupun penyediaan lapangan pekerjaan. Sehingga perlu ada sebuah wadah milik pemerintah untuk mengelolah bambu di Kabupaten Nagekeo. Dalam ilmu arsitektur, pemanfaatan potensi dalam suatu wilayah sering di sebut eko-arsitektur. Eko-artsitektur secara umum merupakan disiplin ilmu perancangan arsitektur yang berwawasan lingkungan dan pemanfaatan potensi wilayah. Perencanaan dan perancangan pusat pengelolahan bambu di Kabupaten Nagekeo dengan tema eko-arsitektur ini penulis menggunakan metode penelitian berupa wawancara, observasi, studi pustaka/literature dan studi banding. Pada hasil rancangannya, pusat pengelolahan bambu di Kabupaten Nagekeo dengan tema eko-arsitektur ini menerapkan beberapa kaidah-kaidah eko-arsitektur yakni penekanan pada penggunaan material bambu, pemanfaatan sumber air sungai sekitar tapak sebagai sumber air bersih, penggunaan solar panel untuk energi listrik, pemanfaatan material ramah lingkungan dan tetap membiarkan kontur dalam keadaan alami.
Pendekatan Arsitektur Vernakular Dalam Desain Fasilitas Obyek Wisata Jasmani - Rohani Mengeruda di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada Gusti Rato; Petrus Jhon Alfred Depa Dede; Fabiola T.A. Kerong
TEKNOSIAR Vol. 15 No. 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/teknosiar.v15i1.1199

Abstract

Kabupaten Ngada adalah salah satu Kabupaten yang memiliki banyak sekali potensi wisata yang mampu menarik minat wisatawan baik dalam maupun luar negri yang ingin berwisata baik untuk jasmani maupun rohani. Salah satunya yaitu “Obyek Wisata Jasmani-Rohani Mengeruda”, yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Ngada, bekerja sama dengan Paroki Salip Suci, Soa. Obyek wisata ini berada 28 km ke arah timur dari pusat Kota Bajawa tepatnya di Desa Mengeruda Kecamatan Soa Kabupaten Ngada. Obyek Wisata Jasmani - Rohani Mengeruda memiliki 2 (dua) faktor andalan, yaitu Sumber Mata Air Panas Alam (Hoot Sprin) dan Taman Fatima (Place Of Pilgrimage) yaitu tempat Ziarah bagi Umat ber-agama Katolik. Namun ada beberapa permasalahan yang membuat obyek wisata ini tidak terlalu optimal, seperti: kurangnya perawatan terhadap fasilitas-fasilitas yang sudah ada, kurangnya fasilitas fasilitas utama, dan penunjang sebagai pendukung citra dari obyek wisata ini. Alasan pemilihan tema dengan pendekatan Arsitektur Vernakuler dalam desain kawasan Wisata Jasmani-Rohani Mengeruda ini karena berada dalam lingkungan masyarakat yang kaya akan budaya dan tradisi baik dari segi arsitektural maupun kehidupan sosialnya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara; studi literatur, wawancara, dan observasi. Dari data yang dikumpulkan dilakukan analisis. Metode analisis data dilakukan dengan; analisa kuantitatif, analisa kualitatif, dan komparatif, Setelah melakukan analisis, tahap selanjutnya adalah menyusun konsep perencanaan dan perancangan sesuai dengan output dan analisis yang telah dilkakukan. Hasil perancangan dengan pendekatan arsitektur vernakuler dapat menjadikan tempat wisata ini bukan hanya dijadikan tempat rekreasi semata, tetapi juga sebagai media pembelajaran atau mengenalkan budaya ke wisatawan luas dengan cara menunjukan/menonjolkan identitas kebudayaan masyarakatnya, dan dapat memberikan dampak edukatif bagi wisatawan.
Rekonstruksi Rumah Adat Dan Pelataran Adat Suku Embu Soa Desa Tomberabu 1 Kabupaten Ende Silvester M. Siso; Fabiola T.A. Kerong
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jiv.v5i1.414

Abstract

Suku di Indonesia memiliki rumah adat sebagai lambang kebanggaan maupun identitas yang membedakan dengan suku lainnya. Masyarakat suku embu soa menjadikan rumah adat sebagai pusat segala tradisi kehidupan. Ritual tradisi dilakukan di pelataran rumah adat dan di dalam rumah adat. Permasalahan yang dihadapi masyarakat adat suku embu soa adalah rusaknya rumah adat serta pelataran adat yang tidak terawat dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya faktor alam dan manusia. Beberapa ritual adat masih dilakukan, akan tetapi nilai yang terkandung di dalamnya berbeda karena tidak melalui rumah adat. Keinginan masyarakat untuk mengembalikan keaslian budaya menjadi faktor pendorong untuk melakukan penelitian ini. Akan dilakukan penelusuran data mengenai keaslian bentuk dan sistem rumah adat serta konsep penataan pelataran adat. Tujuan penelitian ini adalah menemukan konsep dalam desain mengenai bentuk, material, proses pelaksanaan rumah adat dan menemukan konsep penataan pelataran adat. Pendekatan teori yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teori semiotika.. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, mengungkapkan data secara deskriptif dengan memaparkan fenomena alam, sosial dan budaya yang diamati dan dialami oleh masyarakat suku embu soa. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan observasi lapangan. Sedangkan data dianalisis dengan metode analisis kualitatif.
Tradisi Membangun Rumah dengan Pendekatan Kearifan Lokal di Desa Tinabani Kabupaten Ende Silvester M Siso; Fabiola T.A. Kerong
Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora Vol 3 No 1 (2020): Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.332 KB) | DOI: 10.31539/kaganga.v3i1.1079

Abstract

ABTRACT The purpose of this evaluation is to study the tradition of building houses and the values contained in the tradition. This research is descriptive with qualitative agreement. Researchers become the main source in obtaining data from the results of field analysis and interviews. The research location was in Tinabani Village, Ende District, Ende Regency. The intensive relationship between the people of Tinabani Village and their natural, social and historical environment has provided knowledge of the use of materials provided by nature for escaping purposes. From the social side it is known how the Tinabani people work hand in hand in the process of making a house. This attitude of mutual cooperation makes the community more harmonious and peaceful. Meanwhile, history recognizes the traditions and traditions that bind their lives. It can be concluded that the people of Tinabani Village make good use of nature to preserve history. Tinabani people have strong traditions and social relations. Keywords; Tradition, Home, Local Wisdom, Tinabani