Achmad Fadlil Abidillah
Universitas Airlangga

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Productive Waqf Model as an Alternative for Village-Owned Enterprises Business (BUMDs) Expansion Achmad Fadlil Abidillah
EKONOMIKA SYARIAH : Journal of Economic Studies Vol 5, No 2 (2021): July - December 2021
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/es.v5i2.4826

Abstract

This paper aims to create a scientific framework of productive waqf as an alternative financing of business expansions for BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). The design of this research is a literature study on theories related to waqf, productive waqf, and rural development. This study finds literacy facts that waqf is a financial source commonly used by Islamic governments in the past. Then, this paper details a concept of productive waqf as an financing alternative to BUMDes’s business expansion, and a systematic model can be formed, which may be a consideration for government policies regarding BUMDes governance, and it is hoped that the application of these findings can provide great benefits for people in rural areas. This finding is expected to be a reference in the framework of scientific thinking in realizing productive waqf as an alternative financing for business expansion from BUMDes and can provide expansive benefits for people in rural areas. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu kerangka ilmiah konsep wakaf produktif sebagai alternatif pembiayaan ekspansi usaha dari BUMDes. Desain penelitian ini adalah studi kepustakaan mengenai teori-teori yang terkait dengan wakaf, wakaf produktif, serta pembangunan pedesaan. Penelitian ini menemukan fakta literasi bahwa wakaf merupakan sumber finansial yang lazim digunakan oleh pemerintahan Islam di masa silam. Oleh karena itu, penelitian ini kemudian memperinci konsep wakaf produktif sebagai alternatif pembiayaan BUMDes, hingga terbentuk suatu model yang sitematis, bisa menjadi pertimbangan kebijakan pemerintah mengenai tata kelola BUMDes. Sehingga model wakaf produktif dapat menjadi pengembangan terhadap jenis usaha yang dijalankan oleh Badan Usaha Milik Desa, dengan berpatokan kepada tujuan dan prinsip wakaf produktif.  Temuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam kerangka berpikir ilmiah dalam mewujudkan wakaf produktif sebagai alternatif pembiayaan ekspansi usaha dari BUMDes dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di pedesaan.
Productive Waqf Model as an Alternative for Village-Owned Enterprises Business (BUMDs) Expansion Achmad Fadlil Abidillah
EKONOMIKA SYARIAH : Journal of Economic Studies Vol 5, No 2 (2021): July - December 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (800.627 KB) | DOI: 10.30983/es.v5i2.4826

Abstract

This paper aims to create a scientific framework of productive waqf as an alternative financing of business expansions for BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). The design of this research is a literature study on theories related to waqf, productive waqf, and rural development. This study finds literacy facts that waqf is a financial source commonly used by Islamic governments in the past. Then, this paper details a concept of productive waqf as an financing alternative to BUMDes’s business expansion, and a systematic model can be formed, which may be a consideration for government policies regarding BUMDes governance, and it is hoped that the application of these findings can provide great benefits for people in rural areas. This finding is expected to be a reference in the framework of scientific thinking in realizing productive waqf as an alternative financing for business expansion from BUMDes and can provide expansive benefits for people in rural areas. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu kerangka ilmiah konsep wakaf produktif sebagai alternatif pembiayaan ekspansi usaha dari BUMDes. Desain penelitian ini adalah studi kepustakaan mengenai teori-teori yang terkait dengan wakaf, wakaf produktif, serta pembangunan pedesaan. Penelitian ini menemukan fakta literasi bahwa wakaf merupakan sumber finansial yang lazim digunakan oleh pemerintahan Islam di masa silam. Oleh karena itu, penelitian ini kemudian memperinci konsep wakaf produktif sebagai alternatif pembiayaan BUMDes, hingga terbentuk suatu model yang sitematis, bisa menjadi pertimbangan kebijakan pemerintah mengenai tata kelola BUMDes. Sehingga model wakaf produktif dapat menjadi pengembangan terhadap jenis usaha yang dijalankan oleh Badan Usaha Milik Desa, dengan berpatokan kepada tujuan dan prinsip wakaf produktif.  Temuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam kerangka berpikir ilmiah dalam mewujudkan wakaf produktif sebagai alternatif pembiayaan ekspansi usaha dari BUMDes dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di pedesaan.
Measuring IHDI in Indonesia and How The Impact of Investment and Government Expenditure Achmad Fadlil Abidillah; Rosida Dwi Ayuningtyas; Mohammadtahir Cheumar
FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2022): 11 Articles, Pages 189-376
Publisher : IAIN Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24952/fitrah.v8i2.5931

Abstract

This research aims to measure Indonesia's Islamic Human Development Index (IHDI) and analyze the effect of domestic investment, foreign direct investment, and government expenditure on Indonesia's IHDI. IHDI is measured by calculating five indicators which are derivatives of maqashid sharia, namely the religion index, life index, family index, science index, and wealth index. Meanwhile, the analytical tool used to determine the effect of domestic investment, foreign direct investment, and government expenditure on IHDI is panel data regression. Observations were made in 34 provinces in Indonesia from 2015 to 2019. IHDI calculations show that Special DI Yogyakarta, North Kalimantan, Riau Islands, East Kalimantan, and DKI Jakarta are the top five provinces with the highest IHDI. Meanwhile, North Sumatra, Papua, East Java, South Sumatra, and East Nusa Tenggara are the five provinces with the lowest IHDI. The regression analysis results show that the IHDI in Indonesia is positively influenced by domestic investment and government expenditure, while foreign direct investment does not affect the IHDI in Indonesia.