Novie H. Rampengan
Universitas Sam Ratulangi

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : e-CliniC

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN NON SIANOTIK Sondakh, Meyrina E.; Kaunang, Erling D.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i3.9519

Abstract

Abstract: Congenital Heart Disease (CHD) is a disorder that is commonly found. The incidence of CHD in the world is 8-10 among 1,000 births. Although children with mild or moderate CHD usually have normal growth and development, the presence of CHD can result in physical growth retardation. This study aimed to obtain the difference of nutritional status among children with cyanotic and non-cyanotic CHD. This study was a retrospective analytical study with a cross sectional design. This study was conducted at the Child Health Department Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data of children treated with CHD from 2009-2014 included age, gender, weight, height, and nutritional status. Data were analyzed with Chi-Square test. Of 55 samples, there were 34 boys and 21 girls. The results showed that the most suffered CHD was ventricular septal defect. There were 54.5% of patients with good enough nutrition, 25.5% with malnutrition, and 16.4% with severe malnutrition. The Chi-Square test obtained a P-value of 0.464 (> 0.050) which indicated that there was no difference in nutritional status among children with cyanotic and non-cyanotic CHD. Conclusion: According to the study there was no difference in nutritional status between cyanotic and non-cyanotic congenital heart disease.Keywords:nutritional status, congenital heart disease, cyanotic, non-cyanoticAbstrak: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan yang cukup banyak ditemukan. Insidensi PJB di dunia 8-10 di antara 1.000 kelahiran. Anak dengan PJB yang tidak begitu parah biasanya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi adanya PJB dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan jasmani penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi pada anak dengan PJB sianotik dan non sianotik. Penelitian ini menggunakan metode retrospektif analitik dengan desain potong lintang dan dilaksanakan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data diambil dari semua anak yang dirawat dengan PJB tahun 2009-2014 meliputi umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan status gizi anak. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Jumlah sampel 55 anak terdiri dari 34 lelaki dan 21 perempuan. Jenis PJB terbanyak yang diderita ialah ventricular septal defect. Penderita dengan gizi cukup 54,5%; gizi kurang 25,5%; dan gizi buruk 16,4%. Dengan uji Chi-Square, didapatkan nilai P 0,464 (< 0,050) yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan status gizi antara anak dengan PJB sianotik dan non sianotik. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan status gizi antara penyakit jantung bawaan sianotik dan non sianotik.Kata kunci: status gizi, penyakit jantung bawaan, sianotik, nonsianotik
Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan keparahan infeksi virus dengue pada anak Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Watuna, Monica C.; Mantik, Max F.J.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14483

Abstract

Abstract: The infection of dengue virus is transmitted through the vector bite of mosquito Stegomiya aegipty and Stegomiya albopictus, The most dominant in Indonesia is serotype DEN-3. There are several factors that cause the transmission of dengue virus infection, they are: agent factor, intermediary vector, host factor and environmental factor. Prevention is needed to avoid the occurrence of disease and severity of dengue virus infection. Prevention is related with host factor, that is knowledge, attitude, behavior and action taken and one of the factors that influence this is education level. The aim of this research is to find out the correlation between the education level of parents with the severity of dengue virus infection on children in Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The method of this research is an analytic retrospective research with cross-sectional approach, the data was obtained by collecting data of medical records as secondary data. The data was analyzed by Gamma correlation test, obtained the value of p = 0.011 stating that there is a correlation between father's education level and severity of dengue virus infection. And also obtained the value of p = 0.002 stating that there is a correlation between mother's education level and severity of dengue virus infection.Keywords: education level, dengue virus infection, children. Abstrak: Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya aegipty dan Stegomiya albopictus, di Indonesia dengan serotype DEN-3 yang paling dominan. Terdapat beberapa faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yaitu faktor agent, vektor perantara, faktor host dan faktor lingkungan. Pencegahan diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan keparahan infeksi virus dengue. Pencegahan berkaitan dengan faktor host yaitu pengetahuan, sikap, perilaku serta tindakan yang dilakukan dan salah satu faktor yang memengaruhi hal tersebut yaitu tingkat pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan keparahan infeksi virus dengue pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif dengan pendekatan potong lintang, data diperoleh dengan cara mengumpulkan data rekam medik sebagai data sekunder. Data dianalisis dengan uji korelasi Gamma, diperoleh nilai p = 0,011 yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah dan keparahan infeksi virus dengue. Dan diperoleh juga nilai p = 0,002 yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan keparahan infeksi virus dengue. Kata kunci: tingkat pendidikan, infeksi virus dengue, anak
Hubungan kadar asam lemak dengan fungsi hati pada remaja obes Pasaribu, Eca D.Y.; Warouw, Sarah M.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14494

Abstract

Abstract: Obesity has reached epidemic proportion globally. Obesity is the risk factors to various diseases and early death. Being obese in adolescents is highly risky to become obese in adults and potentially have metabolic diseases and degenerative diseases later. Early detection of the changes in liver function is crucial in obese adolescents. The prevelation of non-alcoholic fatty liver disease increase simultaneously as the increase of the number of obesity in children and adolescents. This study was aimed to obtain the correlation of fatty acid level and liver function in obese adolescents. This was an observational study with a cross sectional design. Population was male and female obese students aged 13-15 years in Tomohon. Anthopometry value, trygliceride level, and the serum marker of liver function (AST and ALT) were examined. The respondents fasted for 10 to 12 hours before the blood examination. There were 39 obese adolescents as samples. The result of the Pearson Correlation test showed a positive correlation between trygliceride level and AST level but not statistically significant (r=0.048, p=0.772) and a positive correlation between trygliceride level and ALT level but not statistically significant (r=0.068, p=0.679). Conclusion: There was a a positive correlation between the fatty acid level and the liver function in obese adolescents,however, it was not statistically significant.Keywords: obesity, adolescents, trygliceride, AST, ALT Abstract: Obesitas telah mencapai proporsi epidemik global. Obesitas merupakan predisposisi terhadap penyakit dan kematian dini akibat berbagai penyakit. Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyakit metabolik dan penyakit degeneratif di kemudian hari. Deteksi dini adanya perubahan fungsi hati penting dilakukan pada anak obes. Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkoholik meningkat bersamaan dengan meningkatnya obesitas pada anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar asam lemak dan fungsi hati pada remaja obes. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Populasi ialah siswa-siswi remaja obes berusia 13-15 tahun di Kota Tomohon. Dilakukan pengukuran antopometri, pemeriksaan trigliserida, dan serum penanda fungsi hati (AST dan ALT). Sampel penelitian berjumlah 39 remaja obes. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif antara kadar trigliserida dengan kadar AST namun tidak bermakna secara statistik (r=0,048, p=0,772) dan terdapat pula hubungan positif antara kadar trigliserida dengan ALT namun tidak bermakna secara statistik (r=0,068, p=0,679). Simpulan: Terdapat hubungan positif antara kadar asam lemak dengan fungsi hati pada remaja obes namun tidak bermakna secara statistik. Kata kunci: obesitas, remaja, trigliserida, AST, ALT
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP HEPATITIS B DI RSUP PROF. R. D. KANDOU MANADO Hutapea, Elia A. P.; Umboh, Adrian; Wilar, Rocky; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 2, No 3 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.2.3.2014.5745

Abstract

Abstract: Hepatitis is the process of inflammation and or necrosis of liver tissue that can be caused by infections, drugs, toxins, metabolic disorders, and autoimmune disorders. Hepatitis is a world problem as it attacks billion of people, especially in developing countries. Based on Indonesia’s Health Profile, the coverage of hepatitis B immunization in Indonesia is around 59.19%, but the incidence of hepatitis B in various areas is still growing every year. WHO states that, Indonesia is included in a group with moderate and severe epidemic. Wiharta and friends reports that in Jakarta, there is 1 in 20 pregnant women that has positive HBsAg and the sufferer has high infectiousness. It requires proper knowledge of public health from the officers such as doctors, nurses, and co-ass to reduce the number of mortality due to these diseases. The purpose of this study is to acknowledge the comprehension description of health officers and it’s relation to education, training, and work experience at Prof. R. D. Kandou hospital, Manado. Methods: This study is conducted using a cross sectional design with observational approach, in this case it is done by observation and questionnaires. Data analysis used in this study is univariate analysis. Samples of 60 people. Results: In the results obtained from 60 health officers, there are 56 people of them have good knowledge on hepatitis B. As for the other health officers with sufficient knowledge on Hepatitis B consists of 4 people. Conclusion: Health officers at Prof. R D Kandou hospital have a good knowledge on hepatitis B. Keywords: Knowledge, Hepatitis B, Health Officer, Mortality.   Abstrak: Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Hepatitis adalah masalah dunia karena menyerang miliaran manusia, terutama di negara berkembang.Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, cakupan imunisasi hepatitis B di Indonesia sebesar 59,19%, namun angka kejadian hepatitis B di berbagai daerah masih meningkat setiap tahunnya. WHO menyatakan  bahwa, Indonesia termasuk kelompok daerah dengan epidemisitas sedang dan berat. Wiharta dkk. melaporkan, di Jakarta 1 di antara 20 ibu hamil mengandung HBsAg positif dan pengidap tersebut mempunyai daya tular tinggi. Untuk itu diperlukan pengetahuan dari petugas kesehatan seperti dokter umum, perawat, dan co-ass untuk menekan angka morbilitas dari penyakit ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas kesehatan dan hubungan penegtahuan petugas kesehatan yaitu tentang pendidikan, pelatihan, dan  pengalaman kerja di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan observasional, dalam hal ini dilakukan dengan pengamatan dan pengisian kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Sampel berjumlah 60 orang. Hasil: Darihasilyang didapatkan dari 60 orang petugas kesehatan terdapat 56 orang yang memiliki pengetahuan baik tentang Hepatitis B. Sedangkan untuk petugas kesehatan dengan penegetahuan yang cukup terhadap Hepatitis B berjumlah 4 orang. Simpulan: Petugas kesehatan di RSUP Prof. R.D.Kandou memiliki pengetahuan yang baik terhadap penyakit Hepatitis B. Kata kunci: Pengetahuan, Hepatitis B, Petugas Kesehatan, Morbilitas.
Gambaran hasil pemeriksaan fungsi hati pada anak dengan infeksi dengue periode Januari 2011-Oktober 2016 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Saudo, Rindah M.; Rampengan, Novie H.; Mandei, Jose M.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14476

Abstract

Abstract : Dengue infection still one of the global health problem. Hepatic dysfunction is common in dengue infection and the spectrum of liver dysfunction in children with dengue infection is wide and has been associated with disease severity. Hepatic dysfunction can be measured with aminotransferase levels. Significant rise of aminotransferase level helps in recognition of severe form of dengue infection. This study aimed to obtain the profile of aminotransferase levels of children diagnosed with dengue infection. This was a descriptive retrospective study using medical record data of patients in Pediatrics Department Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado. There were 432 patients with dengue infection during the period 2011-2016. Patients performed liver function test were 222 patients, however, only 183 patients that meet the inclusion criteria. All cases were grouped into Dengue Fever (DF), Dengue hemorrhagic fever (DHF) and Dengue shock syndrome (DSS) according to WHO criteria. Most patient diagnosed with DSS. Aminotransferase levels rise more significant in DSS and DHF group compared to DF group. AST was elevated more than ALT.Keywords: dengue infection, children, liver function, AST, ALT Abstrak: Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan global. Disfungsi hati umum ditemukan pada infeksi dengue dan spektrum disfungsi hati pada anak dengan infeksi dengue luas dan berkaitan dengan keparahan penyakit. Disfungsi hati dapat diukur dengan kadar aminotransferase. Peningkatan signifikan kadar enzim transaminase dapat membantu mengenali infeksi berat virus dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan fungsi hati pada anak dengan infeksi dengue. Penelitian ini adalah penelitian deskritif retrospektif dengan menggunakan data rekam medik pasien di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sebanyak 432 pasien infeksi virus dengue periode 2011-2016 dan yang diperiksa fungsi hati sebanyak 222 pasien, namun hanya 183 pasien yang memenuhi kriteri inklusi. Semua kasus dikelompokkan menjadi Demam Dengue (DD), Demam berdarah dengue (DBD), dan Sindroma Syok Dengue (SSD). Pasien terbanyak adalah pasien SSD. Peningkatan kadar enzim aminotransferase lebih signifikan pada kelompok SSD dan DBD dibandingkan DD. SGOT meningkat lebih tinggi dibandingkan SGPT. Kata kunci: infeksi dengue, anak, fungsi hati, AST, ALT
Profil HIV/AIDS di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2018 Sumampouw, Yurissco B.; Rampengan, Novie H.; Mantik, Max F. J.
e-CliniC Vol 8, No 1 (2020): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.8.1.2020.27189

Abstract

Abstract: Human immunodeficiency virus (HIV) infection and acquired immunodpeficiency syndrome (AIDS) are health problems worldwide. Risk factors that are supposed to increase the incidence of HIV/AIDS include perinatal, homosexual, heterosexual, pattern of sexual relation, family with positive HIV/AIDS sufferers who do not use protective equipment, and injection drug users. This study was aimed to determine the profile of HIV/AIDS at the Department of Pediatrics Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This was a descriptive and retrospective study using data of Voluntary Counseling Test (VCT) from January 2009 to December 2018. The results showed that there were 75 patients, most were 13-18 years (32%) and male sex (50.67%). The most common transmission was perinatal transmission (68%). Stage III had the highest percentage (80%). First-line therapy was found as the most common (68%), albeit 23 patients (30.7%) had not received ARV therapy. There were 28 patients (37.33%) who lived with HIV/AIDS. In conclusion, the highest prevalence of HIV was in 2018 and the most common patients were male, aged 13-18 <18 years, and had perinatal transmission. and 28 children living with HIV. Some patients still lived with HIV/AIDS.Keywords: human immunodeficiency virus, acquired immunodeficiency syndrome Abstrak: Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan di dunia. Faktor-faktor risiko yang diperkirakan meningkatkan angka kejadian HIV/AIDS antara lain: perinatal, homoseksual, heteroseksual, pola hubungan seks, keluarga dengan pengidap HIV/AIDS positif yang tidak menggunakan pelindung, dan pemakai alat suntik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil HIV-AIDS di Bagiaan Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Penelitian ini menggunakan data dari Voluntary Counseling Test (VCT) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado selama Januari 2009-Desember 2018. Hasil penelitian mendapatkan 75 pasien dan yang terbanyak ialah usia 13-18 tahun (32%), dan jenis kelamin laki-laki (50,67%). Penularan terbanyak ialah perinatal (68%) Stadium terbanyak ialah stadium III (80%) dan terapi lini I yang terbanyak (68%) namun terdapat 23 pasien (30,7%) yang belum mendapatkan terapi ARV. Terdapat 28 pasien (37,33%) yang hidup dengan HIV/AIDS. Simpulan penelitian ini ialah prevalensi tertinggi HIV pada tahun 2018 dan pasien yang terbanyak berjenis kelamin laki-laki, usia 13-<18 tahun, dengan penularan perinatal. Sebagian pasien hidup dengan HIV/AIDS.Kata kunci: human immunodeficiency virus, acquired immunodeficiency syndrome
Hubungan Status Gizi dan Gangguan Tidur pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Tikala Manado Simarmata, Inrike Y.S.; Mantik, Max F.J.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18569

Abstract

Abstract: Undernutrition problem is still widespread in developing countries, including Indonesia. On the other hand, overnutrition which is the nutritional problem in developed country, is beginning to flourish in the developing countries. The nutrinitonal imbalances might be caused by inappropriate amount of sleep due to inhibition of appetite regulation and changes in hormone production. Some of the nutrients that affect sleep pattern are macronutrients and micronutrients such as vitamin B, calcium, magnesium, and iron. This study was aimed to find out the correlation between nutritional status and sleep disorder. This was an observational analytical survey study with a cross sectional design. This study was conducted at elementary schools at Tikala, Manado using purposive sampling method. Weight and height of the respondents were measured to obtain the nutritional status. Parents were asked to fill the SDSC questionnaire to obtain the sleep disorder status. Of 249 (100%) respondents, 1 respondent (0.4%) categorized as malnutrition; 44 respondents (17,7%) categorized as undernutrition; 129 respondents (52.8%) categorized as normal; 34 respondents (13.7%) categorized as overweight; and 41 respondents (16.5%) categorized as obese. There were 156 respondents (62.7%) had sleep disorder meanwhile 93 respondents (37.3%) had no sleep disorder. The Pearson correlation test showed no significant correlation between nutritional status and sleep disorder (P>0,05). Conclusion: There was no signicant correlation between nutritional status and sleep disorder.Keywords: sleep disturbance, SDSC questionnaire, nutritional status Abstrak: Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia namun masalah gizi lebih yang merupakan masalah gizi di negara maju mulai terlihat juga di negara-negara berkembang. Ketidakseimbangan gizi dapat disebabkan tidak sesuainya jumlah tidur dikarenakan dihambatnya regulasi nafsu makan dan perubahan produksi hormon. Beberapa nutrisi yang dikaitkan memengaruhi tidur ialah makronutrien dan mikronutrien seperti vitamin B, kalsium, magnesium, dan zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara status gizi dan gangguan tidur. Jenis penelitian survei analitik observasional dengan desain potong lintang yang dilakukan di Sekolah Dasar di Kecamatan Tikala Manado menggunakan purposive sampling. Dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status gizi dan pengisian kuesioner SDSC oleh orang tua untuk mengetahui status gangguan tidur. Dari 249 (100%) responden, 1 anak (0,4%) masuk dalam kategori gizi buruk, 44 anak (17,7%) masuk kategori gizi kurang, 129 anak (51,8%) masuk dalam kategori gizi normal, 34 anak (13,7%) masuk kategori overweight, dan 41 anak (16,5%) masuk kategori obesitas. Sebanyak 156 anak (62,7%) mengalami gangguan tidur sedangkan 93 anak (37,3%) tanpa gangguan tidur. Uji korelasi Pearson tidak mendapatkan hubungan bermakna antara status gizi dan gangguan tidur (P >0,05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dan gangguan tidur.Kata kunci: status gizi, gangguan tidur, kuesioner SDCS
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN BERAT RINGANNYA CAMPAK PADA ANAK Liwu, Teressa S.; Rampengan, Novie H.; Tatura, Suryadi N. N.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10961

Abstract

Abstract: Appendicitis is an inflammation of vermiform appendix. Acute inflammation of the appendix needs to be treated immediately to prevent fatal complications. The incidence among females and males is slightly comparable, however, the incidence is higher among males than females in the age range between 20-30 years. The fundamental clinical decision in the diagnosis of a patient with suspected appendicitis is whether to do an operation or not. The meaningful evaluation of acute appendicitis balances early operative intervention to prevent operative risks. This study aimed to obtain the incidence of appendicitis at Prof. Dr. R.D Kandou Hosiptal Manado from October 2012 to September 2015. This was a  retrospective descriptive study using data of the Department of Medical Record Prof. Dr. R.D Kandou Manado Hospital. The results showed that there were 650 patients. Most patients had acute appendicitis as many as 412 patients (63%) meanwhile chronic appendicitis was found in 38 patients (6%). Of 650 patients, 200 patients had complications; 193 patients (30%) with perforated appendicitis and 7 patients (1%) with appendicular mass. The most frequent age group to develop appendicitis was 20-29 years. The number of male patients was higher than the females. Keywords: appendicitis, incidence  Abstrak: Apendisitis adalah adanya peradangan pada apendiks vermiformis. Peradangan akut pada apendiks memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Insidens pada perempuan dan laki-laki umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun insidens pada laki-laki lebih tinggi. Keputusan klinis mendasar dalam mendiagnosis pasien dengan dugaan apendisitis ialah apakah perlu dilakukannya operasi atau tidak.  Evaluasi yang baik dari kasus apendisitis akut dapat mengurangi intervensi untuk operasi awal, dengan harapan dapat mengurangi risiko operasi yang tidak diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D, Kandou Manado periode Oktober 2012 – September 2015. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data di Bagian Rekam Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode Oktober 2012 – September 2015 terdapat 650 pasien. Jumlah pasien terbanyak ialah apendisitis akut yaitu 412 pasien (63%) sedangkan apendisitis kronik sebanyak 38 pasien (6%). Dari 650 pasien, yang mengalami komplikasi sebanyak 200 pasien yang terdiri dari 193 pasien (30%) dengan komplikasi apendisitis perforasi dan 7 pasien (1%) dengan periapendikuler infiltrat. Kelompok umur tersering yang menderita apendisitis ialah 20-29 tahun. Jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Kata kunci: apendisitis, angka kejadian
Profil Anak Dengan Sepsis dan Syok Sepsis yang dilakukan Kultur Darah Periode Januari 2010-Juni 2015 DI RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Supit, Prily; Mandei, Jose M.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10982

Abstract

Abstract: Sepsis and septic shock is a medical emergency that needs to be treated immediately in order to reduce mortality. Both of these circumstances are often found in the hospitals. The gold standar of diagnosis is the finding of bacteria in the blood through a blood culture examination. Clinicians need to ensure that antibiotics are used effectively against the germ that causes sepsis. This study aimed to obtain the profile of blood cultures of children diagnosed as sepsis or septic shock. This was a descriptive retrospective study using medical record data of patients in Pediatrics Department Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. There were 146 patients with sepsis and septic shock during the period of 2010-2015. Patients performed blood culture examination on them were as many as 33 children, however, the data only showed the results of 21 patients. Most patient aged <1 year , male gender. The types of germs frequently found were Citrobacter difesus, Staphylococcus aureus, and Enterobacter aerogenes. Most germs were sensitive to antibiotics ampicillin sulbactam and levofloxacin.Keywords: sepsis, septic shock, children, blood culture  Abstrak: Sepsis dan syok sepsis merupakan kedaruratan medik yang perlu mendapatkan penanganan yang segera untuk dapat menurunkan angka kematian. Kedua keadaan ini merupakan hal yang sering ditemukan dirumah sakit. Standar baku diagnosis sepsis ialah ditemukannya bakteri dalam darah melalui pemeriksaan kultur darah. Dalam terapi, klinisi perlu memastikan bahwa antibiotik yang digunakan efektif dalam mengatasi kuman penyebab sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kultur darah pada anak yang di diagnosis sepsis dan syok sepsis sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan sepsis. Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif. Sebanyak 146 pasien sepsis dan syok sepsis periode tahun 2010 – tahun 2015 dan yang dilakukan pemeriksaan kultur sebanyak 33 anak, namun hasil kultur yang tercantum dalam rekam medik hanya 21 pasien. Pasien terbanyak berusia <1 tahun, jenis kelamin laki-laki. Jenis kuman penyebab yang paling sering yaitu Citrobacter difersus , Staphylococcus aureus, dan Enterobacter aerogenes, dan umumnya sensitif terhadap antibiotik ampicillin sulbactam, dan levofloxacin.Kata kunci: sepsis, syok sepsis, anak, kultur darah
Hubungan kelahiran prematur dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode tahun 2013-2014 Binalole, Vivi N.; Kaunang, Erling D.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11002

Abstract

Abstract: Preterm birth is all births before 37 completed weeks of gestation since the first day of a woman's last menstrual period. In the maturation of all organs of preterm birth has not been achieved so well that it may cause disruption, one of them is called the heart of congenital heart disease. Congenital heart disease is a problem with the heart's structure and function that is present at birth. The study aimed is to examine the relationship between preterm birth with congenital heart disease. This studied was conducted using observational analytic study design with a retrospective approach. The studied sample was children who were born Preterm in the Section of Child Health Prof. Dr R. D Kandou Manado diagnosed with congenital heart disease in 2013-2014. The study population numbered 353 children born prematurely, the sample fulfilled inclusion criteria are children born prematurely with CHD totaling 35 samples, and 30 samples were taken comparators. The assay used in this study is the Fisher Exact Test, produces a value p = 0.011 <α = 0.05, which indicates there is a significant relationship between preterm birth with congenital heart disease. Conclusion: There was a significant relationship between preterm birth with congenital heart disease.Keywords: Preterm birth, congenital heart diseaseAbstrak: Kelahiran prematur adalah semua kelahiran sebelum 37 minggu masa kehamilan sejak hari pertama haid terakhir seorang wanita. Pada kelahiran prematur kematangan semua organ belum tercapai dengan baik sehingga dapat menyebabkan gangguan, salah satu diantaranya yaitu jantung yang disebut PJB. Penyakit jantung bawaan (PJB) sendiri adalah permasalahan pada struktur jantung yang tampak setelah kelahiran. Tujuan penelititan ini adalah mengetahui hubungan antara kelahiran prematur dengan penyakit jantung bawaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian yaitu anak yang lahir prematur di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang terdiagnosis PJB pada tahun 2013-2014. Populasi penelitian berjumlah 353 anak yang lahir prematur, sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yaitu anak yang lahir prematur dengan PJB berjumlah 35 sampel, dan diambil 30 sampel pembanding . Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Fisher Exact, menghasilkan nilai p = 0,011 < α = 0,05, yang menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kelahiran prematur dengan PJB. Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara kelahiran prematur dengan PJB.Kata kunci: Kelahiran prematur, PJB