Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERAN ORANGTUA DAN PENDETA DALAM MENINGKATKAN PERILAKU MENOLONG PADA REMAJA GEREJA ALKITAB ANUGERAH BEKASI Heliyanti Kalintabu; Desi Sianipar
Jurnal Shanan Vol. 1 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.277 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v1i2.1483

Abstract

Pada masa kini perilaku sosial, khususnya perilaku menolong pada remaja terasa sangatkurang. Banyak remaja bersikap masa bodoh dan tidak mau menolong orang yang sedangmembutuhkan. Karena itulah sikap egois pada banyak remaja telah menjerumuskan mereka padapraktik-praktik yang tidak baik, seperti: tawuran, miras, narkoba, dan lain-lain. Untuk itulah, peranorangtua dan pendeta untuk membimbing dan mengarahkan remaja menyangkut perilaku sosialsangatlah penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran orangtua danpendeta dalam meningkatkan perilaku menolong pada remaja Gereja Alkitab Anugerah Bekasi danmengusulkan rencana pelaksanaan pembelajaran mengenai perilaku menolong yang dapatdijalankan dengan teratur.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitupenelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian,misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik. Metode pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi.Hasil dari penelitian ini adalah orangtua dan pendeta memiliki peran yang sama dalam halmembimbing, mengarahkan, memberikan pengetahuan dan memberikan motivasi kepada remajaagar mereka memiliki perilaku sosial, khususnya menyangkut perilaku menolong. Sementara itu,penelitian ini juga menghasilkan sejumlah saran untuk dipertimbangkan oleh penulis dan pihak laindalam studi lanjutan mengenai topik ini. Beberapa saran yang diberikan antara lain: Program StudiMPAK dapat memberikan pelatihan kepada para mahasiswa agar mampu mendesain programprogrampembelajaran menyangkut perilaku sosial remaja, khususnya perilaku menolong, baik digereja maupun di sekolah; Orangtua lebih memperhatikan dan mengawasi perilaku remaja,memberikan waktu untuk berkomunikasi dengan anaknya, dan memberikan teladan dalam halberperilaku menolong; Pendeta hanya membimbing dan bekerja sama dengan pengurus gerejalainnya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran mengenai perilaku menolong sehinggadapat dipahami dengan baik oleh remaja.Kata Kunci: perilaku menolong, peran orangtua, peran pendeta, remaja.
KAJIAN TEOLOGIS TENTANG PEREMPUAN DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN GEREJA Heliyanti Kalintabu
Jurnal Shanan Vol. 4 No. 1 (2020): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.946 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v4i1.1768

Abstract

Abstrak Peran perempuan pada masa kini bukanlah sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan. Tulisan ini memuat kajian tentang perempuan, feminisme, kesamaanesensial laki-laki dan perempuan, pandangan teologis tentang perempuan, dan peranannya dalam pendidikan agama Kristen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang bermaksud memahami suatu fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain, secara holistik di dalam gereja. Cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Hasil dari penelitian ini adalah perempuan yang memiliki latar belakang Pendidikan Agama Kristen dapat berperan di dalam gereja sebagai pendeta Pendidikan Agama Kristen, pengajar, diaken, anggota di dalam badan atau komisi Pendidikan Agama Kristen, dan guru Sekolah Minggu. Ilmu pengetahuan tentang Pendidikan Agama Kristen yang dimiliki oleh kaum perempuan adalah anugerah Allah, yang sudahseharusnya untuk dikembangkan dan dipraktikkan di dalam gereja.Kata Kunci: Perempuan, Pendidikan Agama Kristen Gereja
Pendidikan Agama Kristen Gereja dalam Menghadapi Kondisi Psikologi Jemaat Akibat Pandemi Covid-19 Royke Lantupa Kumowal; Heliyanti Kalintabu
Jurnal Shanan Vol. 5 No. 1 (2021): Maret
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.997 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v5i1.2581

Abstract

In this article, the author doing a study about the role of christian education in the church in dealing with the psychological conditions of the congregation due to the Covid-19 pandemic. The background for writing this article departs from the information data of printed media, online media which suggests psychological conditions such as stress, excessive pressure and anxiety that arise due to the Covid-19 pandemic outbreak in humans. This article examines the Christian faith in Christian education in the church forum, which plays an important role in dealing with the psychological conditions experienced by the congregation. This article analyzes Christian faith in Christian education in the church forum, analyzes the psychological conditions caused by Covid-19. The purpose of this paper is to provide an understanding of Christian faith which is useful for strengthening the human soul when the person experiences pressure, stress, anxiety, and so on. The method that I use in this article is a qualitative research method. The analytical process used by the author is by analyzing the Bible as the main source and various actual and reliable sources of literature related to the title in this article in order to produce an accountable study.
Kepemimpinan Pendeta dalam Meningkatkan Keaktifan Jemaat Dalam Ibadah Heliyanti Kalintabu; Yolanda Nany Palar
JMPK : Jurnal Manajemen Pendidikan Kristen Vol. 2 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Program Studi Manajemen Pendidikan Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/jmpk.v2i1.931

Abstract

Kepemimpinan pendeta sangat berperan penting bagi keaktifan jemaat dalam ibadah, karena kepemimpinan pendeta memberikan dorongan, motivasi, menggerakan, mengontrol dan lebih penting lagi bahwa seorang pendeta hedaknya dapat menyinarkan Injil dalam jemaat dan di lingkungan masyarakat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian terhadap berbagai sumber Pustaka. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur yang berkenaan dengan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini adalah kepemimpinan pendeta merupakan sebuah panggilan khusus dari Tuhan yang bertujuan untuk memperlengkapi kehidupan iman warga jemaat untuk membangun kedewasaan iman. Kaitannya dengan keaktifan dalam ibadah, pendeta sangat berperan di dalam keaktifan jemaat di dalam ibadah. Motivasi yang diberikan oleh pendeta kepada jemaat sangat membantu jemaat untuk aktif di dalam ibadah.
PERANAN LITURGI KREATIF DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER DAN SPIRITUALITAS REMAJA GMIM GETSEMANI LANSOT SARONGSONG Samuel Wailan Leonard Wanget; Tifany Fergie Tombokan; Heliyanti Kalintabu
DA'AT : Jurnal Teologi Kristen Vol. 3 No. 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Program Studi Teologi, Fakultas Teologi, Institut Agama Kristen Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam artikel ini, penulis melakukan kajian tentang bagaimana peran liturgi kreatif dalam pembangunan karakter dan spiritualitas remaja GMIM Getsemani Lansot Sarongsong. Latar belakang penulisan artikel ini beranjak dari informasi mengenai spiritualitas remaja yang semakin hari semakin menurun. Artikel ini mengkaji dan mendeskripsikan pemahaman remaja tentang ibadah untuk mendapatkan model liturgi kreatif yang tepat dalam membentuk karakter dan spiritualitas remaja, untuk mendeskripsikan dampak liturgi kreatif terhadap pembentukan karakter dan spiritualitas remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang dilaksanakan di Jemaat GMIM Getsemani Lansot Sarongsong. Dari hasil analisis dan interpretasi data diperoleh hasil bahwa para remaja telah memahami pengertian ibadah dan menaruh perhatian penuh terhadap ibadah dengan liturgi kreatif; Ibadah dengan liturgi kreatif berupa praise and worship, permainan dan pendalaman alkitab adalah model yang tepat untuk dikenakan kepada remaja; Ibadah dengan liturgi kreatif, memberikan dampak terhadap pembentukan karakter dan spiritualitas remaja. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah Ibadah dengan liturgi kreatif membawa pengaruh yang signifikan terhadap karakter dan spiritualitas remaja yang mengikutinya. Mereka dapat menentukan pilihan-pilihan hidup dengan baik berdasarkan pengajaran yang mereka terima dari ibadah.
Orangtua Dan Gereja Dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak Remaja Royke Lantupa Kumowal Kumowal; Heliyanti Kalintabu Kalintabu; Priscilla Olivia Awuy Awuy
Journal of Psychology "Humanlight" Vol. 3 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Psikologi Kristen IAKN MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orang tua dan gereja harus berperan dalam menjaga kesehatan mental anak remaja sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini didasarkan pada informasi langsung yang disampaikan oleh anak remaja tentang kesehatan mental yang mereka alami dan informasi dari berbagai media baik cetak maupun online. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini. Dengan metode ini Penulis menganalisis menggunakan Akitab dan sumber-sumber kepustakaan lain yang aktual dan dapat dipercaya. Tujuan dari penulisan ini untuk memberi pemahaman tentang bagaimana orang tua dan gereja berperan dalam menjaga kesehatan mental anak remaja. Hasil pembahasan dari penelitian ini menemukan bahwa orang tua dan gereja memiliki peranan yang penting sebagai pendidik dan pembimbing anak remaja. Orang tua harus dapat menjadi teladan dan memberi kasih sayang, memberikan waktu khusus, bertanggungjawab, dan selalu memberikan motivasi dan dukungan baik dalam bentuk materi maupun dukungan moral. Dengan demikian, anak remaja tidak akan merasakan tekanan yang bisa menyebabkan mereka terjerumus dalam gangguan kesehatan mental. Begitu juga gereja bukan saja memberikan pengajaran doktrin atau sekedar memerintahkan warga gereja untuk melakukan penginjilan, tetapi gereja juga harus memperhatikan pengajaran yang berkaitan dengan pentingnya memiliki kesehatan mental dalam diri. Sebagai pembimbing, di mana gereja harus menjadi teladan yang baik bagi warga gerejanya, peka terhadap keadaan warga gerejanya, dan membantu mencari solusi dalam setiap permasalahan yang dihadapi sehingga warga gereja terkhususnya anak remaja tidak terjebak dalam situasi gangguan mental yang menjurus pada depresi dan kecemasan yang berlebihan.
Kepemimpinan Yesus Sebagai Model Bagi Pemimpin Kristen Di Sekolah Tinggi Teologi Heliyanti Kalintabu; Royke Lantupa Kumowal
JMPK : Jurnal Manajemen Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 1 (2023): Juni
Publisher : Program Studi Manajemen Pendidikan Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam sekolah tinggi teologi terdapat seorang pemimpin yang akan memimpin jalannya system Pendidikan sekolah tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak para pemimpin Kristen yang masih menggunakan kepemimpinan otoriter yang tidak mengacu pada kepemimpinan yang Alkitabiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang model kepemimpinan Yesus dan implikasinya bagai pemimpin Kristen di sekolah teologi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana peneliti mengkaji tentang bagaimana kepemimpinan Yesus, pemimpin Kristen, kepemimpinan Yesus dapat menjadi model bagi pemimpin Kristen khususnya di sekolah teologi. Adapun hasil penelitian yaitu pemimpin Kristen di sekolah teologi layaknya menerapkan model kepemimpinan Yesus untuk rekan-rekan sekerjanya guna tercipta hubungan yang harmonis dan dapat bersama memajukan institusi. Adapun kepemimpinan Yesus meliputi: kepemimpinan sebagai pelayanan, kepemimpinan berlandaskan kasih. Artinya bahwa kepemimpinan bukanlah ajalah kesombongan, mencari nama atau ke-akuan, namun kepemimpinan Kristen adalah sebuah pelayanan untuk Dia, oleh Dia dan Bagi Dia yang diimplementasikan dalam sebuah organisasi, institusi, gereja.
NILAI-NILAI TEOLOGI DALAM TRADISI MAH’SIWO-SIWO: Tradisi Membantu Dalam Kegiatan Kemasyarakatan Etnis Tombulu-Minahasa, di Kelurahan Lansot, Kota Tomohon Samuel Wailan Wanget; Heliyanti Kalintabu
DA'AT : Jurnal Teologi Kristen Vol. 4 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : Program Studi Teologi, Fakultas Teologi, Institut Agama Kristen Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/djtk.v4i2.1463

Abstract

Sulawesi utara memiliki beranekaragam kebudayaan dan tradisi. Salah satu tradisi yang dikenal di Sulawesi utara adalah tradisi mahsiwo-siwo yang masih dilakukan oleh etnis Tombulu-Minahasa. Mahsiwo-siwo adalah tradisi dalam bentuk tolong menolong yang dilakukan oleh etnis Tombulu-Minahasa dalam kegiatan kemasyarakatan. Tradisi mahsiwo-siwo ini memiliki makna yang dalam jika dilihat dari perspektif teologi, oleh sebab itu, tujuan penelitian dari tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa tentang nilai-nilai teologi kristen dari tradisi mah’siwo-siwo. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun analisis data yang digunakan adalah dengan mengkaji secara kepustakaan tentang tradisi mahsiwo-siwo, selanjutnya melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait khususnya etnis Tombulu-Minahasa, dari hasil wawancara tersebut dilakukan analisis dalam hasil dan pembahasan, selanjutnya, peneliti menganalisis dari nilai-nilai teologi Kristen yang terkandung dalam tradisi mahsiwo-siwo. Kesimpulan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tradisi Mah’siwo-siwo merupakan cara hidup masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan dan mengejawantahkan etika kontekstual, karena hal itu meruapakan kebutuhan bersama. Mah’siwo-siwo memberikan jawaban bagi masyarakat yang terbeban dalam melakukan acara, salah satunya acara dukacita. Dilihat secara teologi, Mah’siwo-siwo memiliki nilai teologis, yang di dalamnya ada unsur “tolong menolong”.