Erling D. Kaunang
Universitas Sam Ratulangi

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN NON SIANOTIK Sondakh, Meyrina E.; Kaunang, Erling D.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i3.9519

Abstract

Abstract: Congenital Heart Disease (CHD) is a disorder that is commonly found. The incidence of CHD in the world is 8-10 among 1,000 births. Although children with mild or moderate CHD usually have normal growth and development, the presence of CHD can result in physical growth retardation. This study aimed to obtain the difference of nutritional status among children with cyanotic and non-cyanotic CHD. This study was a retrospective analytical study with a cross sectional design. This study was conducted at the Child Health Department Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data of children treated with CHD from 2009-2014 included age, gender, weight, height, and nutritional status. Data were analyzed with Chi-Square test. Of 55 samples, there were 34 boys and 21 girls. The results showed that the most suffered CHD was ventricular septal defect. There were 54.5% of patients with good enough nutrition, 25.5% with malnutrition, and 16.4% with severe malnutrition. The Chi-Square test obtained a P-value of 0.464 (> 0.050) which indicated that there was no difference in nutritional status among children with cyanotic and non-cyanotic CHD. Conclusion: According to the study there was no difference in nutritional status between cyanotic and non-cyanotic congenital heart disease.Keywords:nutritional status, congenital heart disease, cyanotic, non-cyanoticAbstrak: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan yang cukup banyak ditemukan. Insidensi PJB di dunia 8-10 di antara 1.000 kelahiran. Anak dengan PJB yang tidak begitu parah biasanya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi adanya PJB dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan jasmani penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi pada anak dengan PJB sianotik dan non sianotik. Penelitian ini menggunakan metode retrospektif analitik dengan desain potong lintang dan dilaksanakan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data diambil dari semua anak yang dirawat dengan PJB tahun 2009-2014 meliputi umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan status gizi anak. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Jumlah sampel 55 anak terdiri dari 34 lelaki dan 21 perempuan. Jenis PJB terbanyak yang diderita ialah ventricular septal defect. Penderita dengan gizi cukup 54,5%; gizi kurang 25,5%; dan gizi buruk 16,4%. Dengan uji Chi-Square, didapatkan nilai P 0,464 (< 0,050) yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan status gizi antara anak dengan PJB sianotik dan non sianotik. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan status gizi antara penyakit jantung bawaan sianotik dan non sianotik.Kata kunci: status gizi, penyakit jantung bawaan, sianotik, nonsianotik
Gambaran karakteristik gagal jantung pada bayi baru lahir di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode tahun 2013-2015 Gautama, Reggie C.; Kaunang, Erling D.; Tatura, Suryadi N.N.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14351

Abstract

Abstract: Heart failure is one of the cardiovascular diseases to be the focus of attention. This study was aimed to obtain the characteristics of heart failure in newbornsat Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2013-2015. This was a retrospective descriptive study with a cross-sectional design using data of medical records in Department of Pediatrics and Medical Records Center of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The results showed that there were 22 samples consisted of males 55% and females45%.Clinical manifestations were as follows: fever (68%), cyanosis (64%), and breathing difficulty (45%). The physical examinations that were taken into account were vital signs (pulse: 152.86 x/minute; respiration rate: 70.59 x/minute; body temperature: 36.86°C), anthropometry (body weight: 3495.45 grams), head examination (anemic conjunctiva: 9%; icteric sclera: 42%), lung examination (retraction: 95%, ronchi: 14%), and heart examination (pansystolic murmur: 82%; systolic ejection murmur: 14%). The supportive workups that were taken into account included echocardiography (VSD: 68%; ASD: 9%; ASD and VSD: 9%; other congenital heart diseases: 14%), chest X-ray (normal: 91%; infiltrate spots in both lungs: 9%), and laboratory tests (low Ht count 45%; low Hb count 55%; low platelet count 68%; high leukocyte count 73%; high level of total bilirubin 77%; high level of direct bilirubin 73%; electrolytes (within normal limit: calcium 50%; sodium 46%, potassium 68%; and chloride 54%). Conclusion: In this study, the most dominant gender was male, and the clinical manifestations as follows: fever, cyanosis, and breathing difficulty; physical examination as follows: tachycardia, tachypnea, hypothermia, hyperthermia, icteric sclera, prominent retraction, and pansystolic murmur. Meanwhile, in the supportive workups the most common manifestations were VSD in echocardiography, and the laboratory tests as follows: decreased hematocrit count, hemoglobin, and platelets, and increased leukocyte count, and total and direct bilirubin levels. Keywords: characteristics, heart failure, newborn infant Abstrak: Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi fokus perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita gagal jantung pada bayi baru lahir di RSUP Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2013-2015.Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang menggunakan data rekam medik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Pusat Rekam Medik RSUP Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 22 sampel, terdiri dari sampel laki-laki sebanyak 55% dan perempuan 45%. Gambaran klinis berupa demam (68%), sianosis (64%) dan sesak napas (45%). Pemeriksaan fisik yang dinilai berupa tanda vital (nadi: 152,86x/menit; respirasi: 70,59x/menit; suhu: 36,860C), antropometri (berat badan: 3495,45 gram), pemeriksaan kepala (konjungtiva anemis: 9%; sklera ikterik: 42%), pemeriksaan paru-paru (retraksi: 95%; rhonki: 14%) dan pemeriksaan jantung (bising pansistolik: 82%; bising;ejeksi sistolik: 14%). Pemeriksaan penunjang ialah ekokardiografi (VSD: 68%; ASD: 9%; ASD dan VSD: 9%; PJB lainnya: 14%), foto toraks (normal: 91%; bercak infiltrat pada kedua lapang paru: 9%) dan pemeriksaan laboratorium (Ht rendah 45%; Hb rendah 55%; trombosit rendah 68%)leukosit tinggi 73%; kadar bilirubin total tinggi (77%); kadar bilirubin direk tinggi (73%); elektrolit (dalam batas normal: kalsium (50%), natrium (46%), kalium (68%), dan klorida (54%)) normal). Simpulan: Dalam studi ini yang terbanyak ditemukan ialah jenis kelamin laki-laki, temuan klinis demam, sianosis dan sesak napas, pemeriksaan fisik takikadia, takipneu, hipotermi dan hipertermi, sklera ikterik, retraksi, dan bising pansistolik.Pada pemeriksaan penunjang terbanyak ditemukan ialah VSD pada ekokardiografi dengan hasil laboratorium penurunan hematokrit, hemoglobin, dan trombosit serta peningkatan leukosit, bilirubin total, dan direk.Kata kunci: karakteristik, gagal jantung, bayi baru lahir
Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pemberian Asi pada Bayi yang Dirawat pada Beberapa Fasilitas Kesehatan di Kota Manado Deafira, Angel; Wilar, Rocky; Kaunang, Erling D.
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18524

Abstract

Abstract: Breast milk is the first natural food for the baby that provides all the energy and nutrients the baby needs for the first months of life. Studies show that breastfeeding is influenced by several factors, internal and external. This study was aimed to determine the factors that influence the success of breastfeeding in infants at several health facilities in Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. By using consecutive sampling method, 96 respondents were obtained according to inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed by using SPSS 16. The results showed several related factors to directly breastfeeding, as follows: mother age of 20-35 years old in 26 respondents (26.8%); experience of breastfeeding in 24 respondents (24.7%); low income in 26 respondents (26.8%); support of health officer in 21 respondents (21.6%); husband support in 36 respondents (37.1%); good psychological condition of mother in 36 respondents (37;1%); good maternal knowledge of breast milk in 21 respondents (21.6%); unemployed mother in 32 respondents (33%); and not exposed to incessant promotion of formula milk in 27 respondents (27.8%). Conclusion: The factors that influenced the success of breastfeeding in infants were: mother age of 20-35 years old, psychological factor of mother, maternal knowledge about breastfeeding, unemployed mother, and not exposed to the promotion of infant formula.Keywords: breast milk, breastfeeding, postpartum mother Abstrak: ASI ialah makanan pertama alami bagi bayi yang menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupan. Berbagai studi menunjukkan pemberian ASI di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI pada bayi yang dirawat di beberapa fasilitas kesehatan di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Dengan menggunakan metode consecutive sampling, didapatkan 96 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data diolah dengan menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal berkaitan dengan pemberian ASI secara langsung, yaitu: usia ibu 20-35 tahun pada 26 responden (26,8%); adanya pengalaman menyusui pada 24 responden (24,7%); penghasilan ibu rendah pada 26 responden (26,8%); adanya dukungan petugas kesehatan pada 21 responden (21,6%); adanya dukungan suami pada 36 responden (37,1%); tidak terguncangnya faktor psikologis ibu pada 36 responden (37,1%); pengetahuan ibu yang tinggi terhadap ASI pada 21 responden (21,6%); ibu dengan status tidak bekerja pada 32 responden (33%); dan ibu yang tidak terpapar gencarnya promosi susu formula pada 27 responden (27,8%). Simpulan: Faktor- faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI pada bayi ialah usia ibu 20-35 tahun, pengalaman menyusui, penghasilan ibu rendah, dukungan petugas kesehatan, dukungan suami, faktor psikologis ibu yang tidak terganggung, pengetahuan ibu yang tinggi tentang ASI, ibu dengan status tidak bekerja, serta ibu yang tidak terpapar oleh gencarnya promosi susu formula.Kata kunci: ASI, faktor keberhasilan pemberian ASI, ibu pasca melahirkan
TETRALOGI FALLOT DAN ATRESIA PULMONAL Supit, Alice I.; Kaunang, Erling D.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.1205

Abstract

Abstract: Congenital heart disease is a structural defect due to the malformation of the heart, aorta, and or great blood vessels. It is the most frequent congenital malformation in newborn babies. Tetralogy of Fallot is one of the congenital heart diseases (CHD) with central cyanosis, and covers 5-10% of all CHD. We reported a boy of one year old with Tetralogy of Fallot and pulmonal atresia (ToF-PA), associated with bronchopneumonia. The diagnosis was based on anamnesis, physical examination, and other supporting examinations. The chest X-ray showed a normal sized heart (CTR 57%) with coer-en-sabot shape, and right and left parahilar infiltration, which resulted in bronchopneumonia and ToF. The electrocardiography showed a right deviation of axis and a hypertrophy of the right ventricle; the echocardiography showed a right ventricle hypertrophy, an over-riding aorta, a large malalignment of the ventricular septal defect, no visualization of pulmonar artery, and no visualization of patent ductus arteriosus (PDA). Conclusion: Based on all the tests performed, the diagnosis of this patient was Tetralogy of Fallot and pulmonal atresia (ToF-PA), associated with bronchopneumonia. The prognosis related to bronchopneumonia in this case was good due to the use of antibiotics. Keywords: tetralogy of Fallot, pulmona atresia, bronchopneumonia.  Abstrak: Penyakit jantung bawaan (PJB) ialah kelainan struktural akibat malformasi jantung, aorta dan atau pembuluh darah besar, dan merupakan kelainan kongenital tersering pada bayi baru lahir. Tetralogi Fallot merupakan salah satu PJB dengan sianosis sentral, dan mencakup 5-10% dari seluruh PJB. Kami melaporkan kasus seorang anak laki-laki berusia satu tahun dengan Tetralogi Fallot dan atresia pulmonal (ToF-PA) disertai bronkopneumonia. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil ekspertisi foto toraks AP memperlihatkan ukuran jantung normal (CTR 57%) berbentuk coer-en-sabot, dan pada paru-paru terlihat infiltrat parahilar kanan dan kiri serta corakan vaskular paru berkurang yang menunjukkan suspek bronkopneumonia dan ToF. Elektrokardiografi memperlihatkan deviasi aksis ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan, dan pada ekokardiografi tampak right ventricle hypertrophy, overriding aorta, VSD malalignment besar, tidak tampak visualisasi arteri pulmonal, dan tidak tampak patent ductus arteriosus (PDA) dengan hasil Tetralogi Fallot dan atresia pulmonal. Simpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, diagnosis pasien ini ialah Tetralogi Fallot dan atresia pulmonal (ToF-PA) disertai bronkopneumonia. Prognosis bronkopenumonia pada kasus ini baik yang dapat diatasi dengan antibiotika.Kata kunci: tetralogi Fallot, atresia pulmonal, bronkopneumonia.  
Gambaran Penyakit Jantung Bawaan di Neonatal Intensive Care Unit RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2013 - 2017 Manopo, Berry R.; Kaunang, Erling D.; Umboh, Adrian
e-CliniC Vol 6, No 2 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v6i2.22124

Abstract

Abstract: Congenital heart disease (CHD) is a structural heart defect that results from abnormal embryological heart development, or persistence of some parts of the fetal circulation at birth. Congenital heart disease is divided into two categories, namely non-cyanotic congenital heart disease and cyanotic congenital heart disease. Congenital heart disease is caused by interactions between predisposing exogenous factors and endogenous factors. This study was aimed to obtain the profile of CHD in the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in the period 2013 - 2017. This was a retrospective descriptive study using medical record data of patients suffering from CHD in NICU from 2013 to 2017. The results showed that there were 27 patients suffering from CHD consisting of 24 non-cyanotic CHD patients (88.89%) and 3 cyanotic CHD patients (11.11%), and the highest incidence was Atrial Septal Defect (ASD) as many as 17 babies (62.96%). Congenital heart disease was more common in males as many as 18 babies (66.67%). In this study, the clinical symptoms oftenly found was shortness of breath (48.15%) and the most common diagnosis was pneumonia (48.15%). Conclusion: The most common CHD was non-cyanotic CHD. The most commonly found defect was ASD. Clinical symptoms that often arised was shortness of breath, pneumonia was the most common comorbid diagnosis, and the dominant gender of CHD was male.Keywords: non-cyanotic CHD, cyanotic CHD, atrial septal defect Abstrak: Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan defek jantung struktural yang terjadi akibat perkembangan jantung embriologis yang abnormal, atau persistensi dari beberapa bagian dari sirkulasi fetus saat lahir. Penyakit ini dibagi menjadi dua kategori yaitu penyakit jantung bawaan non sianosis dan yang sianosis. Penyakit jantung bawaan disebabkan oleh interaksi antara predisposisi faktor eksogen dan faktor endogen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penyakit jantung bawaan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2013-2017. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medik pasien yang menyandang penyakit jantung bawaan di NICU periode 2013-2017. Hasil penelitian mendapatkan dari 27 pasien dengan PJB, ditemukan PJB non sianotik berjumlah 24 bayi (88,89%) dan PJB sianotik berjumlah 3 bayi (11,11%) dengan angka kejadian terbanyak pada atrial septal defek (ASD) berjumlah 17 bayi (62,96%). Penyakit jantung bawaan paling banyak terjadi pada bayi yang berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 18 bayi (66,67%). Gejala klinis yang sering muncul ialah sesak napas (48,15%) dan diagnosis penyerta terbanyak yaitu pnemonia (48,15%). Simpulan: Penyakit jantung bawaan non sianosis merupakan diagnosis terbanyak, jenis ASD, dengan gejala klinis yang sering muncul yaitu sesak napas. Pneumonia merupakan diagnosis penyerta terbanyak. PJB tersering pada jenis kelamin laki-laki.Kata kunci: PJB sianotik, PJB, non sianotik, atrial septal defek
Hubungan kelahiran prematur dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode tahun 2013-2014 Binalole, Vivi N.; Kaunang, Erling D.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11002

Abstract

Abstract: Preterm birth is all births before 37 completed weeks of gestation since the first day of a woman's last menstrual period. In the maturation of all organs of preterm birth has not been achieved so well that it may cause disruption, one of them is called the heart of congenital heart disease. Congenital heart disease is a problem with the heart's structure and function that is present at birth. The study aimed is to examine the relationship between preterm birth with congenital heart disease. This studied was conducted using observational analytic study design with a retrospective approach. The studied sample was children who were born Preterm in the Section of Child Health Prof. Dr R. D Kandou Manado diagnosed with congenital heart disease in 2013-2014. The study population numbered 353 children born prematurely, the sample fulfilled inclusion criteria are children born prematurely with CHD totaling 35 samples, and 30 samples were taken comparators. The assay used in this study is the Fisher Exact Test, produces a value p = 0.011 <α = 0.05, which indicates there is a significant relationship between preterm birth with congenital heart disease. Conclusion: There was a significant relationship between preterm birth with congenital heart disease.Keywords: Preterm birth, congenital heart diseaseAbstrak: Kelahiran prematur adalah semua kelahiran sebelum 37 minggu masa kehamilan sejak hari pertama haid terakhir seorang wanita. Pada kelahiran prematur kematangan semua organ belum tercapai dengan baik sehingga dapat menyebabkan gangguan, salah satu diantaranya yaitu jantung yang disebut PJB. Penyakit jantung bawaan (PJB) sendiri adalah permasalahan pada struktur jantung yang tampak setelah kelahiran. Tujuan penelititan ini adalah mengetahui hubungan antara kelahiran prematur dengan penyakit jantung bawaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian yaitu anak yang lahir prematur di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang terdiagnosis PJB pada tahun 2013-2014. Populasi penelitian berjumlah 353 anak yang lahir prematur, sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yaitu anak yang lahir prematur dengan PJB berjumlah 35 sampel, dan diambil 30 sampel pembanding . Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Fisher Exact, menghasilkan nilai p = 0,011 < α = 0,05, yang menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kelahiran prematur dengan PJB. Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara kelahiran prematur dengan PJB.Kata kunci: Kelahiran prematur, PJB
Gambaran karakteristik gagal jantung pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Anthonius, Agnes A.; Kaunang, Erling D.; Runtunuwu, Ari L.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14345

Abstract

Abstract: Heart failure is the inability of the heart to pump adequate blood that fulfils the metabolic demands of the body, including growth. In Indonesia, it is still difficult to find the prevalence and incidence of heart failure in children. This study was aimed to determine the characteristic features of heart failure in children at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a retrospective descriptive study with a cross-sectional design. Data were obtained from the medical records of pediatric patients with heart failure within the period of January 2013 to August 2016 in the Child Health Department at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. The results showed that there were 69 children with heart failure; the most common were females and age 12-18 years. The most common signs and symptoms were shortness of breath, fever, and cough. Heart murmurs and gallop were frequently found. Hepatomegaly, splenomegaly, ascites and edema of the legs were not commonly found. The electrocardiogram results were mostly sinus rhythm. The echocardiography results were mostly mitral regurgitation. The most common comorbid disease was rheumatic heart disease. Conclusion: At Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, heart failure in children was mostly found among females and age of 12-18 years. Most of the children showed shortness of breath, fever, and cough.Keywords: heart failure, child, characteristic features Abstrak: Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh termasuk pertumbuhan. Di Indonesia sendiri masih sulit menemukan data prevalensi dan insiden gagal jantung pada anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran karakteristik gagal jantung pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deksriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Data penelitian diambil dari rekam medik pasien anak dengan gagal jantung periode Januari 2013 sampai Agustus 2016 di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian mendapatkan 69 anak, terbanyak pada usia 12-18 tahun dan jenis kelamin perempuan. Tanda dan gejala terbanyak ialah sesak napas, demam, dan batuk. Bising jantung dan galop banyak ditemukan. Hepatomegali, splenomegali, ascites dan edema tungkai tidak banyak ditemukan. Hasil elektrokardiogram terbanyak ditemukan ialah irama sinus. Hasil ekokardiografi terbanyak ditemukan ialah regurgitasi mitral. Penyakit penyerta terbanyak ialah penyakit jantung rematik. Simpulan: Gagal jantung anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado terbanyak pada usia 12-18 tahun, jenis kelamin perempuan, dengan gejala klinik sesak napas, demam, dan batuk. Kata kunci: gagal jantung, anak, gambaran karakteristik
Hubungan penyakit jantung bawaan pada anak dengan status pendidikan orang tua Munaiseche, Kimberly; Munayang, Herdy; Kaunang, Erling D.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.13921

Abstract

Abstract: Congenital heart disease (CHD) has an incidence of 30% of all congenital abnormalities. The incidences of CHDs in developed countries and developing countries range from 6-10 cases per 1000 live births, with an average of 8 per 1,000 live births. Education and knowledge of parents play important roles in the treatment of CHD. This study was aimed to determine the relationship between CHD in children and the educational status of parents. This was an analytical observational study with a cross sectional design. Subjects were all children admitted to the Pediatrics Department Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in 2014-2015 due to heart diseases. Data consisted of sex, age, and the last education of the parents. Data were analyzed by using the Chi-Square test. The results showed that there were 100 children with heart diseases consisted of 53 males and 47 females. There were 38 males (52.8%) with positive CHD and the highest percentage of positive CHD was at 7-12 years as many as 17 children (60.7%). Based on education level, most of the children’s fathers were senior high school (42.9%) as well as the children’s mother (53.6%). The Chi-Square showed p= 0.776 and p= 0.532 for the relationships between the fathers’ as well as the mothers’ education levels and congenital heart disease in children. Conclusion: There was no significant relationship between parents’ educational level and congenital heart disease in children.Keywords: congenital heart disease, education. Abstrak: Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan yang sering dijumpai, dengan angka kejadian 30% dari seluruh kelainan bawaan. Insiden PJB dinegara maju maupun negara berkembang berkisar 6-10 kasus per 1000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 8 per 1000 kelahiran hidup. Pendidikan, pengetahuan, dan pekerjaan orang tua berperan penting dalam penanganan PJB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara PJB pada anak dengan status pendidikan orang tua. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ialah semua anak dengan penyakit jantung yang dirawat di Instalasi Rawat Inap di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2014-2015. Data diambil dari Bagian Rekam Medik berupa jenis kelamin anak, usia anak, serta pendidikan terakhir ayah dan ibu. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian mendapatkan jumlah subjek penelitian sebanyak 100 anak terdiri dari 53 anak laki-laki dan 47 anak perempuan. Berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak positif PJB ialah laki-laki sebanyak 38 orang (52,8%). Berdasarkan usia yang terbanyak positif PJB ialah 7-12 tahun sebanyak 17 anak (60,7%). Pendidikan terbanyak ialah SLTA yaitu pada ayah 42,9% dan pada ibu sebesar 53,6%. Uji Chi-Square, mendapatkan p = 0,776 dan p = 0,532 untuk hubungan tingkat pendidikan ayah dan ibu dengan PJB. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan orang tua dengan penyakit jantung bawaan pada anak. Kata kunci: penyakit jantung bawaan, pendidikan
SEPSIS NEONATAL PADA KASUS DEFEK SEPTUM VENTRIKEL Wangko, Loretta C.; Kaunang, Erling D.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.1211

Abstract

Abstract: Neonatal sepsis is a clinical syndrome characterized by signs and symptoms of infection, with or without bacteriemia, that occurs in the first month of life. Neonatal sepsis is still a main factor of morbidity and mortality in newborns. We reported a case of a male newborn with septic risks: viscous amniotic fluid with a bad odour, maternal intrapartum fever (≥380C), urinary tract infection, and fluor albus. A chest x-ray showed some infiltration in the left paracardial region and a normal heart; and was interpreted to be pneumonia. A working diagnosis was an aterm neonatus with neonatal sepsis and neonatal pneumonia. Ventricle septal defect (VSD) without congestive heart signs was diagnosed by using an echocardiography. The patient was treated for a neonatal sepsis and given antibiotics from the first day of admission due to the neonatal septic signs. During observation, the patient was getting better, and his activities and reflexes improved without dyspnea. Conclusion: Based on all the tests performed, the diagnosis of this patient was neonatal sepsis, VSD, and pneumonia neonatal. The prognosis related to neonatal pneumonia in this case was good due to the early use of antibiotics. The prognosis of a small perimembrane VSD is dubia ad bonam because in 50% of cases it can spontaneously oclude in the second year. Keywords: newborn, sepsis, pneumonia, ventricle septal defect.   Abstrak: Sepsis neonatal ialah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh gejala dan tanda-tanda infeksi dengan atau tanpa diikuti oleh bakteremia yang terjadi pada bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatal masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Kami melaporkan kasus bayi laki-laki baru lahir dengan resiko sepsis yaitu:cairan ketuban kental dan berbau busuk, demam intrapartum maternal (>38oC), infeksi saluran kencing, dan keputihan. X-foto toraks memperihatkan adanya infiltrat di parakardial kiri, jantung dalam batas normal, dan diinterpretasi sebagai pneumonia. Diagnosis kerja ialah neonatus cukup bulan, sepsis neonatal, dan pneumonia neonatal. Diagnosis defek septum ventrikel (DSV) ditegakkan melalui ekokardiografi tanpa tanda-tanda gagal jantung kongestif. Pasien diberikan penanganan sepsis dan pemberian terapi antibiotik empiris sejak hari pertama perawatan karena secara klinis telah ditemukan tanda-tanda sepsis neonatal. Selama observasi, pasien memperlihatkan perbaikan yang nyata dimana aktivitas dan refleks membaik tanpa disertai sesak napas. Simpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, diagnosis yang ditegakkan ialah sepsis neonatal disertai DSV dan pneumonia neonatal. Prognosis pneumonia neonatal kasus ini baik oleh karena pemakaian antibiotika sejak dini. Prognosis DSV kecil perimembran ialah dubia ad bonam karena 50% dapat menutup spontan pada usia dua tahun. Kata kunci: bayi baru lahir, sepsis, pneumonia, defek septum ventrikel.