Baharinawati Wilhan Hastanti
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Surakarta

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

KARAKTERISTIK, KEMISKINAN, GENDER DAN PERSEPSI PENCARI MASOI (Cryptocarya massoia (Oken) Kosterm.) (Studi Kasus di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat) [Characteristics, poverty, gender and perceptions of Masoi’s (Cryptocarya massoia (Oken) Kosterm.) collectors (A case study in Teluk Wondama regency, West Papua Province)] Baharinawati Wilhan Hastanti; Julanda Noya
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Kehutanan FALOAK
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.45 KB) | DOI: 10.20886/jpkf.2018.2.1.39-56

Abstract

ABSTRACTSMasoi is one of the most important NTFP from Papua. Results of the refining is the manufacture of perfumes, cosmetics, aromatherapy and basic materials maker flavour of food. This plant grows naturally in Fakfak, Kaimana, Teluk Wondama, Nabire, Jayapura, Sarmi, and Merauke. In general, masoi’s collector is a side job for people surrounding forests. The purpose of this study was to determine the description of socioecomics characteristic, poverty, gender and community perceptions masoi collectors in Teluk Wondama. This study used a qualitive approach, the data were analysed descriptively. Characteristics of masoi’s collectors are man, at productive age, less-educated, family status that is high in the number of dependents family and low income. Based on the number of dependents family and low income, masoi’s collectors are classified as “living in poverty”. Gender is observed in the role of woman in the group of masoi’s collectors. Perceptions of masoi’s collectors of masoi’s plant are positive as it is generally assumed as a high economic and high benefit plant. Although this plant is suitable for cultivation, masoi’s collectors are not interested in masoi’s cultivation. It is mainly because of 1) difficulties to acquire massoi’s seedlings, 2) perseverance and accuracy requirements for cultivation, 3) high failure of cultivation, 4) long harvest period, 5) the unavailability of sustainable and environmentally friendly technology for masoi’s harvesting.  Keywords: characteristics, poverty, gender, perceptions. ABSTRAK            Masoi adalah salah satu HHBK andalan Papua. Hasil penyulingannya merupakan bahan dasar pembuatan parfum, kosmetika, aromaterapi dan bahan dasar pembuat aroma makanan. Tanaman ini tumbuh menyebar secara alami  dari Fakfak, Kaimana, Teluk Wondama, Nabire, Jayapura, Sarmi hingga Merauke. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran karakteristik sosial ekonomi, kemiskinan, gender  dan persepsi komunitas pencari masoi di Kabupaten Teluk Wondama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, data-data dianalisis secara deskriptif. Pencarian masoi dilakukan sebagai pekerjaan sampingan masyarakat sekitar hutan. Karakteristik masyarakat pencari masoi antara lain berjenis kelamin laki-laki, pada usia produktif, berpendidikan rendah, status berkeluarga dengan tanggungan keluarga yang banyak dan tingkat pendapatan yang rendah. Berdasarkan banyaknya tanggungan anggota keluarga dan pendapatan yang rendah, pencari masoi dikategorikan hidup dalam kemiskinan.  Gender terlihat pada peranan dan posisi perempuan pada kelompok pencari masoi. Persepsi pencari masoi terhadap tanaman masoi pada umumnya positif, karena dianggap bernilai ekonomi tinggi dan kaya akan manfaat. Namun kurang tertarik untuk menanam walaupun secara umum masoi cocok di tanam di daerah tersebut dan masih luasnya lahan yang bisa dikelola dengan masoi. Hal tersebut dikarenakan 1) sulitnya memperoleh bibit masoi,  2) perlu ketekunan dan ketelitian dalam penanaman masoi, 3) tingkat kegagalan tanaman tinggi,     4) memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh hasilnya, 5) Belum diperoleh teknik pemanenan yang ramah lingkungan dan berasas kelestarian. Kata kunci : karakteristik, kemiskinan, gender, persepsi