Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KONTRIBUSI FILSAFAT PERDAMAIAN ERIC WEIL BAGI RESOLUSI KONFLIK MASYARAKAT MAJEMUK Thiyas Tono Taufiq
Living Islam: Journal of Islamic Discourses Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/lijid.v4i1.2780

Abstract

Artikel ini berupaya menguraikan kontribusi pemikiran filsafat perdamaian Eric Weil bagi resolusi konflik menuju terciptanya budaya damai dalam bingkai masyarakat majemuk. Di tengah berbagai persoalan kekerasan dan konflik yang berkepanjangan yang melanda dunia, filsafat perdamaian Eric Weil mencoba menjelaskan tautan antara filsafat dan perjuangan untuk menciptakan perdamaian dunia. Bagi Weil filsafat harus mengakar dalam kehidupan keseharian masyarakat secara luas, sehingga bisa memberikan kontribusi secara nyata dan konkrit. Selain itu, Weil mengajak untuk terjun langsung dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat konflik dan kekerasan, sehingga diharapkan bisa menghargai pentingnya hidup damai secara bersama-sama tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Dalam kajian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka dengan pendekatan hermeneutik. Poin-poin penting dari uraian kontribusi filsafat perdamaian Eric Weil bagi resolusi konflik menuju terciptanya budaya damai dalam bingkai masyarakat majemuk dapat dijabarkan sebagai berikut: Pertama, kontribusi nyata kontribusi filsafat untuk menjamin tetapnya perdamaian dan penyelesaian kekerasan dan konflik; Kedua, etika (moralty) secara universal harus ditaati oleh manusia dari berbagai konteks, karena melupakan konteks acap kali bisa tidak terwujudnya sebuah perdamaian; Ketiga, filsafat harus terbuka, kreatif dan dinamis; Keempat, Eric Weil mengajak untuk menggunakan filsafat di tengah kekerasan, sehingga dengan berfilsafat dapat membantu memecahkan persoalan-persoalan kekerasan dan konflik untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng pada masyarakat mejemuk.
BUILDING THE FOUNDATION OF RELIGIOUS TOLERANCE AND COUNTERING RADICALISM IDEOLOGY IN INDONESIA Alfian Qodri Azizi; Muhammad Faiq; Thiyas Tono Taufiq
Jurnal Sosiologi Agama Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsa.2021.152-03

Abstract

Human rights enforcement, especially in the aspect of religious freedom in Indonesia, is still unsolved. Violence involving conflicts among religious followers still occurs. It shows that the space for religious freedom is still a critical problem in this country. Indonesia is a multi-cultural country, but a narrow understanding makes plurality the root of hatred and anger. Indeed, diversity will contribute to national development, but on the other hand, it can also trigger horizontal conflicts. This article will unravel the problems that cause religious intolerance and how to overcome the mushrooming of radicalism. This article is qualitative-based research. The data were collected from the library study. The acts of violence caused by wrong religious understanding were analyzed from the Human Rights enforcement, Islamic theology, and socio-juridical viewpoints so that alternative solutions for acts of violence occurring in society, especially among Muslims, can be settled. This study finds that tolerance has its foundations in both religion and positive law in Indonesia. Therefore, any intolerance has no basis, and it will only worsen the image of Islam and make people unsympathetic to religion.
PRO DAN KONTRA PANDANGAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) ATAS PERUBAHAN BATASAN USIA MINIMAL PERKAWINAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 Thiyas Tono Taufiq; Qotrunnada Zulfa Hafsari
Jurnal Asy-Syukriyyah Vol. 22 No. 1 (2021): Jurnal Asy-Syukriyyah
Publisher : STAI Asy-Syukriyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36769/asy.v22i1.138

Abstract

This research focuses on discussing changes in the minimum age for marriage as stipulated in Law Number 16 of 2019 as an amendment to Law Number 1 of 1974 concerning marriage. The new Marriage Law changes the minimum marriage limit for men and women who will marry at least 19 years of age, previously the marriage limit for men is 19 years old and for women is 16 years old. This research seeks to find the pros and cons of legalizing the minimum age limit for marriage according to the views of the staff of the marriage register at the Office of Religious Affairs (KUA) in Yogyakarta who were non-randomly selected. The results of this research indicate that the process of changing the age limit of marriage does not see the pros and cons in society. Most importantly, the enactment of this law can hurt women, so that the purpose of reforming Islamic family law can realize legal unification by the times.
IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA PERSPEKTIF LIVING THEOLOGY PADA MASYARAKAT PERUMAHAN TAMAN PURI BANJARAN (TPB) NGALIYAN KOTA SEMARANG Safii; Achmad Ma’arif Saefuddin; Winarto; Thiyas Tono Taufiq
Living Islam: Journal of Islamic Discourses Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/lijid.v6i1.4376

Abstract

Living Theology dalam konteks penelitian ini adalah teologi yang hidup di masyarakat. Salah satu problem teologi sekarang adalah banyaknya paham yang mengarah pada intoleransi dan radikalisme. Melihat kekhawatiran tersebut, penelitian ini mengkaji tentang moderasi beragama yang dianggap penting untuk dihadirkan dalam mengimbangi wacana tersebut. Moderasi beragama merupakan bagian dari konsep wasatiyyah mempunyai peranan penting dalam menyatukan masyarakat yang plural dan multikultural di masyarakat. Penelitian ini mengangkat masyarakat transisi di Perumahan Taman Puri Banjaran (Perumahan TPB) Bringin, Ngaliyan, Kota Semarang. Masyarakat transisi memiliki berbagai macam perbedaan, yang rawan terpengaruh paham intoleran, radikalisme maupun ekstremisme. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang menggunakan metode analisis desktiptif, dengan pendekatan sosiologis dan fenomenologis. Hasil penelitian ini adalah telaah terhadap kegiatan keagamaan masyarakat Perumahan TPB meskipun tergolong perumahan baru yang terletak di perkotaan, namun sudah memiliki pandangan moderat meskipun belum bisa dikatakan sumpurna. Adapun implementasi paham keagamaan yang menunjukkan bahwa masyarakat Perumahan TPB memiliki beberapa pandangan, yakni: (1) memiliki modal sosial kultural, (2) memiliki tokoh-tokoh yang moderat, (3) memiliki pandangan yang terbuka (inklusif) dan (4) memiliki pemahaman pluralisme yang baik.
PRO DAN KONTRA PANDANGAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) ATAS PERUBAHAN BATASAN USIA MINIMAL PERKAWINAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 Thiyas Tono Taufiq; Qotrunnada Zulfa Hafsari
Jurnal Asy-Syukriyyah Vol. 22 No. 1 (2021): Jurnal Asy-Syukriyyah
Publisher : STAI Asy-Syukriyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36769/asy.v22i1.138

Abstract

This research focuses on discussing changes in the minimum age for marriage as stipulated in Law Number 16 of 2019 as an amendment to Law Number 1 of 1974 concerning marriage. The new Marriage Law changes the minimum marriage limit for men and women who will marry at least 19 years of age, previously the marriage limit for men is 19 years old and for women is 16 years old. This research seeks to find the pros and cons of legalizing the minimum age limit for marriage according to the views of the staff of the marriage register at the Office of Religious Affairs (KUA) in Yogyakarta who were non-randomly selected. The results of this research indicate that the process of changing the age limit of marriage does not see the pros and cons in society. Most importantly, the enactment of this law can hurt women, so that the purpose of reforming Islamic family law can realize legal unification by the times.
GREEN-DEEN IN THE QUR'AN: A STUDY OF TAFSIR AL-IBRīZ THE WORK OF BISRI MUSTHOFA Mutma'inah Mutma'inah; Ahmad Azis Abidin; Fadiah Qothrun Nada; Thiyas Tono Taufiq
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v9i1.2803

Abstract

Abstract: Environmental damage in Indonesia is very critical so that it needs to be handled through various approaches, one of which is through reunderstanding religious texts. This article examined Bisri Musthofa's interpretation of the ecological verses in Tafsīr al-Ibrīz by exploring the concept of green-deen contained in it. This research was qualitative research by using content analysis methods with green-deen concept of Ibrahim Abdul Matin as an approach. This research found that the concept of green-deen in the book of Tafsīr al-Ibrīz includes four things: First, Allah Ta’ala dewe kang mengerani lan nguwasani alam kabeh iki, God as the owner of the whole nature and only God has dominion over it; Second, sejatine kedadiane langit bumi saisine, gulir gumantine bengi lan rino iku kabeh dadi tondo tumerap wong-wong kang podo anduweni akal nuduhake kekuasaane Allah Ta’ala, the whole creation of natures and everythings that happen in it are signs of Allah that shows God's power over the intelligent. Third, Allah Ta’ala manggonake marang siro kabeh ana ing bumine Allah Ta’ala, Allah appointed man as a khalīfah and placed them on earth to serve, take care and guard His earth. Fourth, Embo’iyo umat-umat sakduruunge sira kabeh iku ono kang anduweni agomo, kang gelem nyegah sangking nggawe kerusakan ana ing bumi, people of any religion are obliged to prevent destructions happen on Allah's earth.Keywords: Ecology; Green-Deen; Ulama Nusantara; InterpretationAbstrak: Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia sudah sangat kritis sehingga dibutuhkan penanganan melalui berbagai pendekatan, salah satunya melalui pemahaman ulang teks keagamaan. Artikel ini mengkaji penafsiran Bisri Musthofa terhadap ayat-ayat ekologi dalam kitab Tafsīr al-Ibrīz dengan menggali konsep green-deen yang ada di dalamnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis data (content analysis) dengan menggunakan konsep green-deen Ibrahim Abdul Matin sebagai pendekatan. Penelitian menemukan bahwa konsep green-deen dalam kitab tafsir al-Ibrīz meliputi empat hal; Pertama, Allah Ta’ala dewe kang mengerani lan nguwasani alam kabeh iki, Allah sebagai pemilik alam seisinya dan hanya Allah yang berkuasa atasnya; Kedua, sejatine kedadiane langit bumi saisine, gulir gumantine bengi lan rino iku kabeh dadi tondo tumerap wong-wong kang podo anduweni akal nuduhake kekuasaane Allah Ta’ala, penciptaan alam seisinya serta segala yang terjadi di dalamnya adalah ayat Allah yang menunjukkan kekuasaan Allah bagi orang berakal. Ketiga, Allah Ta’ala manggonake marang siro kabeh ana ing bumine Allah Ta’ala, Allah menunjuk manusia sebagai khalīfah yang ditempatkan di bumi untuk melayani, mengurus dan menjaga bumi Allah SWT. Keempat, Embo’iyo umat-umat sakduruunge sira kabeh iku ono kang anduweni agomo, kang gelem nyegah sangking nggawe kerusakan ana ing bumi, manusia yang beragama haruslah mencegah terjadinya kerusakan di bumi Allah.Kata Kunci: Ekologi; Green-Deen; Nusantara’s Ulama; Tafsir