Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGARUH AFIRMASI POSITIF TERHADAP MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK Fazri Wijaya; Desi Ariyana Rahayu
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Vol. 2 No. 1 (2019): May 2019
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.054 KB) | DOI: 10.32584/jikj.v2i1.246

Abstract

Gagal ginjal kronik (GGK) ialah kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan yang berupa adanya kelainan pada struktur ginjal dan dapat atau tanpa disertai dengan adanya penurunan laju filtrasi glomerulus. Lamanya proses terapi hemodialisa akan berdampak pada mekanisme koping pada pasien GGK tersebut. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh afirmasi positif terhadap mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah semarang. Desain Penelitian ini adalahquasi eksperimen.Populasi yang akan digunakan yaitu pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang yang menjalani terapi hemodialisa berjumlah 105 pasien. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling dengan jumlah 84 respondenterdiri dari kelompok intervensi sebanyak 42 responden dan kelompok kontrol 42 responden. Hasil analisis uji statistik non parametrik Wilcoxon Test didapatkan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik pada kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan afirmasi positif untuk adaptif sebanyak 18 orang (42,9%) serta maladaptif 24 orang (57,1%) sedangkan setelah diberikan perlakuan afirmasi positif yaitu adaptif 36 orang (85,7%) dan maladaptif 6 orang (14,3%) dan hasil uji Mann-Whitney Test didapatkan nilai p value 0,004 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh afirmasi positif terhadap mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Kata Kunci : Afirmasi positif, pasien gagal ginjal kronik, mekanisme koping. POSITIVE AFFIRMATION ON COPING MECHANISM OF CHRONIC RENAL FAILURE PATIENTS ABSTRACTChronic renal failure (CRF) is kidney damage that occurs more than 3 months in the form of abnormalities in kidney structure and may or not accompanied by a decrease in glomerular filtration rate. The duration of hemodialysis therapy process will have an impact on the coping mechanisms in the CRF patients. The research objective was to determine the effect of a positive affirmation of the coping mechanisms in patients with chronic renal failure in Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang. This study design is quasi-experimental. The population that will be used in which patients with chronic renal failure Roemani Muhammadiyah Hospital in Semarang who undergo hemodialysis therapy totaling 105 patients. The sampling technique used purposive sampling with 84 respondents consisted of as many as 42 respondents intervention group and the control group 42 respondents. The results of non-parametric statistical test Wilcoxon Test obtained coping policies in patients with chronic renal failure in the intervention group before being given positive approval for adaptive as many as 18 people (42,9%) and maladaptive 24 people (57,1%) while after being given positive affirmation assistance namely adaptive 36 people (5,7%) and maladaptive 6 people (14,3%) and the Mann-Whitney Test results obtained a p value of 0,004 < 0,05, it can be denied that there was an improvement in chronic kidney failure at Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang. Keywords: Positive affirmation, chronic renal failure patients, coping mechanism
Terapi Autogenik terhadap Kondisi Psikologis Pasien CKD yang Menjalani Hemodialisa Rosdiana Saputri; Desi Ariyana Rahayu
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Vol. 2 No. 3 (2019): November 2019
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.033 KB) | DOI: 10.32584/jikj.v2i3.395

Abstract

Pasien CKD yang menjalani hemodialisis akan mempengaruhi fisiologis, psikologis dan sosial. Pola hidup berubah selama menjalani hemodialisis dalam keluarga, selain itu kehidupan normal yang terganggu mengakibatkan perasaan kehilangan pada pasien CKD. Hal ini mengakibatkan problem psikologis pada pasien CKD dan berdampak timbulnya depresi, cemas dan stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Terapi Autogenik Terhadap Kondisi Psikologi Pasien CKD Yang Menjalani Hemodialisis. Rancangan penelitian ini adalah studi kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, pendekatan yang digunakan adalah pre test and post test non-equivalent control group. Responden penelitian ini pasien CKD yang menjalani hemodialisis di klinik ginjal dan hipertensi lestari Semarang, jumlah sampel 104 responden terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 52 responden kelompok intervensi terapi autogenik dan 52 responden kelompok kontrol. Uji statistik menggunakan Wilcoxon. Hasil uji statistik pada kelompok intervensi terdapat efektivitas terapi autogenik terhadap penurunan tingkat depresi, ansietas dan stres dengan masing-masing p value=0,000.Terdapat efektivitas terapi autogenik terhadap kondisi psikologis pasien CKD yang menjalani hemodialisis Kata kunci: CKD, hemodialisis, terapi autogenik AUTOGENIC THERAPY TO PSYCHOLOGICAL ASPECTS OF CKD PATIENTS UNDERGOING HEMODIALYSIS ABSTRACTChronic Kidney Disease (CKD) patients undergoing hemodialysis will affect physiologically, psychologically and socially life of patients. Lifestyle changes during hemodialysis in the family and disturbs normal life results in feelings of loss in CKD patients. This causes psychological problems such as depression, anxiety and stress. This study aimedto analyze the effectiveness of autogenic therapy on patients’ psychological condition undergoing hemodialysis. The design of this study was a quantitative study with quasi-experimental design. Pre-test and post-test non-equivalent control group were applied. Samples of this study were patients  undergoing hemodialysis.  There were 104 respondents divided into 2 groups, control and intervention group. Each group consisted of 52 respondents. The data were analyzed using Wilcoxon test. Statistic test resulted on intervention group described that therewas effectiveness of autogenic therapyon decreasing the level of depression, anxiety, and stress with each p value=0,000. There was  effectiveness of autogenic therapy on the psychological condition of CKD patients undergoing hemodialysis. Keywords: CKD, hemodialysis, autogenic therapy 
The Anticipation of Schools Bullying Eni Hidayati; Chistina Tri Cahyani; Desi Ariyana Rahayu; Muhammad Fatkhul Mubin; Tri Nurhidayati
South East Asia Nursing Research Vol 2, No 4 (2020)
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/seanr.2.4.2020.25-31

Abstract

Bullying is an action to harm other people that continuously happen either in groups or individually. Bullying could happen in a school environment to the students who are quiet, small and to those unable to defend themselves. This study aims to determine the anticipation of bullying in the school environment. The frequency distribution test results obtained that 250 teachers were in the sufficient category in anticipating bullying prevention and 3 teachers were still in the poor category. The research hopefully can stop bullying in the school environment. Bullying is an action to harm other people which is carried out continuously either in groups or individually. Bullying could occur in a school environment to students who are quiet, small and those unable to defend themselves. Bullying prevented by regulations that could be valid to all school members. The study aims to determine the anticipation of bullying in the school environment. The frequency distribution test results obtained that 250 teachers were in the sufficient category in anticipation of bullying prevention and 3 teachers were still in the poor category. The research hopefully can stop bullying in the school environment.
Penurunan Gejala Perilaku Kekerasan Dengan Menggunakan Terapi Musik Instrumental Piano Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Junisca Vahurina; Desi Ariyana Rahayu
Holistic Nursing Care Approach Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.729 KB) | DOI: 10.26714/hnca.v1i1.8260

Abstract

Latar Belakang: Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku seseorang yang ditunjukan untuk melukai seseorang baik melukai secara fisik maupun psikologis dan dengan cara verbal ataupun nonverbal yang sehingga dapat melukai diri senidri, orang lain ataupun lingkungan. Dampak yang timbul dari seseorang yang mengalami perilaku kekerasan adalah kehilangan kontrol dirinya sendiri, dikarenakan seseorang tersebut mengalami panik dan perilaku dirinya dikuasai oleh amarahnya. Maka dari itu, diperlukan sebuah teknik untuk mengurangi perilaku kekerasan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu dengan melakukan teknik rerapi musik. Terapi musik merupakan suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan dengan musik itu sendiri dengan kondisi tubuh; fisik, emosional, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan soasial seseorang itu sendiri. Metode: Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Populasi dalam studi kasus ini yaitu semua pasien RPK di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan jumlah responden dalam studi kasus ini berjumlah 2 responden. Dilakukan di ruang UPIP pada bulan Desember 2019. Alat pengumpulan data dengan cara pengkajian dan lembar observasi. Hasil: Hasil post test pada study kasus ini setelah diberikan tindakan terapi musik instrumental selama 3x pertemuan menunjukkan bahwa pada kedua partisipan mengalami penurunan tanda dan gejala, pada partisipan 1 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka7 turun menjadi 4 dan pada partisipan 2 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka 8 menjadi 3. Simpulan: Ada penurunan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan setelah diberikan intervensi inovasi terapi musik instrumental piano.Latar Belakang: Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku seseorang yang ditunjukan untuk melukai seseorang baik melukai secara fisik maupun psikologis dan dengan cara verbal ataupun nonverbal yang sehingga dapat melukai diri senidri, orang lain ataupun lingkungan. Dampak yang timbul dari seseorang yang mengalami perilaku kekerasan adalah kehilangan kontrol dirinya sendiri, dikarenakan seseorang tersebut mengalami panik dan perilaku dirinya dikuasai oleh amarahnya. Maka dari itu, diperlukan sebuah teknik untuk mengurangi perilaku kekerasan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu dengan melakukan teknik rerapi musik. Terapi musik merupakan suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan dengan musik itu sendiri dengan kondisi tubuh; fisik, emosional, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan soasial seseorang itu sendiri. Metode: Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Populasi dalam studi kasus ini yaitu semua pasien RPK di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan jumlah responden dalam studi kasus ini berjumlah 2 responden. Dilakukan di ruang UPIP pada bulan Desember 2019. Alat pengumpulan data dengan cara pengkajian dan lembar observasi. Hasil: Hasil post test pada study kasus ini setelah diberikan tindakan terapi musik instrumental selama 3x pertemuan menunjukkan bahwa pada kedua partisipan mengalami penurunan tanda dan gejala, pada partisipan 1 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka7 turun menjadi 4 dan pada partisipan 2 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka 8 menjadi 3. Simpulan: Ada penurunan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan setelah diberikan intervensi inovasi terapi musik instrumental piano.
Pregnant Mother's Anxiety Level On Stunting Risk Eni Hidayati; Sifana Ayu Damayanti; Desi Ariyana Rahayu; Mohamad Fatkhul Mubin; Tri Nur Hidayati
South East Asia Nursing Research Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/seanr.4.1.2022.14-20

Abstract

Pregnancy at a young age and over the age of 35 is vulnerable to causing pregnant women to experience various risks of pregnancy because pregnant women at a young age do not know much about how to maintain their pregnancy conditions and pregnant women over the age of 35 experience a decrease in nutrient absorption so they are easy to experience various kinds of problems. One of the risks of pregnancy is stunting. Pregnant women usually experience a psychological decline that causes anxiety in themselves. So that it also has an impact on the growth and development of the prospective baby. The type of research used is an analytical approach. The design of this study used a cross-sectional approach. The population in this study were pregnant women in the Sembungharjo village area with a total of 27 pregnant women using a total sampling of data analysis using the chi-square test. The results of the study from 27 respondents were obtained that pregnant women with mild anxiety among as many as 16 respondents (59.3%), moderate anxiety among as many as 5 respondents (18.5%), and no anxiety among as many as 6 respondents (22.2%). Respondents with severe anxiety were 0 (0%). A total of 27 pregnant women respondents found that as many as 5 respondents (18.5%) had low risk while 22 respondents (81.5%) were not at risk, and pregnant women with high risk were 0 (0%). The conclusion is that there is no relationship between the anxiety level of pregnant women and the risk of stunting in Sembung Harjo sub-district, Genuk sub-district with a p-value of 0.366 (a> 0.05).
PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA KELUARGA DENGAN KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SOEROJO MAGELANG Nanang Khosim Azhari; Desi Ariyana Rahayu
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 4 No. 2 (2022): Desember : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v4i2.127

Abstract

Abstrak Prevalensi kekambuhan pada klien skizofrenia terbilang tinggi yaitu berada dalam rentang 50-92%, secara global. Kekambuhan sering terjaid akibat dari kurang pengetahuan dari keluarga terhadap masalah kejiwaan yang dialami oleh klien. Klien dan keluarga perlu mendeteksi secara dini fase prodromal yang terjadi pada klien agar potensial kambuh dapat ditangani. Faktor penyebab kekambuhan adalah ketidakpatuhan pengobatan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) sebesar 36,1 % tidak minum obat karena merasa sudah sehat dan 33,7% tidak rutin berobat ke fasilitas layanan kesehatan. Dukungan keluarga yang buruk juga memberi peluang terjadinya kekambuhan hingga enam kali lipat pada klien skizofrenia. Klien dengan episode kambuh berulang berisiko tinggi meningkatkan keparahan penyakit, fungsi sosial dan peningkatan risiko bunuh diri. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan ODGJ agar mampu merawat sehingga angka kekambuhan dapat ditekan.
The Experience of Families who Care for Relatives with Mental Disorders Post Arbitrary Coercion: A Qualitative Study Mohammad Fatkhul Mubin; Desi Ariyana Rahayu; Reina Dhamanik; Chia-Jung Hsieh; Rochman Basuki
Jurnal Keperawatan Soedirman Vol 18 No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jks.2023.18.2.8079

Abstract

People with mental disorders who experience coercion and are referred to a mental hospital are often shackled after returning from the hospital or re-admitted to the mental hospital. However, some families take care of their family members with mental illness who had previously been coerced. The time taken to care for relatives with mental disorders at home is crucial as caregivers of relatives with schizophrenia and early psychosis experience significant stress and psychosocial burden. Meanwhile, the family members are supposed to maintain their relative’s condition to avoid relapse. This study explores the experiences of families who cared for their relatives with mental disorders who experienced coercion to give insight and information to patients, families, and communities. This is a phenomenological qualitative study. The sampling technique used was purposive sampling, with the number of participants being 11 family members who treated their relative suffering from mental illness post-coercion. The descriptive analysis resulted in 5 themes: 1) Heavy burden, 2) Family support, 3) Gratitude, 4) Adjustment, and 5) Improved mental health condition. The results of this study can be used as a reference for helping families with the psychological and physical treatment of their post-coercion relatives.
Pemberdayaan Caregiver Primer pada ODGJ Pasca Pasung Melalui Penerapan Psikoedukasi Keluarga di DSSJ Banyuroto Desi Ariyana Rahayu; Mohamad Fatkhul Mubin; Titik Suerni
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 2 No 3 (2023): Juli
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jipmi.v2i3.141

Abstract

Latar belakang: Pasung adalah istilah yang digunakan di Indonesia dan beberapa negara lain untuk menggambarkan tindakan pengasingan dan pengekangan terhadap pasien atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pasung bertujuan memisahkan orang yang dianggap memiliki gangguan jiwa dan mengganggu atau berbahaya dari kehidupan masyarakat. Kejadian pasung ditemukan di Desa Banyuroto bersamaan dengan penanganan pasca erupsi Merapi tahun 2010 yang lalu. Kejadian pasung didasari dari ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. Selain pasung, ditemukan beberapa kasus gangguan jiwa di 5 dusun yang berlokasi di Desa Banyuroto. Hal ini menjadi kunci intervensi bagi perawat untuk melakukan psikoedukasi keluarga. Tujuan: Pengabdian masyarakat ini adalah untuk menerapkan psikoedukasi keluarga pada caregiver agar mampu memberikan asuhan keperawatan secara mandiri setelah pasien dibebaskan dari pasung dan pasca perawatan dari Rumah Sakit Jiwa. Metode: Program pengabdian masyarakat yang direncanakan adalah sosialisasi program, penerapan psikoedukasi keluarga, dan evaluasi kegiatan. Hasil: Hasil implementasi psikoedukasi keluarga diperoleh: stress caregiver menurun sebesar 5 poin, beban caregiver menurun sebesar 1 poin, pengetahuan caregiver dalam merawat ODGJ naik sebesar 3 poin, dan kemampuan caregiver dalam merawat ODGJ meningkat sebesar 33 poin. Kesimpulan: Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi, edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik. Kata kunci: caregiver, ODGJ, pasung, psikoedukasi __________________________________________________________________________________________ Abstract Background: Pasung is a term used in Indonesia and several other countries to describe the act of isolating and restraining patients or people with mental disorders (ODGJ). Pasung aims to separate people who are considered to have mental disorders and are disruptive or dangerous from community life. The occurrence of pasung was found in Banyuroto Village along with handling the post-eruption of Merapi in 2010. The event of pasung is based on the family's inability to care for family members who suffer from mental disorders. Apart from pasung, several cases of mental disorders were found in 5 hamlets located in Banyuroto Village. This is a key intervention for nurses to conduct family psychoeducation. Objective: This community service is to apply family psychoeducation to caregivers. Hence, they are able to provide nursing care independently after the patient is released from shackles and after treatment from a mental hospital. Method: The planned community service programs are program socialization, implementation of family psychoeducation, and evaluation of activities. Results: The results of the implementation of family psychoeducation were obtained: caregiver stress decreased by 5 points, caregiver burden decreased by 1 point, caregiver knowledge in caring for patient increased by 3 points, and caregiver's ability to care for patient increased by 33 points. Conclusion: Family psychoeducation is an element of the family mental health care program by providing information, and education through therapeutic communication. Keywords: caregiver,  ODGJ, coercion, psychoeducation
PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA KELUARGA DENGAN KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SOEROJO MAGELANG Nanang Khosim Azhari; Desi Ariyana Rahayu
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 4 No. 2 (2022): Desember : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v4i2.127

Abstract

Abstrak Prevalensi kekambuhan pada klien skizofrenia terbilang tinggi yaitu berada dalam rentang 50-92%, secara global. Kekambuhan sering terjaid akibat dari kurang pengetahuan dari keluarga terhadap masalah kejiwaan yang dialami oleh klien. Klien dan keluarga perlu mendeteksi secara dini fase prodromal yang terjadi pada klien agar potensial kambuh dapat ditangani. Faktor penyebab kekambuhan adalah ketidakpatuhan pengobatan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) sebesar 36,1 % tidak minum obat karena merasa sudah sehat dan 33,7% tidak rutin berobat ke fasilitas layanan kesehatan. Dukungan keluarga yang buruk juga memberi peluang terjadinya kekambuhan hingga enam kali lipat pada klien skizofrenia. Klien dengan episode kambuh berulang berisiko tinggi meningkatkan keparahan penyakit, fungsi sosial dan peningkatan risiko bunuh diri. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan ODGJ agar mampu merawat sehingga angka kekambuhan dapat ditekan.