Bambang Purwanto
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Neutrophil to Lymphocyte Ratio within Clinical Staging of Head and Neck Squamous Cell Carcinoma Orlena Dharmantary Kartika; Bambang Purwanto; Yussy Afriani Dewi
Althea Medical Journal Vol 6, No 4 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15850/amj.v6n4.1688

Abstract

Background: Neutrophil to lymphocyte ratio (NLR) is one of the inflammatory markers, associated with malignancies progression and metastasis, including head and neck squamous cell carcinoma (HNSCC). Neutrophil to lymphocyte ratio is presenting the activity index of protumor and antitumor. It is easy to perform in daily clinical practice, obtained from blood examination. The aim of this study was to assess the prognostic value of NLR in HNSCC patients, associated with the clinical staging.Methods: This study was an analytic design to explore the relationship between NLR and clinical staging. The sample was collected from pre-treatment HNSCC patients who came to the Head and Neck Oncology Clinic, Dr.Hasan Sadikin General Hospital. The data consisted of disease history, ENT examination, staging determination, and blood sample examination for NLR count.Results: In total, data on 92 HNSCC patients were collected. There was a statistically significant association between NLR with clinical staging in HNSCC (p<0.001). The higher the NLR, the higher the clinical stage, whereas the lower the NLR, (OR14.1; 95% CI 3.4–59.0).Conclusions: There is a significant association between NLR with clinical staging in HNSCC. Further study is needed to explore NLR as a prognostic marker in HNSCC patients
Knowledge Level of The Bhayangkari Members in West Java Regional Police About The Middle Ear Infection In Children Shinta F Boesoirie; Nur A Aroeman; Bambang Purwanto; Arif Tria
Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jmh.v4i1.3528

Abstract

Otitis media, disebut juga radang telinga tengah, merupakan keadaan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah yang mengalami peradangan atau inflamasi. Pengetahuan yang baik akan penyakit ini dapat menurunkan angka kejadian dan sequel otitis media pada anak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan anggota Bhayangkari Polda Jawa Barat tentang radang telinga tengah pada anak. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2020 secara deskriptif dengan desain potong lintang melalui kuesioner daring google form. Responden diberikan 16 pertanyaan tentang radang telinga tengah pada anak. Terdapat 289 responden yang mengisi kuesioner sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Berdasarkan penilaian didapatkan hasil tingkat pengetahuan baik 60,6% (n=175), cukup 36,3% (n=105) dan kurang 3,1% (n=9). Skor rata-rata 79,4±9,4. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anggota Bhayangkari Polda Jawa Barat tentang radang telinga tengah pada anak adalah baik. Edukasi yang masih diperlukan adalah tentang pengertian dan penyebab radang telinga tengah pada anak. Kata kunci: radang telinga tengah; anak; tingkat pengetahuan
Peningkatan functional oral intake scale dan kualitas hidup pada miastenia gravis pasca rehabilitasi menelan Erlina Julianti; Teti Madiadipoera; Ratna Anggraeni; Bambang Purwanto; Sinta Sari Ratunanda
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 46, No 1 (2016): Volume 46, No. 1 January - June 2016
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.474 KB) | DOI: 10.32637/orli.v46i1.150

Abstract

Latar belakang: Miastenia gravis (MG) merupakan penyakit autoimun yang mengganggu transmisineuromuskular karena berkurangnya reseptor asetilkolin di tautan saraf otot sehingga dapat menyebabkandisfagia orofaring. Disfagia pada MG dapat menyebabkan aspirasi yang meningkatkan morbiditas,mortalitas, dan menurunnya kualitas hidup.Tujuan: Menganalisis perbaikan disfagia orofaring padapasien MG dengan melihat peningkatan functional oral intake scale (FOIS) pada pemeriksaan fiberopticendoscopic evaluation of swallowing (FEES) dan untuk mengetahui perbaikan kualitas hidup denganmenggunakan swallowing quality of life (SWAL-QoL) pasca program rehabilitasi menelan.Metode:Penelitian ini merupakan quasi experimental open label pre and post-test design dan data dianalisisdengan menggunakan uji Wilcoxon. Penelitian berlangsung di Poliklinik Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung sejak Januari − April 2013 pada10 subjek penelitian. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, penilaian FOIS denganmelihat konsistensi makanan yang aman ditelan berdasarkan temuan pemeriksaan FEES sebelum dansesudah mengikuti program rehabilitasi menelan selama 6 minggu dan penilaian kualitas hidup dengankuesioner SWAL-QoL.Hasil: Didapatkan perbedaan bermakna (p=0,002) pada hasil FOIS dan perbedaanbermakna pada seluruh domain kuesioner SWAL-QoL setelah program rehabilitasi menelan (p<0,05).Kesimpulan: Terdapat peningkatan FOIS sebagai perbaikan disfagia orofaring, serta peningkatan kualitashidup pada pasien MG sesudah program rehabilitasi menelan. Kata kunci: Disfagia, miastenia gravis (MG), functional oral intake scale (FOIS), fiberoptic endoscopicevaluation of swallowing (FEES), kualitas hidup ABSTRACTBackground: Myasthenia gravis (MG) is an autoimmune disorder of neuromuscular transmissionassociated with acetylcholine receptor deficiency at the neuromuscular junction which may causeoropharyngeal dysphagia. Oropharyngeal dysphagia in MG patients can cause aspiration which result inmorbidity, mortality, and decreased quality of life. Objective: To analyze the improvement of oropharyngealdysphagia in MG patients by evaluating the functional oral intake scale (FOIS) on fiberoptic endoscopicevaluation of swallowing (FEES) examination and to determine the improvement of quality of life byswallowing quality of life (SWAL-QoL). Method: This study was an open label quasi experimental pre andpost-test design and the data was analyzed using the Wilcoxon statistical test. This study was conductedin Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery Department Dr. Hasan Sadikin General Hospital duringJanuary until April 2013 towards 10 subjects. Diagnosis based on anamnesis, physical examination,FOIS assessment in order to describe the consistency of safe food ingested during FEES examinationand SWAL-QoL questionnaire assessment before and after swallowing rehabilitation programme for 6weeks. Results: There were significant differences (p=0.002) in FOIS result and significant differencesin all domains SWAL-QoL questionnaire after swallowing rehabilitation program (p<0.05). Conclusion:There was an improvement of oropharyngeal dysphagia as seen in increased FOIS score and improvementof quality of life after swallowing rehabilitation program. Keywords: Dysphagia, myasthenia gravis (MG), functional oral intake scale (FOIS), fiberoptic endoscopyevaluation of swallowing (FEES), quality of life Alamat korespondensi: Dr. Erlina Julianti, Sp.THT-KL.,M.Kes. RSUD Kabupaten Bekasi, CibitungBekasi. Email: erlina.julianti@gmail.com.