Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Strategy to respond gratification by identifying gift-giving to government employee Lisa Nazifah
Monas: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 1 No. 2 (2019): November
Publisher : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi DKI Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54849/monas.v1i2.9

Abstract

Gratification often called as the root of corruption. Gift-giving is usually considered a common tradition that has been entrenched in community life in Indonesia. However, it should be confirmed that even the slightest gift to civil servants or state administrators can be considered as an act of bribery if the gift is related to their position and contrary to their obligations or duties. Numerous gratification practices that lead to bribery have still been found indicating the lack of understanding and intention of civil servants in addressing gratification based on the regulation applied. The study is performed using qualitative descriptive methods with a description of the topic related. Data collected by observing study group discussion at Diklat Prajabatan for a non-permanent teacher in DKI Jakarta year 2018. The identification of gratification can be self-performed by recognizing the motive of the gift-giving act using PROVE IT (Purposes, Rule, Openness, Value, Ethics, Identity, and Timing). Besides, the improved understanding of the rights and obligations as a public servant as well as the change of mindset would initially provide the capability for every civil servant and state administrators in addressing gratification wisely and applicably. The integrity of civil servants is an indicator of a clean and corruption-free government that leads to good and accountable governance.
PENGARUH COACHING DAN MENTORING TERHADAP KUALIFIKASI KELULUSAN PELATIHAN DASAR CPNS GURU SD Lisa Nazifah
Jurnal Holistika Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/holistika.5.1.17-27

Abstract

ABSTRAK Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS), atau yang lazim dikenal dengan Diklat Prajabatan, telah mengalami beberapa kali perubahan dalam sistem pelaksanaannya. Saat ini berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018, Latsar menerapkan pola baru yang mengkombinasikan antara sistem klasikal dan non klasikal, dimana klasikal berupa pembelajaran tatap muka dan non klasikal berupa pembelajaran jarak jauh. Dengan sistem ini, peserta Latsar melalui serangkaian pembimbingan bersama Coach dan Mentor yang dikenal dengan kegiatan Coaching dan Mentoring. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menunjang proses pembelajaran khususnya dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi dan habituasi. Penelitian dilakukan di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi DKI Jakarta terhadap peserta CPNS Golongan 3 Tahun 2019 yang berasal dari Guru Sekolah Dasar di wilayah DKI Jakarta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh coaching dan mentoring terhadap kualifikasi kelulusan peserta pada akhir pelatihan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berbasis online berupa google form. Dengan pendekatan kuantitatif dan pengolahan data menggunakan SPSS, diketahui bahwa coaching berpengaruh terhadap kualifikasi kelulusan sebesar 37,2%, mentoring berpengaruh terhadap kualifikasi kelulusan sebesar 17,0%, serta coaching dan mentoring secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualifikasi kelulusan sebesar 40,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa coaching dan mentoring memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualifikasi kelulusan sehingga peningkatan kualitas coaching dan mentoring akan berdampak positif terhadap hasil belajar peserta pelatihan.Kata kunci: coaching, mentoring, latsar